Home Disaster Milad 24 tahun MER-C dengan Kado Sebuah Buku Menarik

Milad 24 tahun MER-C dengan Kado Sebuah Buku Menarik

Bercerita tentang sulitnya mendirikan RS di Gaza

526
0
SHARE
Milad 24 tahun MER-C dengan  Kado Sebuah Buku Menarik

Keterangan Gambar : Suasan Talkshow Milad 24 tahun MER-C di The Acacia Hotel, Senen. Ketua Presidium MER-C Sarbini Abdul Murad ( 2 dari kiri) saat menceritakan kisah penulisan buku (foto mer)

Jakarta,parahyangan-post.com- Jika pertolongan Allah datang. Maka sesuatu yang tidak mungkin menurut perhitungan manusia, menjadi mungkin. Itulah yang dibuktikan oleh relawan Medical Emergency  Rescue Committee (MER-C). Mereka berhasil mendirikan rumah sakit Indonesia yang fenomenal. Yang memperlihatkan kepada dunia komitmen Indonesia mengenai kemanusiaan.  Di daerah yang tak pernah henti dibombardir Israel. Di Gaza, Palestina!

Cerita tentang bagaimana pertolongana Allah itu datang, -oleh para pelakunya sendiri- di tulis. Kemudian dijadikan sebuah buku –tanpa nama penulis-. Berjudul “Menghimpun Kebesaran Allah”.  

Buku tersebut diluncurkan di The Hotel Acacia, Senen, Minggu 27/8. Bertepatan dengan hari ulang tahun MER-C ke 24. Dirangkai dengan sejumlah acara pendamping yang menarik serta talkshow. Dengan pembicara kunci Menteri Kesehatan era SBY Siti Fadilah Supari. Banyak tokoh dan pegiat kemanusiaan yang hadir. Tampak diantaranya Direktur Eksekutif Badan Wakaf Al Quran Heru Binawan.

Ibu Siti yang tekenal sangat pemberani.  Dan cenderung melawan arus utama. Terutama melawan dominasi Amerika dan antek-anteknya dalam monopoli penyediaan vaksin untuk orang miskin, bercerita. Awalnya MER-C tidak dianggap sebagai mitra di Kemenkes. Tidak pernah diikutkan dalam kegiatan tanggap bencana dan kegiatan kemanusiaan lain.

Tetapi setelah pertemuannya dengan pendiri MER-C dr. Joserizal Jurnalis SpOT (almarhum). Terutama sekali setelah peristiwa Tsunami Aceh. Pendirian Kemenkes berubah.

“Perkenalan saya yang sangat berkesan dengan dr Joserizal Jurnalis adalah pada peristiwa Tsunami Aceh. Ketika itu anak-anak korban tsunami dikumpulkan di lapangan penampungan. Sejumlah orang asing hendak membawanya ke luar negeri dengan pesawat. Dengan dalih untuk diselamatkan. Saya melihat dr. Joserizal  bertengkar dengan  orang-orang asing itu. Dan melarang mereka membawa anak-anak Aceh keluar negeri. Dia bersikeras anak-anak itu akan dirawat di dalam negeri.

Saya melihat dr.muda ini punya idealis dan komitmen yang kuat. Saya kemudian membantu dia mempertahankan sikapnya dan melarang anak-anak korban tsunami Aceh dibawa ke luar negeri. Kami (Kemenkes-red) akan menyiapkan segala sesuatunya,” cerita Siti Fadilah yang sempat masuk penjara karena, –berani melawan Amerika-. Itu.

Sejak itu, cerita Siti Fadilah, Kemenkes terus bekerjasama dengan MER-C dalam setiap aksi kebencanaan.

“Termasuk dalam pendirian rumah Sakit Indonesia di Gaza,  Palestina ini,”cerita Siti.

Sementara itu Ketua Presidium MER-C, dr. Sarbini Abdul Murod bercerita. Dia mungkin orang satu-satunya di dunia yang mendapat surat penugasan diplomatik, tanpa harus menjadi diplomat. Untuk berunding atas nama Negara tanpa prosedur diplomatik yang benar, dengan Menkes Palestina. 

“Hanya berdasarkan ‘memo sakti’ dari Ibu Menkes Siti Fadilah saja, saya bisa beruding dengan Menteri Kesehatan Palestina,” cerita Sarbini.

Ketika itu, cerita Sarbini, dirinya minta ke Ibu Siti untuk dibuatkan surat agar  dapat berbicara dengan Menteri Kesehatan Palestina. Tujuannya agar mereka bersedia mencarikan tanah (lokasi) untuk mendirikan rumah sakit.

“Alhamdulillah tembus. Dan kami bisa membeli tanah untuk mendirikan RS Indonesia di sana,” cerita Sarbini.

Banyak lagi kisah-kisah menarik yang diceritakan oleh relawan MER-C dalam mendirikan RS Indonesia di Gaza. Seperti ketika mereka memperbaiki pipa PAM yang hancur terkena bom Israel. Dengan keberanian yang tinggi mereka pun ke luar komplek Rumah Sakit  memperbaiki sendiri. Setelah berhasil menyambungkan pipa yang hancur, mereka gembira luar, bisa. Bahkan sampai teriak-teriak merdeka. Bersorak riang, menghilangkan rasa takut yang bukan alang-kepalang. Maklum bom setiap saat bisa bersilang-silang, melayang menghantam apa saja.

Tetapi ketika kembali ke RS, ternyata airnya tetap tidak mengalir juga. Selidik-punya selidik ternyata pipa yang disambungkan itu bukan menuju RS tetapi  ke rumah orang lain. Aih…

Semua cerita itu dapat dibaca di buku “Menghimpun Kebesaran Allah” Masyarakat  bisa mendapatkannya dengan menghubungi Call Center MER-C di 0811990176 atau website  www.mer-c.org.

Buku dijual dengan harga Rp. 200.000,-. Semua hasil penjualan akan disumbangkan untuk membangun RS tahap ke tiga (RS Poli) di samping RS Indonesia Gaza sekarang.*** (aboe/pp)