Home Edukasi Nurangsih S Hasan Luncurkan Dua Buku di Markas PMII

Nurangsih S Hasan Luncurkan Dua Buku di Markas PMII

1,478
0
SHARE
Nurangsih S Hasan Luncurkan Dua Buku di Markas PMII

Keterangan Gambar : Pemimpin Umum Parahyangan Post yang juga Ketua Umum PJMI, Menjadi Pembicara dalam Diskusi Peluncuran Dua Buku karya Nurangsih S Hasan (Foto : ratman/pp)

JAKARTA - Parahyangan Post - Cerdas Berkarakter Indonesia Beradab, Puisi Cinta dan Pergerakan, dua buku karya Nurangsih S Hasan, teranyar yang dilaunching di Markas Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di Kawasan Salemba Tengah, Minggu (11/09/2022). 

Hadir dalam launching dan bedah buku tersebut, Bendahara PB IKA PMII H.Sudarto, SM, Ketua Umum PB PMII (2017 – 2021), Ketua KORPI PB PMII, Sekretaris Bidang  Aparatur KORPI PB PMII, serta jajaran pengurus dan anggota PMII, serta perwakilan dari organisasi kepemudaan (OKP) lainnya. 

Sementara itu, dalam sesi diskusi menghadirkan narasumber, Pemimpin Umum Parahyangan Post yang juga Ketua Umum Persaudaraan Jurnalis Muslim Indonesia (PJMI), H.Ismail Lutan, Ketua Umum PB PMII (2017 – 2021), Agus Mulyono Herlambang dan Ketua Forum Sastrawan Indonesia (FSI), Wig SM. 

Dalam Kata sambutanya, perwakilan dari KORPI PB PMII, merasa bangga atas keratifitas Nurangsih S Hasan yang begitu produktif dalam berkarya. Karya pertamanya yang sudah diluncurkan, ‘Jangan Paksa Saya Untuk Bercinta” dan ini dua buku dilaunching sekaligus, “Cerdas Berkarakter Indonesia Beradab dan Puisi, Cinta dan Pergerakan” 

Penting bagi kita untuk berbicara pendidikan, karena pendidikan ini hal yang cukup mendasar bagi kita semua. Dalam pendidikan hal yang terpentig adalah karakter, melalui pendidika ini akan melahirkan kader-kader bangsa yang berkarakter. 

Disamping itu, KORPI PB PMII juga menyoroti tentang peran media begitu penting dalam menyebarkan luaskan pendidikan karakter ini kepada masyarakat luas, termasuk didalamnya peran media social. 

Sementara itu, Nurangsih S Hasan, dalam kesempatan tersebut lebih memfokuskan pada bidang sesuai dengan latar belakang akademisnya, yaitu dalam bidang pendidikan, terutama pendidikan karakter. 

“Saya bukan orang sastra, tetapi saya menulis dengan hati, mencintai itu seni, ”jelas wanita yang begitu energik ini. 

Lebih lanjut, Nurangsih S Hasan, menguraikan bahwa Thomas Lickona membagi pendidikan karakter itu menjadi tiga komponen, yaitu moral knowing , moral feeling dan moral acting. Pendapat Thomas Lickona ini didasari oleh kosnepsinya tentang pendidikan moral, sikap hormat dan tanggung jawab yang diterapkan disekolah. 

“Perlu adanya perpaduan dari ketiga komponen tersebut, kata-kata yang baik akan melahirkan perasaan yang baik, dan perasaan yang baik akan melahirkan tindakan yang baik,”jelas Nurangsih. 

Dalam prolognya, Bendahara PB IKA PMII, H.Sudarto, SM secara gamblang menyampaikan, bahwa Nurangsih S Hasan, sebagai salah satu contoh kader PMII yang tidak pernah putus-putusnya dalam berkarya. 

“Ini luar biasa, karena Nurangsih mampu menulis dua buku dengan basic yang berbeda, launching buku kedua ini, semoga bisa jadi litersi dan spirit bagi kita semua,”jelas H.Sudarto. 

KORPI, lanjut Sudarto, harus sensitif terhadap isu-isu pendidikan seperti ini, tidak sekedar persoalan gender semata.  Pendidikan karakter ini identik dengan pesantren, pendidikan karakter harus diterapkan di lembaga pendidikan formal maupun non formal. 

Dalam sesi diskusi yang dipandu oleh Sekretaris Bidang Aparatur KORPI PB PMII, Ervia Zahra, Pemimpin Umum Parahyangan Post yang juga Ketua Umum Persaudaraan Jurnalis Muslim Indonesia (PJMI), H. Ismail Lutan lebih menyoroti tentang buku Puisi, Cinta dan Pergerakan. 

Belajar dari sejarah pergerakan di Indonesia menurut Ismail Lutan, kita tidak boleh melupakan dua sosok fenomenal dalam dunia pergerakan, yaitu Wiji Tukul dan Marsinah. Karya Wiji Tukul yang dibacakan pria yang akrab dipanggil ‘Bang Abu’ ini sangat familiar bagi para aktivis muda, kaum pergerakan. 

Lantas, Ketua PJMI ini juga mempertayakan dimana posisi Nurangsih dalam jagad sastra Indonesia saat ini, ditengah dua sosok fenomenal Wiji Tukul dan Marsinah tersebut. ‘Puisi, Cinta dan Pergerakan’, kalau ditarik benang merahnya, sebagai pembrontakan dan kemarahan seorang Nurangsih, yang dituangkan dalam karya sastra. 

Sementara itu Agus Mulyono Herlambang, dalam kesempatan tersebut mengapresiasi karya Nurangsih S Hasan, dan memberikan beberapa catatan termasuk didalamnya masukan, harapan dan kritik. Menurut Agus Mulyono Herlambang, dalam bab/bagian kesimpulan, terutama untuk buku ‘Cerdas Berkarakter Indonesia Beradab’, ini masih perlu dipertegas lagi, terutama pendidikan karakter kita yang masih belum maksimal, bersifat akumulasi yang masih perlu diperjelas lagi. 

Disamping itu, Ketua Umum PB PMII ini juga menyampaikan bahwa perlunya diangkat literatur dari tokoh-tokoh ulama kita, seperti KH Hasyim Asyhari, dll. Disamping itu, lazimnya dalam penulisan puisi oleh para satrawan, dicantumkan tanggal dan tempat, serta gaya bahasa dalam karya Nurangsih ini masih apa adanya. 

Wig SM dari Forum Satrawan Indonesia (FSI) yang didaulat menjadi pembicara secara dadakan dalam diskusi tersebut, menggaris bawahi bahwa sosok seorang Nurangsih S Hasan, sebagai sorang anak muda yang begitu produktif dalam berkarya, energik dalam keseharianya. 

Salah satu peserta dalam diskusi tersebut, menyampaikan agar buku tentang ‘Puisi, Cinta dan Pergerakan’, sebaiknya dirubah judulnya menjadi ‘Cinta dan Pergerakan’ 


(ratman/turyadi/aboe/pp)