Joze Rizal Manua Baca Puisi di PP Muhamadiyyah

11,694
0
SHARE

 Dalam rangka memperingati Kemerdekaan RI ke 79, sejumlah tokoh lintas agama dan sastrawan berkumpul di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (30/08/2024). Acara yang dikemas dalam tajuk ‘Malam Gembira Puisi Merdeka’ tersebut di inisiasi oleh Lembaga Seni dan Budaya PP Muhamadiyah. 

Acara tersebut dihadiri oleh perwakilan sejumlah tokoh lintas agama, pengurus PP Muhammadiyah. Tampak hadir, sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti yang malam itu membacakan Pembukaan UUD 1945, juga tampak hadir Ketua PP Muhammadiyah Irwan Akib. 

Dari perwakilan PB NU tampak hadir gus Ulil Abshar Abdalla,  Rektor UHAMKA Gunawan Suryoputro, rektor UMJ Makmun Murod. Sementara dari para sastrawan tampak hadir, Joze Rizal Manua, Sutardji Calzoum Bachri dan sebagai tuan rumah, Kyai Cepu. 

Acara dimeriahkan oleh penampilan Group Band Goesplus pimpinan rektor Universitas Teknologi Muhammadiyah Jakarta, Agus Suardika. 

Para tokoh yang hadir dan membacakan puisi, rata-rata mereka menyampaikan keresahan dan harapannya untuk bangsa Indonesia yang saat ini sudah masuk usia 79 tahun. 

Konferensi Waligereja Indonesia Romo Agustinus Heri Wibowo, misalnya. Ia membaca puisi berjudul 'Merdeka Itu Adalah' karya Kyai Cepu. 

"Merdeka itu adalah saat kita rasis memandang diri paling baik, lalu kita terbuka terhadap perbedaan," bunyi penggalan puisi itu saat dibacakan Agustinus, Jumat (30/8/2024) malam. 

Ketua Umum Persatuan Umat Budha Indonesia Philip Wijaya, membacakan puisi karyanya sendiri berjudul '2045'. Puisi itu berisikan tentang harapan untuk Indonesia menatap 100 tahun kemerdekaannya. 

"Wahai saudara-saudara kita semua, bangun, bangun, dan bangun. Sadarlah tidak ada kue yang turun dari langit. Mari kita sisihkan hal-hal yang kotor," ucap Philip membacakan puisinya. 

Puisi itu juga tak berbeda jauh dengan yang dibacakan oleh Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia, Budi Santoso Tanuwibowo. Puisi karyanya sendiri itu berjudul 'Mimpi Indah yang Terlalu Dini'. 

Dalam puisi itu, ia menyuarakan sejumlah persoalan yang dihadapi Indonesia menjelang mencapai visi Indonesia Emas 2045 mendatang. 

"Tuhan mencipta Indonesia dengan penuh cinta. Tapi, mengapa Tuhan lupa ataukah sengaja tidak mencipta insan berkarakter jujur dan bijaksana," kata Budi dalam puisinya. 

Tak hanya itu, puisi juga dibacakan oleh Ketua PP Muhammadiyah Irwan Akib. Puisi itu diberi judul 'Runtuhnya Jembatan Emas'. 

"Di seberang jembatan emas berharap di sana ada rasa cinta terhadap Tanah Air, ada persatuan dalam kebhinekaan, ada kekeluargaan dan gotong royong," ucap Irwan melantunkan puisinya. 

"Dan ada kepentingan umum di atas kepentingan pribadi, keluarga, dan kroni," sambungnya. 

Sementara itu, menurut Kyai Cepu yang juga sebagai Wakil Ketua Lembaga seni dan Budaya PP Muhammadiyah, bahwa salah satu keinginan para pendiri bangsa, agar kita memiliki pemerintahan sendiri. Dan untuk mencapai maksud tersebut, tidak ada jalan lain selain mesti meredeka dari penjajahan. 

“Berkat rahmat Alloh SWT dan perjuangan bersama para pendiri bangsa yang berlatar belakang multi etnis dan multi agama ini, akhirnya mencapai kemerdekaan RI,” pungkas Kyai Cepu.