
Oleh: H. J. Faisal *)
Sekali lagi, alam Indonesia menampakkan kejujurannya dalam ‘berbicara’, pada hari Senin 21 November 2022, lebih kurang pada pukul 13.20 kemarin.
Alam Indonesia di Cianjur, hanya bergerak sedikit saja di kedalaman 11 KM di bawah tanah. Para ahli gempa dan kebencanaan mengatakan, diduga ada pergerseran tanah di sesar Cimandiri, tepatnya di bawah permukaan tanah di daerah Cigeunang, Cianjur.
Maka terjadilah gempa dengan kekuatan 5,6 SR, yang menimbulkan dampak kerusakan yang sangat luar biasa bagi masyarakat yang bertempat tinggal di daerah Cianjur, khususnya di daerah Cigeunang dan sekitarnya.
Menurut informasi dari Gubernur Jawa Barat, ada sekitar 160 orang lebih yang menunggal dunia karena tertimpa reruntuhan bangunan, 130 ribu lebih yang terluka berat, dan ratusan rumah yang dan bangunan yang luluh lantak, tidak berbentuk lagi.
Kejadian gempa kemarin juga diikuti oleh bencana tanah longsor di daerah Cugeunang, sehingga menutup akses jalan utama di jalan raya Cianjur dari arah Bogor ke Cianjur, dan sebaliknya.
Menurut pakar kebencanaan gempa dan vulkanologi, Dr. Surono atau yang biasa dipanggil Mbah Rono, kondisi tanah di daerah Cianjur memang sangat gembur dan labil. Dengan tipikal kondisi tanah tersebut maka dampak yang ditimbulkan dari gempa akan sangat terasa.
Di satu sisi, tipe tanah di daerah Cianjur memang sangat subur, dan sangat baik untuk dijadikan lahan tanah bercocok tanam. Namun di sisi lain, jika terjadi gempa, maka goyangan tanahnya akan menjadi sangat terasa dan besar, sehingga dampak kerusakan yang berdampak kepada infrastruktur bangunan yang di atas tanah tersebut pun akan semakin besar pula. hal ini disebabkan karena tipe tanah di daerah di Cianjur memang merupakan tipe tanah dari endapan hasil ledakan vulkanologi ratusan tahun yang lalu, yang berasal dari gunung-gunung berapi di sekitarnya.
Meskipun gempa di daerah Cianjur ini juga pernah terjadi beberapa puluh tahun yang lalu, yang pasti, tidak ada satu manusia pun di dunia ini yang dapat memprediksi kapan sebuah gempa akan terjadi.
Hanya saja, para ahli atau para ilmuwan yang mempelajari tentang gempa, dapat meneliti dimana saja daerah yang rawan akan terjadinya gempa. Sehingga dengan penelitian yang dihasilkan oleh mereka, akan dihasilkan banyak rekomendasi-rekomendasi yang tujuannya dapat meminimalisir dampak kerusakan yang akan terjadi. Semakin banyak penelitian yang dihasilkan, maka akan semakin banyak pula rekomendasi keselamatan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Bentuk-bentuk rekomendasi tersebut antara lain adalah membuat bangunan atau rumah yang tahan terhadap guncangan gempa, dan tidak membuat bangunan di atas tanah atau wilayah rawan gempa, serta upaya-upaya untuk meminimalisir dampak-dampak kerusakan lainnya.
Memang harus kita ingat kembali, bahwa pada dasarnya alam tidak pernah membuat kerusakan atau mengakibatkan kerugian kepada manusia. Alam tidak pernah tahu apa yang telah dibangun manusia di atasnya. Jadi, ketika alam ‘ingin bergerak’ maka dia akan bergerak dengan sendirinya.
Dengan demikian, maka manusialah yang harus memahami alam, dan bukan alam yang harus ‘dipaksa’ untuk memahami apa kebutuhan manusia. Alam berkata dengan kejujurannya, memberikan yang terbaik kepada manusia, sementara manusia berkata dengan kebohongannya dan bertindak dengan keserakahannya terhadap alam.
Maka tidaklah heran, jika banyak bencana alam yang justru dihasilkan oleh ‘kerja’ manusia itu sendiri. Longsor, banjir, dan bencana ekologis lainnya adalah merupakan hasil dari kelakuan manusia yang jahat terhadap alam. Persis seperti kata pepatah, air susu dibalas dengan air tuba.
Semoga semakin banyak ilmuwan Indonesia yang mampu meneliti dan menghasilkan outcome yang bermanfaat tentang gempa dan sesar-sesar yang ada di bawah tanah Indonesia, sehingga semakin banyak rekomendasi keselamatan yang dapat digunakan oleh masyarakat Indonesia.
Dan secara umum, berkaca dari banyaknya bencana alam yang terjadi dalam beberapa tahun belakangan ini, rakyat Indonesia dapat memahami pentingnya menjaga hubungan kemesraan dengan alam, dan bukan merusaknya.
Semoga Allah Ta’alla memberikan kekuatan dan ketabahan kepada saudara-saudaraku yang menjadi korban gempa di Cianjur, dan menjadikannya sebagai penggugur dosa. Allahumma Yassir. Aamiin ya Rabbal’alamiin.
Wallahu’allam bisshowab
Jakarta, 22 November 2022
Pemerhati Pendidikan/ Sekolah Pascasarjana UIKA, Bogor/ Anggota PJMI *)
LEAVE A REPLY