Home Seni Budaya Siapakah Ananda Sukarlan yang Baru Saja Membawa Bandung ke Peta Musik Klasik Nasional?

Siapakah Ananda Sukarlan yang Baru Saja Membawa Bandung ke Peta Musik Klasik Nasional?

622
0
SHARE
Siapakah Ananda Sukarlan yang Baru Saja Membawa Bandung ke Peta Musik Klasik Nasional?

Keterangan Gambar : Ananda Sukarlan (sumber foto : ist/net/pp)

Oleh : Hans Yogo

BARU - Saja Bandung kedatangan pianis & komponis dunia, Ananda Sukarlan yang mengikutsertakan kota ini dalam rangkaian Kompetisi Piano Nusantara Plus (KPN+) yang didirikannya. (Baca : Kompetisi Pianis Ananda Sukarlan: Merayakan Musik, Puisi, dan Talenta Muda (www.parahyangan-post.com) . 

Berkat kompetisi ini, tiga vokalis (Hanna Anindya, Melana Daniela Nguru dan Yudith Octorina) serta 16 pianis muda dari Jawa Barat mendapatkan hak bertanding di babak Final KPN+ di Jakarta, 8 Desember nanti bersama para pemenang dari Medan, Palembang, Bogor, Depok, Bekasi dan Jakarta. Tapi masih banyak yang belum mengenal sosok yang sudah melanglang buana ini. Kita kenalan sedikit yuk?. 

Harian Sydney Morning Herald dari Australia telah menyebutnya sebagai “one of the world’s leading pianists, at the forefront of championing new piano music”. Ia telah menciptakan ratusan karya untuk piano yang kini dimainkan ratusan, bahkan ribuan pianis di seluruh dunia, yang paling terkenal adalah seri "Rapsodia Nusan- tara". Setiap nomor dari Rapsodia Nusantara (yang kini berjumlah 40 lebih) didasari oleh satu atau lebih motif dan melodi dari lagu etnik/daerah dari satu propinsi di Indonesia. Karya-karya ini memang cukup sulit sehing- ga para peserta KPN+, baik di Bandung maupun di kota-kota lain belum bisa memainkannya, tapi Rapsodia Nusantara sudah menjadi semacam "lagu wajib" untuk Kompetisi Ananda Sukarlan Award yang sudah berlangsung sejak 2008 setiap dua tahun di Jakarta. 

Ini bukan pertama kalinya ia "berburu" talenta di Bandung. Sang Maestro pernah mengadakan kompetisi Ananda Sukarlan Award (ASA) di Bandung tahun 2012, dengan juri-juri para pianis internasional: Andrew Ma Cong (Hongkong), Albert Tiu (Filipina), Dr Nicholas Ong (Malaysia), Dr. Edith Widayani (Indonesia, pemenang ASA tahun sebelumnya, 2010). 

Walaupun ia memulai karirnya sebagai pianis, kontribusinya yang juga tak kalah penting untuk musik klasik Indonesia adalah dalam genre Tembang Puitik. Ada kategori untuk Tembang Puitik juga di ASA, yang tadinya diselenggarakan terpisah oleh Amadeus Performing Arts dan pendirinya Patrisna May Widuri di Surabaya tahun 2011, dan kemudian digabungkan di Jakarta mulai tahun 2020. Dalam bidang ini, kompetisi ASA telah mengorbitkan beberapa vokalis klasik dari Bandung seperti Inggrid Patricia dan almarhum Adi Didut Nugro- ho yang kemudian sempat menjadi dirigen Paduan Suara ITB sebelum wafat tahun lalu (2023). 

Ananda Sukarlan telah diakui banyak negara sebagai komponis Indonesia yang paling inovatif dan produktif dalam menciptakan Tembang Puitik, yaitu karya musik yang tercipta berdasarkan karya puisi yang sudah ditulis oleh penyair / sastrawan. Lebih dari 500 karya untuk vokalis diiringi piano atau instrumen lain telah ia ciptakan dalam bahasa Inggris, Spanyol dan Indonesia. 

Pada tahun 2016, pemerintah Spanyol memintanya untuk membuat musik dari berbagai puisi dua sastrawan Spanyol paling terkemuka dalam rangka peringatan 400 tahun wafatnya Miguel Cervantes (1547-1616) dan 80 tahun wafatnya Federico Garcia Lorca (1898-1936). Ananda menciptakan 4 (empat) tembang puitik yang diperdanakan oleh soprano Mariska Setiawan di Ubud Writers and Readers Festival, Bali, dan sejak itu telah dinyanyikan oleh banyak vokalis klasik Spanyol dan negara-negara Amerika Selatan. 

Negara Ecuador ingin mengulang kesuksesan tembang puitik Ananda Sukarlan atas karya-karya penyair Spanyol tersebut. Jorge Carrera Andrade (1903-1978) bisa dianggap sebagai penyair paling terkemuka negara tersebut. Mahakaryanya yang paling mendunia adalah "Microgramas", sebuah kumpulan dari banyak puisi pendek dimana hanya dalam 3 baris saja ia dapat menggambarkan sesuatu (binatang, kejadian, atau alat seperti mesin tik) dengan metafora yang sangat kuat. Ananda pun diminta untuk membuat musik dari berbagai puisi Andrade, dan terciptalah "Andradiana". World Premiere atau pertunjukan perdana mahakarya baru ini diselenggarakan atas kerjasama Bimasena dan Kedutaan Besar Ekuador di Indonesia, mengambil tempat di Nusantara Ballroom, Hotel Dharmawangsa, 20 Oktober 2023. Penyanyi tenor muda William Prasetyo mendapat kehormatan untuk memperdanakan Andradiana, setelah ia meraih kejuaraan di Kompetisi Vokal Tembang Puitik Ananda Sukarlan tahun sebelumnya. 

Tahun 2024 menandai 75 tahun hubungan diplomatik Australia dan Indonesia, sejak Australia mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1949. Itu sebabnya tanggal 4 Juli 2024, kuartet gesek dari Melbourne Symphony Orchestra (MSO) mengunjungi Jakarta untuk konser memperingati kejadian signifikan ini. 

Perayaan ini disempurnakan dengan keterlibatan dua seniman Indonesia, soprano Mariska Setiawan yang telah menimba ilmu di Broadway, New York (pernah menjadi pemenang ASA juga) dan komponis Ananda Sukarlan. 

Paduan Suara ITB pernah memintanya mencipta karya untuk paduan suara "Jokpiniana no. 1" (berdasarkan puisi-puisi Joko Pinurbo) untuk dibawakan di kompetisi internasional di Eropa yang membawa ITB ke kemenangan di bawah pimpinan dirigennya Indra Listiyanto. Mereka kemudian mengulangi kesuksesan itu dengan memesan karya baru, "Kita Ciptakan Kemerdekaan" dari puisi utuh Sapardi Djoko Damono. 

Selama hidupnya, Ananda telah menciptakan musik paling banyak dari berbagai puisi karya Walt Whitman, Emily Dickinson, Robert Frost, dan di Indonesia selain yang disebut di atas juga Eka Budianta, Emi Suy, Wiji Thukul, Nanang Suryadi, Effendi Kadarisman, Sihar Ramses Simatupang, Zawawi Imron dan juga penyair muda seperti Adimas Immanuel, Muhammad Subhan, Dedy Tri Riyadi dan puluhan lainnya. Kini ia sedang dalam proses mengumpulkan semua karya tembang puitiknya yang sudah ia tulis sejak ia kuliah di Royal Conservatory of Music, Den Haag (Belanda) sejak akhir dekade 1980-an sampai kelulusannya dengan Summa CumLaude. Saat ini sudah terkumpul sekitar 300-an dalam 9 jilid buku "Tembang Puitik Ananda Sukarlan". 

Bulan November 2023 lalu musisi berbintang Gemini ini menjadi warga negara Indonesia pertama yang dianugerahi penghargaan kesatriaan Royal Order of Isabella the Catholic (Real Orden de Isabel la Católica), penghargaan tertinggi dari Kerajaan Spanyol yang diberikan kepada tokoh sipil atau lembaga sebagai penga- kuan atas jasa luar biasa terhadap negara atau hubungan internasional / kerjasama dengan negara lain. Selain diganjar Real Orden de Isabel la Católica, Sukarlan juga pernah dianugerahi gelar kesatriaan "Cavaliere Ordine della Stella d'Italia" oleh Presiden Italia Sergio Mattarella pada tahun 2020. Selain itu, seniman Indo- nesia pertama yang diundang Portugal tepat setelah hubungan diplomatik Indonesia dan Portugal pada tahun 2000 ini juga telah dianugerahi banyak pengakuan swasta seperti Prix Nadia Boulanger dari Orleans, Prancis. Baru-baru ini ia adalah salah satu dari 32 dalam buku "Heroes Amongst Us (Pahlawan di Antara Kita)", yang ditulis oleh Dr. Amit Nagpal yang diterbitkan di India. Ananda juga masuk sebagai salah satu dari 100 "Asia's Most Influential" atau "Orang Asia Paling Berpengaruh" di dunia seni tahun 2020 oleh Majalah Tatler Asia.(*)