Home Nusantara Webinar Internasional AWG Sepakati Persatuan Bisa Membuat Al-Aqsha Merdeka

Webinar Internasional AWG Sepakati Persatuan Bisa Membuat Al-Aqsha Merdeka

909
0
SHARE
Webinar Internasional AWG Sepakati Persatuan Bisa Membuat Al-Aqsha Merdeka

JAKARTA [ www.parahyangan-post.com ] – Menyambut miladnya yang ke-13, Lembaga Kemanusiaan Aqsa Working Group (AWG) menggelar Webinar Internasional pada Sabtu, 3 April 2021, dengan mengangkat tema “Menggalang Kerjasama Universal dalam Mendukung Pembebasan Al-Aqsa dan Palestina”. 

Webinar ini menghadirkan narasumber dari berbagai negara, di mana mereka menyepakati pentingnya persatuan umat Islam dunia untuk bisa membebaskan Al-Aqsha dan Palestina dari penjajahan.

Para pembicara yang hadir mulai dari Palestina, Inggris , Afrika Selatan, Indonesia dalam presentasinya masing-masing menyadari pentingnya persatuan sebagaimana hal ini menjadi sebuah kekuatan besar yang saat ini tidak disadari banyak pihak, termasuk umat Islam sendiri.

Webinar internasional ini menghadirkan Imaamul Muslimin KH. Yakhsyallah Mansur sebagai pembicara kunci, bersama para pembicara yakni Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional MUI Prof Dr Sudarnoto Abdul Hakim, MA; Direktur Middle East Monitor (MEMO) Inggris Dr. Daud Abdullah; Guru Besar Universitas Islam Gaza, Palestina Prof Mahmud Anbar; Ulama dan Akademisi Nigeria Dr Ahmed Abdul Malik; juga Ahli Filologi Islam Asia Tenggara dan Studi Semiotik di Rungkut dan Dosen Unair Surabaya, Prof Dr Manachem Ali, MA..

Selain itu, Direktur Timur Tengah Kementerian Luar Negeri RI Timur Tengah Bagus Hendraning Kobarsyih dan Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zuhair Al Shun diagendakan akan memberikan sambutan dalam Webinar Internasional ini.

Ahmad Abdel Malik, ulama dan akademisi asal Nigeria, menyinggung persamaan apartheid yang terjadi di Afrika Selatan (Afsel) dan apartheid yang dilakukan Israel. Di negaranya, apartheid dilakukan sekelompok kecil tidak hanya untuk memisahkan ras kulit putih (minoritas) dengan ras kulit hitam (mayoritas) namun juga memisahkan suku-suku di dalam ras hitam sendiri sehingga membuat banyak pihak geram dan dengan persatuan bisa menjadi solusi berhentinya apartheid di negara itu.

“Karena persatuan dan solidaritas yang telah mengakhiri apartheid di Afrika Selatan, solidaritas dari masyarakat di dalam negeri dan juga solidaritas dari luar negeri. Karenanya Solidaritas adalah solusi yang bisa meruntuhkan apartheid Israel juga,” kata Ahmad.

Sementara itu, Direktur Middle East Monitor (MEMO) London, Daud Abdullah, menyebut kekuatan solidaritas persatuan dalam gerakan yang dikenal dengan Boycott Divestment and Sanction (BDS) yang bermula dari gerakan kecil kini telah sangat berpengaruh dan tersebar di berbagai belahan dunia.

Melalui berbagai boikot internasional terhadap produk-produk yang mendukung penjajahan Israel, BDS menjadi gerakan yang ditakuti.

“Karena kekuatan ini, banyak negara-negara Eropa yang mendukung Israel menolak gerakan ini, seperti Jerman, Austria dan Perancis, mereka menyebut gerakan ini kriminal,” kata Daud dalam presentasinya.

Para pembicara lainnya seperti Direktur Timteng Kemlu Bagus Hendraning Kobarsyih dan juga Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri MUI Sudarnoto Abdul Hakim menyuarakan isu yang sama, menegaskan peran Indonesia yang selalu kuat untuk kemerdekaan Palestina. Bahkan dalam berbagai ajang internasional pun Indonesia turut dikenal sebagai negara pendukung Palestina.

Hal ini diapresiasi akademik asal Palestina Mahmoud Anbar yang menyebutkan bisa melihat upaya rakyat Indonesia sejak dulu. Bahkan persatuan yang selalu dikampanyekan Indonesia telah mengena bagi rakyat Palestina.

“Isu Palestina ini adalah isu umat sedunia, kewajiban kita bersama, karenanya ini adalah tanggung jawab kita semua,” katanya menyimpulkan.

Sementara itu, Ahli Filologi Islam UNAIR Surabaya Menachem Ali menilai masyarakat untuk lebih memahami akar konflik dari banyak kitab umat, bukan dari satu kitab saja. Dia meneliti literasi kitab suci bahkan dari sumber Israel yang berbahasa Ibrani.

Dia juga menyebut, persatuan umat Islam selama ini ada pada ikon Palestina di Masjidil Aqsha, sambil menunjukkan salah satu masjid yang sudah dikenal di seluruh dunia, dome of the rock.

“Di sinilah ikon pemersatu umat ini. Di mana pun umat berada di timur dan barat, jika melihat ikon ini, akan bersatu” katanya.

Sebagai kesimpulan, Imaamul Muslimin Yakhsyallah Mansur yang juga sekaligus pembina AWG menyebutkan bahwa persatuan itu fitrah manusia.

“Kami anjurkan umat muslim dunia untuk bersatu karena Al-Aqsha butuh persatuan umat Islam,” katanya sembari mencontohkan masa-masa pembebasan Al-Aqsha oleh Umar bin Khattab dan Salahudin Al-Ayubi yang akhirnya terwujud setelah ada persatuan di dalam masyarakatnya.

Webinar ini juga menjadi bagian dari rangkaian acara Taklim Pusat Virtual 1441 H.

Sebelumnya telah diselenggarakan Konsolidasi dan Taklim Muslimat Pusat dengan tema “Pentingnya Meningkatkan Ketahanan Keluarga dalam Menghadapi Perubahan Dunia."

Adapun acara Taklim Pusat 1442 H ini akan diselenggarakan pada Ahad, 4 April 2021.

Aqsa Working Group (AWG) yang didirikan pada tahun 2008, merupakan lembaga yang dibentuk dalam rangka mewadahi dan mengelola upaya kaum muslimin untuk pembebasan Masjid Al-Aqsa dan Palestina.

Meski fokus terhadap isu-isu Palestina, AWG juga aktif dalam penyaluran bantuan untuk korban bencana yang terjadi di Indonesia, menggalang solidaritas dan bantuan untuk para pengungsi Rohingya, Suriah dan Yaman serta berbagai kegiatan Sosial, Keagamaan dan Kemanusiaan lainnya.

(ws/rls/awg/pp)