Home Opini Genjatan Senjata Bukanlah Solusi Konkrit

Genjatan Senjata Bukanlah Solusi Konkrit

556
0
SHARE
Genjatan Senjata Bukanlah Solusi Konkrit

Keterangan Gambar : sumber fot : Ilustrasi gencatan senjata. (Foto: Freepik/pvproductions) /pp

Oleh. Syiria Sholikhah
Mahasiwi Universitas Indonesia (UI) 

EUFORIA - Genjatan senjata yang disepakati Israel-Hamas pada tanggal 15 Januari 2025 malam masih menggelora di hati umat muslim dunia hingga sebagian mereka menganggapnya sebagai kemenangan Palestina atas Israel, meski tidak sampai 24 jam dari pengumuman tersebut Israel melancarkan serangan yang menewaskan lebih kurang 82 warga Gaza sebagaimana dilansir dari viva.co.id (16/01/2025). Berdasarkan laporan dari Risalah Amar, penjajah Israel masih melancarkan serangan selama 10 hari berturut-turut hingga fajar ini (30/01/2025) kea rah kamp Jenin dan dilaporkan 10 orang syahid dalam serangan udara tersebut. 

Genjatan senjata bukanlah yang pertama kali disepakati dan bukan pula pertama kali penjajah Israel melanggar perjanjian genjatan senjata, para penjajah Israel tetap melancarkan serangan ke beberapa wilayah meski dalam masa perjanjian genjatan senjata. Genjatan senjata pula tidak bersifat permanen, namun hanya sementara seolah membuka opini publik supaya warga dunia menyaksikan “kepalsuan” presiden baru Amerika yang seakan berpihak kepada Palestina, padahal semua adalah palsu dan tipu daya. 


Genjatan senjata ini disepakati setelah kejadian kebakaran hebat di Los Angeles yang menyebabkan kerugian cukup besar bagi Amerika. Bisa saja genjatan senjata ini hanyalah alibi yang dibuat para penjajah untuk mempersiapkan senjata-senjata baru yang lebih banyak dan lebih canggih untuk kemudian melancarkan aksinya secara tiba-tiba. Patut kita waspada akan misi terselubung dari pengumuman genjatan senjata yang disepakati oleh Amerika tersebut. Pasca genjatan senjata tersebut, Amerika telah mengirimkan Bom MK-84 ke Israel sebagaimana dilansir dari babelpos.bacakoran.co (26/01/2025). Trump menyampaikan bahwa pihaknya ingin membersihkan Gaza sejak konflik yang terjadi selama puluhan tahun.

Kita harus memahami bahwa genjatan senjata telah dilakukan sejak dahulu hingga kini, namun hasilnya sama saja tidak memberikan solusi apapun. Para penguasa negeri-negeri kaum muslim bahkan tidak bisa berbuat apa-apa, solusi yang diberikan dan coba dilakukan tidaklah membuahkan hasil apapun alias nihil. Diplomasi dan segala jenis upaya yang dilakukan tanpa militer hasilnya zonk, kenapa? Israel tidak mengenal bahasa selain kekerasan dan perang. Sungguh ironi, para penguasa negeri-negeri kaum muslim seperti para pengecut yang tetap membebek kepada Amerika yang merupakan dalang dari penjajahan ini. Bolehkah kita sebut mereka adalah para pengkhianat?


Alasan dari mereka enggan menolong adalah mereka tidak ingin negaranya mendapatkan masalah karena berkoalisi dengan musuh dari negara adidaya saat ini yakni Amerika. Mereka ingin melindungi warga negaranya dan negaranya, iya, hanya sebatas nasionalisme saja kepedulian mereka. Sangat terlihat jelas sekarang, apa yang menghalangi para penguasa negeri-negeri kaum muslim menolong saudara kita di Palestina dengan bantuan militer. Sekat tersebut yang menjadi penghalang adalah sekat nasionalisme atau nation state. Padahal Rasulullah telah menyampaikan bahwa umat muslim adalah satu tubuh, ketika satu sakit maka yang lain pun turut merasakan sakit pula dan sama-sama berjuang mengembalikan kemuliaan.

Nasionalisme ini merupakan ciptaan barat sebagai alat yang digunakan untuk meruntuhkan Daulah pada masa Daulah Ustmaniyyah, alat ini berhasil meruntuhkan daulah dan bahkan hingga saat ini sekat ini menjadi penghalang bersatunya umat muslim di seluruh dunia. Umat muslim saat ini mudah dijajah dan ditindas karena ketiadaan Khilafah sebagai payung pelindungnya. Tak terkecuali bahwa Khilafah yang menjadi payung Baitul Maqdis hingga keruntuhannya yang menjadikan barat langsung menyerbu tanah kharaj milik umat muslim (Baitul Maqdis).

Solusi dua negara bukanlah solusi, sungguh Baitul Maqdis adalah milik umat Islam dari sejak pembebasan yang dilakukan pada masa Umar bin Khattab hingga akhir zaman nanti tidak akan pernah berubah. Tanah tersebut harus direbut kembali, tidak boleh ada negara yang berdiri di atas tanah tersebut. Bangsa Yahudi boleh saja tinggal di tanah tersebut namun bukan sebagai negara melainkan hanya sebatas sebagai warga negara Daulah Islam. Genjatan senjata ini tidak bisa dianggap sebagai kemenangan Palestina atas Israel, meski demikian kita tetap harus berbahagia namun tetap waspada. Kemenangan yang hakiki adalah ketika Baitul Maqdis termasuk Palestina kembali ke tangan kaum muslimin secara utuh, kemudian dilindungi oleh payung yang disebut Khilafah Islamiyyah sebagaimana sebelumnya. Tidak ada tendensi oleh Amerika maupun Israel dan sekutunya di atas bumi Syam yang meliputi Baitul Maqdis tak terkecuali Palestina.


Solusi hakiki dari masalah Palestina dan masalah umat muslim yang lain hanyalah satu, yakni urgensi akan kebutuhan Khilafah sebagai perisai pelindung umat muslim. Pembebasan Palestina dan Baitul Maqdis, tidak akan terwujud kecuali dengan jalan yang sama sebagaimana Rasulullah sampaikan dan diwujudkan pada masa Umar bin Khattab dan kembali diulang oleh Salahudin al-Ayyubi, iya dengan jalan dan cara yang sama yaitu Jihad di bawah naungan Khilafah. Kita telah sama-sama mengetahui bahwa Israel tidak mengenal bahasa selain perang, maka untuk melawannya dengan militer pula. Apple to apple

Sekalipun genjata senjata adalah permanen (seandainya), itu bukanlah yang diharapkan. Baitul Maqdis milik umat muslim maka seluruhnya harus kembali ke tangan kaum muslimin di bawah naungan Khilafah sebagai pelindungnya. Sungguh, nyatanya Israel berkhianat sudah tak terhitung, masihkah percaya kepada mereka? Sesungguhnya percaya kepada pengkhianatan adalah kebodohan yang nyata, dan berharap kepada musuh adalah bentuk keputusasaan.

Sekuat apapun mereka membuat tipu daya dibalik genjatan senjata, tidaklah akan mungkin dapat mengalahkan kuasa Allah sebagaimana Allah menjelaskan di dalam firman-Nya dalam QS. Al-Imran ayat 54, yang artinya “Dan mereka (orang-orang kafir) membuat tipu daya, maka Allah pun membuat tipu daya, dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” Khilafah menjadi sebuah urgensi dan kewajiban untuk di tegakkan kembali sebagaimana janji Allah dan Rasulullah, mari kita jemput janji tersebut karena janji tersebut pun butuh usaha dalam penjemputannya. Tidaklah tiba-tiba turun dari langit kemenangan tanpa ada usaha, sebagaimana kita melihat sejarah bagaimana para sahabat Nabi menjemput janji Allah dan Rasulullah akan penaklukan Romawi dan Persia yang terlihat mustahil kala itu. Tidak ada yang mustahil jika Allah telah menetapkan sesuatu, dan Khilafah adalah busyrah Rasulullah yang harus kita jemput sebagaimana para sahabat menjembut busyrah Rasulullah atas Romawi dan Persia, hingga Konstantinopel. Kun fayakun (*)