Keterangan Gambar : Pasangan Bakal Calon Untuk Pilkada Jawa BaratYang Sudah Beredar di Media (sumber : ist)
Oleh : Tb Ardi Januar
Judul di atas adalah pertanyaan
banyak teman via pesan singkat selama dua hari ke belakang. Mereka nampak
bingung mendengar satu nama yang kedepan akan menjadi bahan bicara dan materi
konten berita.
Ya, hari Sabtu 9 Desember kemarin,
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto resmi mengumumkan nama bakal calon
yang akan diusung dalam Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2018 mendatang. Dia
bernama Mayjen (purn) Sudrajat.
Penunjukkan nama Sudrajat membuat
banyak pihak heran. Pasalnya, nama Sudrajat sunyi dari pembicaraan. Tak masuk
pasaran, tak muncul di survei apalagi di iklan. Sudrajat menjadi nama yang
mengejutkan.
Sejak pekan lalu saya sudah
mendengar nama ini. Saya pun berusaha mencari tahu track record dan wajahnya
via mesin pencari Google. Saya ketik "Sudrajat Jawa Barat", yang
keluar malah Adjat Sudrajat mantan pesepakbola legendaris Persib Bandung. Saya
ketik "Jenderal Sudrajat", yang muncul malah mantan Panglima ABRI Edi
Sudrajat. Wah... siapa Sudrajat ini?
Hingga akhirnya secara perlahan kita
tahu siapa sebenarnya Sudrajat. Dia orang Sunda asli, mantan prajurit
profesional, pernah mengenyam pendidikan di Harvard University, pernah menjadi
duta besar Indonesia di RRC, atase pertahanan KBRI di Inggris dan Amerika
Serikat, hingga pribadi yang dekat dengan kalangan ulama karena memiliki pondok
pesantren di Sukabumi. Sudrajat bak mutiara terpendam di Bumi Pasundan.
Dan lagi-lagi kita dikejutkan dengan
sikap seorang Prabowo. Setelah di Pilgub DKI Jakarta lalu dia berani mengusung
mantan lawan. Kini di Jawa Barat dia berani mengusung nama yang tidak pernah
dibicarakan dan diperhitungkan.
Seketika saya teringat sebuah
cerita. Saat operasi pembebasan Mapenduma, Prabowo harus menghadapi pilihan
yang sulit. Tentara asing meminta rombongan TNI mengikuti rute yang telah
mereka tentukan berkat bantuan alat canggih, sementara salah satu anak buah
Prabowo menyarankan untuk menyusuri jalur berbeda karena dia mengetahui kondisi
medan sesungguhnya.
Hingga akhirnya Prabowo memilih
jalur yang disarankan anak buahnya setelah mengalami perdebatan. Operasi pun
berhasil. Sandra dibebaskan dengan penuh keharuan dan kelompok separatis
berhasil diamankan. Bayangkan, andai kata Prabowo tidak mengikuti kata hati dan
berani melawan arus, mungkin cerita akan berbeda.
Kisah Prabowo di Mapenduma seakan
menjadi refleksi cerita dalam memilih calon pemimpin di Pilgub Jabar. Prabowo
mengikuti kata nurani. Dia tidak ingin Gerindra sekadar berkompetisi, tetapi
juga dia ingin bantu mencari solusi.
Bila ingin mengusung calon populer,
apa susahnya mendukung Ridwan Kamil? Bila ingin calon incumbent, apa susahnya
tunjuk Deddy Mizwar? Bila ingin menggunakan politik agama, apa susahnya
mendukung Aa Gym...?
Ternyata hasil survei, popularitas
dan elektabilitas bukan menjadi alasan utama. Prabowo ingin Jawa Barat dipimpin
oleh tokoh yang cerdas, religius, bersih, profesional, berkarakter dan total
bekerja meski dalam sunyi. Dan Sudrajat adalah jawabannya.
Baru hitungan hari nama Sudrajat
diumumkan, namanya sudah memenuhi pemberitaan, latar belakangnya sudah ramai
diperbincangkan, wajahnya pun sudah banyak muncul di mesin pencarian. Kita
semua kembali menyaksikan secara kasat mata, betapa dahsyatnya Prabowo effect.
Prabowo begitu dicintai masyarakat
Jawa Barat. Lebih dari separuh warga ingin Prabowo memimpin Bangsa. Rasanya,
tak sulit bagi warga Jawa Barat untuk menentukan pemimpin mereka. Prabowo
presidennya, Sudrajat gubernurnya.
Warga Jawa Barat tetapi harus
bersabar. Dalam waktu dekat mereka akan tahu siapa sebenarnya Sudrajat.
Bagaimana konsep pemikirannya dan visi misinya untuk membangun kampung
halamannya. Insya Allah, Sudrajat akan melekat di hati warga Jawa Barat.
Kita kawal Kang Sudrajat...
(Editor : Ratman/pp)
LEAVE A REPLY