Home Seni Budaya Ruang Sunyi : Serangkai Permenungan : Ely Susanti, Buku Inspiratif Sebuah Ode Kemanusiaan

Ruang Sunyi : Serangkai Permenungan : Ely Susanti, Buku Inspiratif Sebuah Ode Kemanusiaan

458
0
SHARE
Ruang Sunyi : Serangkai Permenungan : Ely Susanti, Buku Inspiratif Sebuah Ode Kemanusiaan

Keterangan Gambar : Peluncuran dan Bedah Buku, Karya Ely Susanti yang berjudul “Ruang Sunyi Permenungan, Ely Susanti, di gelar di Perpustakaan Daerah Kota Depok, Komplek Balaikota, Jl.Margonda, Kota Depok, Sabtu (06/09/2025). 

DEPOK II Parahyangan Post - Peluncuran dan Bedah Buku, Karya Ely Susanti yang berjudul “Ruang Sunyi Permenungan, Ely Susanti, di gelar di Perpustakaan Daerah Kota Depok, Komplek Balaikota, Jl.Margonda, Kota Depok, Sabtu (06/09/2025). 

Kegiatan yang di gelar oleh komunitas “Koloni Seniman Depok Indonesia (Koloni Ngopi Semeja)”, dihadiri oleh, Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Depok, Utang Wardaya, MAP, M.Si, didampingi staf dan jajaranya. Selain itu juga Ketua dan para penggiat komunitas “Ngopi semeja”, Jimmy Johansyah, Badri AQ T dan penulisnya, Ely Susanti, pihak penerbit Kosa Kata Kita (KKK) dalam hal ini diwakili oleh Adri Darmadji Woko, serta para sastrawan, penyair dan penggiat seni kenamaan, serta para tamu undangan lainnya.

Acara dipandu oleh penulis dan penyair, Santined menghadirkan pembicara Herman Sahara dan Rini Intama (berhalangan hadir, makalahnya di bacakan oleh, Penggiat Literasi Nasional, Julia Basri).

Ada nuansa yang berbeda, demikian pengantar Kang Badri AQ T, sosok di balik komunitas ‘Koloni Ngopi Semeja’., karena selama ini lanjutnya, kegiatan seperti ini kita laksanakan di markas Koloni Ngopi Semeja, di Kolong Fly Over, Jl. Arif Rahman Hakim, Kota Depok. Terima kasih kepada pihak Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Depok, ungkap Badri AQ T.

Selain diskusi dan bedah buku, juga ada pembacaan puisi dan penampilan musik religi, hadroh oleh group Sangkakala.

Acara di awali dengan penyerahan buku dari penulisnya Ely Susanti diserahkan kepada komunitas Koloni Ngopi Semeja (Jimmy Johansyah), kepada  Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Depok, Utang Wardaya, MAP, M.Si dan kepada Pihak Penerbit Kosa Kata Kita (KKK), Ardi Darmadji Woko.

Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Depok, Utang Wardaya dalam kesempatan tersebut menyampaikan bahwa ruang perpustakaan ini bisa dimanfaatkan oleh warga Kota Depok, untuk kegiatan literasi.

Saat ini menurut Utang Wardaya, Perpustakaan Kota Depok memiliki koleksi sebanyak 34 ribu buku, kondisi ini masih kurang dari target, karena untuk memenuhi akreditasi seharusnya punya sebanyak 64 ribu koleksi buku.

“Kami juga menghibahkan buku kepada Taman Bacaan Masyarakat yang ada di Kota Depok, dengan jumlah penduduk Kota Depok sekotar 2 juta lebih, terus terang apa yang kami lakukan masih jauh dari harapan masyarakat,”ungkap Kadis Kearsipan dan Perpustakaan Kota Depok.

Untuk itu program kedepan kami akan mencoba memfasilitasi spot baca di tiga alun-alun yang ada di Kota Depok dan akan disediakan sekitar 200 buku termasuk mobil perpustakaan keliling, ini juga yang akan kami fasilitasi untuk semakin banyak dapat menjangkau warga Kota Depok.

“Dengan buku tidak hanya berbagai ilmu, tetapi bagaimana untuk pedewasaan dalam setiap sikap dan gerak kita. Tanggung jawab kita semua untuk membangun dan mencerdaskan anak bangsa, “pungkas Utang Wardaya.

Sementara itu, Julia Basri selaku Penggiat Literasi Nasional yang memiliki tugas diantaranya untuk mengkaji dan meninjau literartur diberbagai daerah sebagai amanah dari Perpustakaan Nasional menyampaikan bahwa saat ini kita masih kekurangan buku-buku bacaan, khususnya bacaan untuk anak-anak. Untuk itu dirinya menyambut baik terbitnya buku Ruang Sunyi ini, buku ini sangat inspiratif.

Senada dengan Julia Basri, Herman Sahara selaku pembicara memberikan catatan-catatannya yang dibacakannya dengan penuh pendalaman dan penjiwaan, seolah kita sedang terbawah alur cerita yang menggugah nurani kita untuk lebih peduli kepada orang-orang tua kita.

Menurut Herman, buku Ruang Sunyi, karya Ely Susanti yang berprofesi sebagai Home Care, seorang perawat yang mendampingi pasien, terutama lansia, kaya akan pengalaman, melihat dan ikut merasakan apa yang dialami oleh si pasien yang di dampinginya.

Pengalaman – pengalaman inilah, selama mendampingi pasien dengan berbagai latar belakangnya yang dituangkan dalam tulisan-tulisan yang inspiratif dan kaya akan makna untuk kita lebih peduli kepada keluarga, terutama orang tua kita, yang sudah lanjut usia.

Disisi lain, catatan-catanan Rini Intama yang di bacakan oleh Julia Basri, bahwa penulis berhasil menceritakan luka bagi keluarga pasien, ini sebuah ode kemanusiaan yang memiliki makna puitis.

Inti bagi kemanusiaan itu sendiri menurut Rini Intama, selalu menghargai dan bersifat universal di ruang sunyi. Syair pujian dan renungan, seperti melihat dunia dan penyair yang hadir di ruang sunyi, dan akan selalu menemukan kebenaran dalam kehidupannya.

“Seorang perawat, sekaligus penulis, yang menjadi saksi bagi sebuah esensi sejati dari kemanusiaan, dan penulis mencoba begitu menjaga setiap nafas kehiduapanya,”ungkap Rini Intama.

Sosok penulis, Ely Susanti sendiri seorang yang berprofesi sebagai perawat, home care, mendapingi pasien, yang kebanyakan sudah lansia. Sehingga ia berinteraksi langsung, melihat dan ikut merasakan apa yang dialami oleh si pasien. Namun dalam dunia literasi diakui Ely sebagai penulis pemula. Ely juga mengungkapnkan, bahwa senang menulis, tetapi kadang tak tau apa yang akan ditulisnya, dan untuk proses menulis buku ini, diakuinya butuh waktu selama satu bulan.

Harapanya buku ini bisa menjadi isnpirasi bagi para perawat lain untuk menuliskan kisah-kisah yang dialaminya, untuk berbagi inspirasi, bahwa banyak sisi-sisi yang selama ini tidak pernah dipahami dan dimengerti oleh orang lain dari ruang sunyi, saat mendampingi pasien.

Selain itu, Ely Susanti juga berpesan, jangan perlakukan orang tua, khususnya  yang sudah lansia untuk selalu menuruti kemauan kita, jangan pakasakan kehendak dan keinginan orang tua kita.


Terkadang kita terlalu egois, dan sok pinter bahwa orang tua kita yang sudah lansia, harus nurut dan mengikuti apa kemauan kita. Dan kita terkadang mengabaikanya, karena sudah merasa bisa membayar orang yang bisa menggantikan tugas-tugasnya untuk mengurusnya. Padahal itu semua tidak cukup, ada ruang sunyi, yang tidak pernah bisa terbeli. - (ratman/pp)