
JAKARTA (Parahyangan-Post.com) –
Setelah Mahkamah Konstitusi (MK) yang
memenangkan paslon 01, suhu politik di tanah air yang tinggi tak kunjung
mereda. Ummat dan rakyat tetap saja menilai rezim ini dibangun dengan
kecurangan dan kebohongan.
Disisi lain, segala bentuk
kriminalisasi ulama, tuduhan makar terhadap para tokoh-tokoh politik dan
aktivis, kematian 700 orang petugas KPPS dan sekitar 3.000 lain sakit, tanpa
ada penyelidikan dan investigasi, serta tragedi tanggal 21 dan 22 Mei 2019
dengan meninggalnya sejumlah korban anak-anak tak berdosa dan sejumlah korban
lainya yang masih ada dalam tahanan dan hilang belum diketemukan, masih
menyisakan persoalan tersendiri.
Untuk menyikapi hal tersebut, Gerakan
Kedaulatan Rakyat Untuk Keadilan dan Kemanusiaan (GERAK KEMANUSIAAN) menggelar konfrensi pers,
bertajuk sharing information serta
berdikskusi masala keumatan dan kebangsaan, Rabu (10/07) di Hotel Sofyan,
Tebet, Jakarta Selatan.
Hadir sekaligus narasumber dalam
acara tersebut, Ust.Yusuf Muhammad Martak (Ketua GNFP Ulama), Ust.Shobri Lubis
(Ketum FPI), Ust.Slamet Maarif (Ketum PA 212), Ust. Al Khothoth (FUI), Ahmad
Yani (Koordinator Tim Advokasi Gerak Keadilan), Ust. Najmudin (GNPF Ulama),
Ustadzah Nurdiati Akmal (Emak-Emak) dan Ust. Edi Mulyadi (Kabid Komunikasi dan
Publikasi Gerak Kemanusiaan) selaku moderator dalam acara tersebut. Ketua Gerak
Kemanusiaan, Ust.Abdullah Hehamahua berhalangan hadir karena masih ada kegiatan
di Bandung.
Menurut
Ust.Yusuf Muhammad Martak, selaku Ketua GNFP Ulama, bahwa menyikapi pasca keputusan MK, Gerak Kemanusiaan dalam acara tersebut
juga memberkan pernyataan sikapnya, bahwa :
Pertama ; - Kami menolak putusan MK yang melegitimasi perbuatan
kecurangan dalam Pilpres. Karena hal tersebut juga perintah agama Islam. Jangankan satu mahkamah, sejuta mahkamah yang
melegalkan perbuatan curang akan kami lawan.
Kedua ; - Kami juga tetap akan memperjuangkan kedaulatan rakyat dan menuntut
segala bentuk kejahatan kemanusiaan yang
dilakukan oleh rezim ini.
Dan, Ketiga ; - Ada pihak-pihak yang menggoreng tentang kepulangan Habib Riziq
Syihab, seperti ucapan-ucapan yang tidak senonoh dari Puan Maharani dan
Moeldoko. HRS tidak takut mati, tidak takut dipenjara, tetapi rezim ini yang
meminta kepada Negara Arab Saudi untuk tidak mengijinkan HRS kembali ke
Indonesia (DI CEKAL). HRS hanya takut Ummat Islam jauh dari agama, takut LGBT
marak di Indonesia. HRS tidak takut, justru Rezim ini yang takut, tiap kali ada
AKSI 212. Ada aseng eksodus besar-besaran meninggalkan Indonesia tiap ada Aksi
212.
Sementara itu
Ketua PA 212, Slamet Maarif, bahwa Gerakan 212 dan
Mujahid 212 akan memperjuangkan semua ketidak adilan, Gerakan 212 &
Mujahid 212 akan memperjuangkan apabila Al Qur'an diinjak-injak oleh konstitusi
manapun. Dan
Ummat Islam jangan terpecah belah. Kita harus bersatu berkondolidasi, jelas Ketua PA 212.
Senada dengan
Ketua PA 212, Ustadzah Nurdiati Akmal mengingatkan, kita sudah berjuang untuk Pak Prabowo jadi tolong
Bapak JANGAN REKONSILIASI. Karena akan menyakiti hati kita pendukung 02. Emak-emak, lanjut Ustadzah Nurdiati Akmal, tetap menangis karena takut
pada NEO KOMUNIS.
Kita harus ingat sejarah Ummat
Islam dibantai. Bagamana dengan anak cucu kita dalam menegakkan agama Allah
SWT. Saya takut kita bakal terusir dari negeri kita, masih adakah mesjid? Masih
bisakah anak cucu kita beribadah?? ,
jelas Ustadzah yang begitu gigih dalam pergerakan dan memperjuangkan kebenaran
dibawah Dinul Islam.
(ratman/pp)
LEAVE A REPLY