Oleh : Rissa Churria
Pengurus Komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM)
Opie Kumis, dengan nama asli Muchtar Luthfi adalah sosok yang tidak asing di dunia hiburan Indonesia. Ia telah berkiprah selama lebih dari tiga dekade, mengukuhkan dirinya sebagai salah satu komedian yang paling dikenal dan dihormati, terutama di kalangan masyarakat Betawi. Kiprahnya bukan hanya dalam dunia komedi, tetapi juga sebagai pelestari kebudayaan Betawi yang secara konsisten memperjuangkan identitas dan warisan leluhurnya.
Awal Perjalanan Karier dan Kecintaan pada Budaya Betawi
Lahir di Jakarta pada 17 Maret 1960, Opie Kumis tumbuh di lingkungan Betawi yang kental dengan tradisi dan budaya lokal. Sejak usia muda, ia sudah terbiasa dengan kesenian dan humor khas Betawi yang hidup dalam keseharian masyarakat. Pengalaman masa kecil ini membentuk kecintaannya terhadap kebudayaan Betawi, yang kelak menjadi fondasi dalam kariernya.
Opie Kumis mulai dikenal luas melalui penampilannya di berbagai acara komedi televisi pada era 90-an, seperti "Ngelenong Nyok!" dan "Canda Metropolitan." Gaya humornya yang lugas, sederhana, namun mengena, membuatnya cepat digemari oleh penonton. Namun, di balik sosoknya yang kocak, Opie Kumis memiliki misi yang lebih besar yaitu memelihara dan mempromosikan kebudayaan Betawi. Semua ia lakukan melalui berbagai medium, termasuk teater, film, dan pertunjukan langsung.
Peran dalam Melestarikan Kebudayaan Betawi
Kiprah Opie Kumis dalam melestarikan kebudayaan Betawi tidak dapat dipandang sebelah mata. Ia memahami bahwa di tengah derasnya arus modernisasi dan globalisasi, kebudayaan tradisional seperti Betawi berpotensi terpinggirkan. Oleh karena itu, ia berusaha untuk memastikan bahwa budaya ini tetap relevan dan dikenal oleh generasi muda.
Salah satu kontribusi penting Opie Kumis adalah keterlibatannya dalam berbagai kegiatan seni yang berfokus pada kebudayaan Betawi, termasuk seni teater. Di sinilah ia menemukan cara untuk menyatukan komedi dengan pesan budaya yang lebih mendalam. Teater, bagi Opie Kumis, adalah media yang kuat untuk menyampaikan cerita dan nilai-nilai Betawi yang mungkin tidak tersampaikan dengan baik melalui televisi atau film.
Pementasan "Pangeran Jaga Raksa" dan Dedikasi terhadap Seni Betawi
Pementasan "Pangeran Jaga Raksa" di Gebyar Seni Budaya Setu Babakan menjadi salah satu puncak dari dedikasi Opie Kumis terhadap kebudayaan Betawi. Setu Babakan, yang dikenal sebagai cagar budaya Betawi, merupakan tempat yang sangat penting bagi pelestarian seni dan budaya Betawi. Dalam konteks ini, pementasan teater bukan hanya hiburan, tetapi juga sebagai cara untuk merevitalisasi dan memperkenalkan kembali cerita-cerita pahlawan lokal kepada masyarakat modern.
"Pangeran Jaga Raksa" menceritakan kisah seorang pahlawan Betawi yang gigih mempertahankan tanah kelahirannya dari ancaman. Cerita ini sarat dengan nilai-nilai keberanian, cinta tanah air, dan kesetiaan, yang semuanya merupakan inti dari filosofi budaya Betawi. Dalam pementasan ini, Opie Kumis tidak hanya menjadi aktor, tetapi juga mentor bagi aktor-aktor muda yang terlibat dalam produksi, membimbing mereka untuk memahami dan menghargai lebih dalam kebudayaan Betawi.
Saya pribadi berkesempatan hadir dalam acara ini, dan merasa sangat terkesan dengan penampilan Opie Kumis dan seluruh kru teater. Mereka berhasil menghidupkan cerita "Pangeran Jaga Raksa" dengan begitu apik dan penuh energi, membuktikan bahwa teater Betawi masih memiliki tempat istimewa di hati penonton. Dedikasi dan kerja keras mereka dalam mempersiapkan pementasan ini sangat terlihat, dan memberikan pengalaman yang tak terlupakan bagi semua yang hadir.
Selama proses produksi, Opie Kumis dikenal sangat detail dan penuh dedikasi. Ia tidak hanya fokus pada penampilannya sendiri, tetapi juga memastikan setiap elemen pementasan, mulai dari dialog, busana, hingga musik pengiring, benar-benar mencerminkan budaya Betawi. Bagi Opie, pementasan ini adalah bentuk nyata dari kecintaannya terhadap budaya Betawi dan usahanya untuk memastikan bahwa cerita dan nilai-nilai leluhur ini tetap hidup dan relevan.
Kiprah dan Warisan Opie Kumis di Dunia Hiburan
Selain dunia teater, Opie Kumis juga telah berkontribusi besar dalam perfilman dan televisi. Meski sering tampil sebagai komedian, perannya tidak terbatas pada itu saja. Ia juga telah membintangi sejumlah film dan sinetron yang mengangkat tema-tema sosial dan budaya Betawi. Dalam setiap proyeknya, Opie Kumis selalu berusaha untuk menyelipkan pesan-pesan tentang pentingnya menjaga tradisi dan budaya lokal.
Warisan Opie Kumis dalam dunia hiburan dan kebudayaan Betawi adalah contoh nyata dari bagaimana seorang seniman dapat menggunakan popularitasnya untuk tujuan yang lebih besar. Ia tidak hanya menghibur, tetapi juga mendidik dan menginspirasi, terutama bagi generasi muda Betawi untuk lebih mencintai dan melestarikan budaya mereka sendiri.
Di usianya yang tidak lagi muda, Opie Kumis tetap aktif berkarya dan terus berkontribusi dalam dunia seni dan budaya. Dedikasinya terhadap kebudayaan Betawi telah menjadikannya sosok panutan dan ikon yang tidak akan dilupakan. Kiprahnya, terutama dalam melestarikan seni teater Betawi, memastikan bahwa cerita-cerita Betawi, seperti "Pangeran Jaga Raksa," akan terus dikenang dan dihargai oleh generasi mendatang.
Dengan segala yang telah ia capai, Opie Kumis telah menempatkan dirinya sebagai penjaga warisan budaya Betawi, memastikan bahwa nilai-nilai dan cerita-cerita leluhur tetap hidup di hati masyarakat Indonesia. Ia adalah bukti bahwa di tengah modernisasi, tradisi tetap memiliki tempat penting dan dapat berkembang jika dijaga dengan penuh cinta dan dedikasi.(*)
--------------------------------------------------------
*) Rissa Churria adalah pendidik, penyair, esais, pelukis, aktivis kemanusiaan, pemerhati masalah sosial budaya, pengurus Komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM), pengelola Rumah Baca Ceria (RBC) di Bekasi, anggota Penyair Perempuan Indonesia (PPI), saat ini tinggal di Bekasi, Jawa Barat, sudah menerbitkan 7 buku kumpulan puisi tunggal, 1 buku antologi kontempelasi, serta lebih dari 100 antologi bersama dengan para penyair lainnya, baik Indonesia maupun mancanegara. Rissa Churria adalah anggota tim digital dan siber di bawah pimpinan Riri Satria, di mana tugasnya menganalisis aspek kebudayaan dan kemanusiaan dari dunia digital dan siber. (*)
LEAVE A REPLY