Keterangan Gambar : "Menjadi Pejuang Anti Hoax di Dunia Digital" (sumber foto : humas/pp)
JAKARTA - Parahyangan Post - Ditjen Aptika Kominfo Bersama Hasbi Anshory, S.E., M.M selaku Anggota Komisi I DPR RI mengadakan webinar Ngobras Literasi Digital dengan tema "Menjadi Pejuang Anti Hoax di Dunia Digital", pada hari Rabu, 07 Februari 2024.
Pemaparan Materi dari, Samuel Abrijani Pangerapan B.Sc. MM selaku Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika, beliau katakan, "Upaya literasi digital ini perlu terus ditingkatkan karena merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Untuk itu Kominfo terus berkomitmen terus meningkatkan literasi digital untuk mendukung literasi digital agar menjadi salah media untuk berusaha di media sosial.
Hal ini dikarenakan dunia digital telah mengubah cara hidup kita dalam hal professional dan personal. Atas dasar itulah mendorong kominfo untuk memperhatikan tiga sektor yaitu masyarakat umum, pemerintahan dan pendidikan. Pada tahun 2024 akan kembali mengadakan literasi digital agar siap menghadapi tantangan di dunia digital dengan empat pilar utama yaitu kecakapan digital, keamanan digital, budaya digital dan etika digital.
Narasumber ; Hasbi Anshory, S.E., M.M. selaku anggota Komisi I DPR RI mengatakan, "Pemicu hoax di Indonesia pertama adalah beratilhanya media offline ke online sehingga memancing produksi informasi serta berita-berita. Kedua adalah politik praktis. Cara menghadapi hoax adalah dengan memperbanyak literasi media dan literasi digital, kritis, gunakan logika bukan amarah kemudian laporkan ke pihak yang berwenang.
Narasumber ; Wawan Novianto. M.M selaku akademisi IAIN Kerinci Jambi mengatakan, "Media sosial adalah infrastruktur informasi dan alat yang digunakan untuk memproduksi dan mendistribusi isi media, dimana dapat berupa pesan-pesan pribadi, gagasan dan produk-produk budaya yang berbentuk digital. Kemudian yang memproduksi dan mengkonsumsi isi media dalam bentuk digital adalah individu, organisasi dan industri. Jenis media sosial adalah collaborative project, blog dan microblogs, content communities, social networking sites, virtual game worlds, virtual social worlds.
Narasumber terakhir; Lorenzo Mukuan selaku Presenter dan Pegiat Literasi Digital mengatakan, "Hoax pertama kali dikemukakan pada abad ke 18 yang berasal dari kata “hocus” yang digunakan pesulap Italia untuk memamerkan triknya.
Hoax kemudian sering digunakan untuk memberikan informasi bohong sebagai candaan. Kini, hoax semakin berkembang dengan beragam variasinya di Indonesia apalagi menjelang pemilu. Salah satu contohnya adalah kasus Ratna Sarumpaet pada tahun 2018 yang berdampak fatal. Lebih lanjut, hingga Juni 2023, aduan konten hoax mencapai 11,759 menurut Kominfo. Parodi yang dilakukan oleh beberapa pendukung paslon, justru secara berbeda dicerna oleh masyarakat.
Pencegahan hoax dengan layanan aduan dari Kominfo untuk konten negatif, hoax termasuk di dalamnya. Bisa diakses melalui aduan konten.id atau website resmi kominfo. Tidak perlu memberikan informasi yang anda sendiri kurang yakin akan kebenarannya, sebarkan atau diskusikan hasil penelusuran anda terkait kebenaran konten.
(rd/aw/pp)
LEAVE A REPLY