Home Profil Bonus Demografi, Momentum Menuju Indonesia Emas 2045

Bonus Demografi, Momentum Menuju Indonesia Emas 2045

407
0
SHARE
Bonus Demografi, Momentum Menuju Indonesia Emas 2045

Keterangan Gambar : Riri Satria, pakar transformasi dan ekonomi digital, dalam Focus Group Discussion bertema “Membangun Keunggulan Anak Muda Indonesia untuk Menjawab Tantangan Bonus Demografi” yang diselenggarakan Forum Indonesia Emas 2045, Rabu (1/10/2025). (sumber foto : ist/pp)

JAKARTA II Parahyangan Post – Indonesia sedang berada dalam periode bonus demografi, ketika jumlah penduduk usia produktif mencapai puncaknya. Namun, momentum ini bisa hilang begitu saja jika generasi muda tidak mempersiapkan diri dengan keahlian yang relevan. Hal itu disampaikan oleh Riri Satria, pakar transformasi dan ekonomi digital, dalam Focus Group Discussion bertema “Membangun Keunggulan Anak Muda Indonesia untuk Menjawab Tantangan Bonus Demografi” yang diselenggarakan Forum Indonesia Emas 2045, Rabu (1/10/2025).

“Jika anak muda tidak kompeten, maka mereka hanya akan menjadi penonton di negeri sendiri. Kekayaan bangsa bisa saja dikelola oleh orang lain yang lebih siap. Indonesia Emas 2045 hanya akan tinggal mimpi,” kata Riri.

Menurut dia, dunia kini memasuki era Industri 5.0, yang berbeda dengan Industri 4.0. Jika sebelumnya orientasi pembangunan lebih banyak bertumpu pada teknologi, era Industri 5.0 justru menekankan tiga pilar: berfokus pada manusia (human centric), keberlanjutan (sustainability), dan ketahanan (resilience). “Teknologi hanyalah alat. Esensi utamanya adalah memberi manfaat bagi manusia,” ujarnya.

Dalam menghadapi era tersebut, Riri menekankan pentingnya strategi reskilling atau membangun keahlian baru, bukan sekadar upskilling. Ia mengutip Bernard Marr dalam buku Future Skills yang memetakan lima kelompok kompetensi utama: kemampuan digital, kemampuan berpikir, kemampuan kolaborasi, kemampuan sosial, serta kemampuan manajemen diri. Total ada 20 keterampilan yang perlu dikuasai untuk menjawab tantangan masa depan.

Ia juga menyinggung data World Economic Forum (WEF) yang menempatkan kemampuan memecahkan masalah kompleks (complex problem solving) sebagai kompetensi utama sejak 2015 hingga proyeksi 2030. “Ini menunjukkan konsistensi kebutuhan dunia terhadap kemampuan berpikir kritis dan solutif,” kata Riri.

Sebagai Komisaris Utama PT. ILCS Pelindo Solusi Digital dan dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, Riri menegaskan bahwa program pengembangan SDM harus lebih inovatif. “Pembelajaran harus multiplatform, multimedia, dan menyesuaikan kebutuhan lokal dengan standar global. Anak muda Indonesia harus visioner agar bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” ujarnya.

Riri menutup paparannya dengan menekankan, bonus demografi merupakan peluang langka. “Keahlian yang kita pelajari sepuluh tahun lalu tidak cukup untuk menjawab tantangan sepuluh tahun ke depan. Hanya dengan kesiapan itulah, Indonesia bisa benar-benar melangkah menuju Indonesia Emas 2045,” katanya. (rc/pp)