Home Seni Budaya Paradigma Lama Pengelolaan TMII Harus Diubah

Paradigma Lama Pengelolaan TMII Harus Diubah

Ketua Asosiasi Anjungan TMII DR. H. Zulfikar, M.Si, M. Hum.

1,361
0
SHARE
Paradigma Lama Pengelolaan TMII Harus Diubah

Keterangan Gambar : Ketua Asosiasi Anjungan TMII / Kepala Anjungan Riau DR. H. Zulfikar, M.Si, M. Hum.

Ketua Asosiasi Anjungan TMII DR. H. Zulfikar, M.Si, M. Hum.

Paradigma Lama Pengelolaan TMII Harus Diubah

Jakarta, parahyangan-post.com- Satu hal yang tidak bisa berubah sejak reformasi di Taman Mini Indonesai Indah (TMII) adalah manajemen pengelolaannya. Mereka masih memakai paradigma lama yang lamban dan tidak mau menyesuaikan diri dengan perubahan zaman. Mereka menganggap anjungan-anjungan yang berada di dalamnya sebagai obyek untuk mencari pemasukan semata.

Hal tersebut disampaikan Ketua Asosiasi Anjungan TMII Dr.H. Zulfikar M.Si, M.Hum, saat bincang-bincang serius dengan parahyangan-post.com di Komplek TMII beberapa waktu lalu.

Zulfikar yang juga Kepala Anjungan Riau TMII merasa jengkel oleh ulah oknum penjaga pintu masuk. Sebab artis yang diundangnya ditahan. Mereka tidak boleh masuk sebelum membayar retribusi. Padahal Zulfikar sudah menginformasikaan sebelumnya bahwa di anjungannya (Riau-red) ada kegiatan kesenian yang mengundang artis, dan minta penjaga pintu membolehkan mereka masuk.

Masak artis dan pengisi acara harus bayar juga?” jengkel Zulfikar kepada parahyangan-post.

Artis yang yang dimaksud Zulfikar adalah Rizal Djibran. Saat itu Zulfikar mengundang Djibran untuk mengisi  acara talkshow tentang UMKM dan MoU kerjasama publikasi kebudayaan antara TV Budaya-Anjungan Riau dan Kemenkop UKM di Anjungan Riau.

Seharusnya, lanjut Zulfikar, para pengisi acara, wartawan dan pegiat seni yang meramaikan TMII dibebaskan masuk. Karena mereka inilah yang mempunyai daya tarik untuk menghadirkan masyarakat.

“Kalau tidak ada kegiatan kesenian, tidak ada acara budaya, siapa yang mau masuk ke TMII. Masyarakat kan bosan, karena yang dilihat itu ke itu saja. Jadi saya merasa heran, kok pengelolaan TMII masih memakai paradigma lama.Tidak mau berubah. Tidak mau menyesuaikan dengan kebutuhan zaman,” tambah Zulfikar.

Positif

Diketahui, pemerintah sebelumnya telah mengumumkan bahwa pengelolaan TMII akan diambil alih oleh Sekretariat Negara (Setneg). Selama ini TMII dikelola oleh Yayasan Harapan Kita (YHK).

Setneg nantinya akan menunjuk badan pengelola baru. Apakah akan mendirikan BUMN sendiri atau menunjuk salah satu BUMN bidang pariwisata. Masa transisinya akan berlangsung selama 3 bulan, sejak diumumkan (awal April).

Salah satu alasan pengambil alihan ini,  menurut Moeldoko (yang ditugaskan oleh Presiden Jokowi)  karena kerugian yang dialami pengelola TMII setiap tahun. Nilainya mencapai Rp 40 miliar hingga Rp 50 miliar.

Mengenai pengambil alihan ini, Zulfikar sangat mengapresiasi.

“Saya menyambut baik pergantian manajemen pengelolaan TMII ini. Saya berharap ke depannya manajemen lebih fleksibel dan menghargai jerih payah anjungan yang menghadirkan beragam kesenian daerahnya. Janganlah menganggap anjungan ini sebagai sapi perahan semata. Padahal kami yang berkeringat tapi kami tidak mendapat apa-apa. Malah dipersulit lagi,” tutupnya.*** (aboe/pp)