Judul Buku: Abdi Bangsa, Kumpulan Memoar Sayyid Ibrahim Raisi
Penulis: Amir-Ali Sharifi
Penerjemah: Muhammad Ghaniem
Penyunting: M. Jalaluddin Rumi
Art Director: Saeed Saffarnejad
Desain Cover: Mikael Barati
Illustrator: Honar-e Nohom Team
Penerbit: Green Palm Publications
Kematian Presiden Iran Ibrahim Raisi dalam kecelakaan helikopter, awal Mei, lalu meninggalkan duka yang amat dalam bagi masyarakat Iran. Karena Raisi adalah tokoh yang dicintai rakyatnya.
Selain itu Almarhum adalah tokoh yang dihormati dunia internasional. Sikap tegasnya mengenai prinsip-prinsip kemanusiaan yang adil, setara dan bermartabat, yang menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran mendapat apresiasi masyarakat internasional. Juga perannya dalam perang Israel-Hamas dipuji dunia. Bisa dikatakan hanya Iran lah yang terang-terangan dan berani menantang agresi Israel dan sekutunya terhadap Palestina yang sangat biadab itu.
Maka tidak heran ungkapan kehilangan orang yang dicintai itu diwujudkan masyarakat Iran dalam berbagai cara. Salah satunya dalam bentuk buku, yang ditulis oleh Amir-Ali Sharifi ini. Judulnya Abdi Bangsa “Kumpulan Memoar Sayyid Ibrahim Raisi”
Di buku ini penulisnya menceritakan kisah perjuangan Raisi mulai dari lahir sampai meninggal. Termasuk silsilah keluarganya.
Mencengangkan. Ternyata Raisi mempunyai trah langsung ke Nabi Muhammad SAW. Di halaman 19 buku ini, ditulias. “Sayyid Ibrahim Raisi lahir pada 14 Desember 1960 di sebuah keluarga ulama di wilayah Noghan, Masyhad. Ayah beliau adalah Hujjatul Islam Sayyid Haji Rais Al-Sadaati dan ibunya adalah Sayyidah ‘Ishmat Khodadad Husaini.
Beliau merupakan keturunan Rasulullah dari Imam Husain (as) dimana garis keturunan beliau dari kedua orangtuanya sampai kepada Imam Ali Zainal Abidin (as). Sayyid Ibrahim kehilangan sang ayahanda saat belum genap lima tahun usianya.
Beliau mengenyam sekolah dasar dan pendidikan agama pada tingkatan mukaddimah di Masyhad, kemudian melanjutkan studinya di Hauzah Ilmiyyah Qom dan Madrasah Ayatullah Burujerdi pada tahun 1975 saat beliau berusia 15 tahun. Beliau mendalami bidang fiqih dan hukum pada jenjang tinggi Hauzah Ilmiyyah.”
Dengan nasab yang langsung ke Rasulullah itu, maka tidak mengherankan kalau Raisi mempunyai daya tarik dan kharismatis kepemimpinan yang dikagumi. Kerja keras untuk bangsanya, dan juga untuk menegakkah marwah Islam se-dunia mendapat pujian.
Raisi juga merupakan simbol perlawan dunia terhadap dominasi Yahudi yang terang-terangan menginjak-injak rasa kemanusiaan, yang membunuh puluhan ribuan anak-anak Palestina tanpa belas kasihan.
Raisi juga pernah mengunjungi Indoneis tahun 2023 lalu dan diterima oleh Presiden RI Jokowidodo di Istana Bogor.
Membaca buku ini, seperti membaca perjuangan bangsa Iran yang dinamis, kuat dan bermartabat, dengan ruh Islam yang kental. Iran, sebagai salah satu pemilik dan pewaris peradaban besar dunia pantas bersedih atas kehilangan Raisi. Tapi Iran bukanlah cuma Raisi. Banyak tokoh lain yang akan meneruskan perjuangannya. Ibaratnya hilang satu tumbuh seribu.*** (ISMAIL LUTAN)
LEAVE A REPLY