JAKARTA - Parahyangan Post - Pada akhir 2023, Indonesia memiliki jumlah anak dengan angka stunting 18,6 %, angka yang cukup tinggi dibandingkan dengan angka yang dimiliki negara ASEAN lainnya, di mana Indonesia menempati urutan kedua tertinggi setelah Timur Leste. Berdasarkan data UNICEF, Indonesia termasuk ke dalam 5 besar negara berkembang yang memiliki kasus stunting tinggi, satu dari lima anak Indonesia di bawah usia dua tahun mengalami kurang makanan sehat tambahan.
Pemerintah Indonesia telah melalakukan berbagai cara untuk menurunkan angka stunting, di antaranya yang dilakukan oleh Kementerian Sosial, berupa Program Keluarga Harapan (PKH) dan Kartu Sembako/Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Selain itu, Kemensos bersinergi dengan Kementerian Kesehatan dan Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengeluarkan berbagai program seperti pembagian telur dan susu juga Sosialisasi Percepatan Penurunan Stunting. Pemerintah Indonesia menargetkan penurunan kasus stunting pada tahun 2024 di angka 14%.
Wanita Syarikat Islam (WSI) sebagai organisasi Wanita muslim tertua yang berdiri pada tahun 1918 dengan nama Sarekat Siti Fatimah turut berperan aktif membantu Pemerintah dalam menanggulangi permasalahan Stunting di 5 propinsi di Indonesia, salah satunya DKI Jakarta. Jakarta Utara terpilih menjadi daerah intervensi karena merupakan daerah dengan prevalensi tertinggi di DKI Jakarta (17,8%).
Pimpinan Pusat WSI Bekerjasama dengan Kantor Setwapres, BKKBN, Pimpinan Wilayah WSI DKI Jakarta, dan pemerintah daerah Jakarta Utara serta Puskesma, Posyandu dan PKK setempat di Semper Timur, Clilincing, Jakarta Utara melaksanakan program Percepatan Penurunan Stunting yang diselenggarakan tanggal 28 Mei 2024. Acara peluncuran programmya diselenggarakan di Semper Timur, Jakarta Utara selama setengah hari dengan dihadiri oleh pengurus WSI, wakil dari BKKBN, Camat, Lurah, Puskesmas dan posyandu setempat serta para balita stunting penerima manfaat dan ibunya.
Anak balita stunting akan menerima pemberian 1 butir telur dan susu UHT per hari selama 3 bulan kepada anak stunting di Semper Timur sebanyak 30 orang. Prof. Valina Singka berharap dalam pidatonya bahwa ”Semoga program ini dapat memberikan dampak yang baik kepada balita yang masih mengalami stunting di wilayah Semper Timur juga diharapkan peran berbagai pihak terkait yang perlu ditingkatkan seperti pihak swasta/program CSR dapat bekerja sama dengan organisasi sosial untuk melakukan intervensi program nyata langsung ke masyarakat. Majelis taklim muslimah dan masjid wilayah setempat juga perlu dilibatkan dalam melakukan kegiatan sosial pencegahan stunting di wilayah lain di Indonesia.”
(iin/pp)
LEAVE A REPLY