Keterangan Gambar : Sesi Foto Bersama Para Tokoh dan Sastrawan usai Acara Parade Puisi untuk Gaza : Solidaritas Sastrawan Indoneis untuk Gaza, Sabtu (27/07/2024) di aula Badan Bahasa, Rawamangun, Jakarta Timur.
JAKARTA - Parahyangan Post– Bertempat di aula Kantor Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementrian Pendidikan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, Sabtu (27/07/2024) digelar ‘Parade Puisi untuk Gaza : Solidaritas Sastrawan Indonesia untuk Palestina.’
Menurut Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Aminudin Aziz bahwa kegiatan ini merupakan hasil kerjasama Badan Bahasa dengan Majalah Sastra Horison untuk menyelenggarakan kegiatan Parade Puisi untuk Gaza sebagai bentuk solidaritas atas persoalan kemanusiaan di Palestina.
Tampak hadir dalam acara tersebut, Duta Besar Palestina untuk Indonesia, H.E. Dr.Zuhair S.M. Al-Shun, dan sejumlah sastrawan serta budayawan Indonesia, antara lain, Taufiq Ismail, Eka Budianta, Aspar Patusuri, Jose Rizal Manua, Ahmadun Yosi Herfanda, Dewi Motik Pramono, Jajang C Noer, Helvy Tiana Rosa. Selain itu juga tampak hadir politisi dari Partai Gerindra, Fadli Zon, dan tamu undangan lainnya.
Dalam sambutanya, Kepala Badan Pengambangan dan Pembinaan Bahasa, Aminudin Aziz menyampaikan bahwa sastrawan memiliki peran penting dalam menularkan dan menggerakan kesadaran masyarakat untuk bergerak bersama dalam menciptakan perdamaian dan keadilan, khususnya pada saat ektalasi konflik mengalami kenaikan cukup tajam.
Ketua Badan Bahasa juga menjelaskan bahwa Indonesia sebagai sebuah bangsa telah meneguhkan posisinya untuk menentang penjajahan dalam berbagai bentuk, termasuk genosida yang dilakukan Israel terhadap Palestina. Sikap bangsa Indonesia itu sesuai dengan amanat pembukaan UUD 1945 bahwa setiap penjajahan harus diahpuskan.
Ketika kita mendengar atau terlintas berbicara tentang Palestina maka kita mendengar betapa dunia tidak berpihak kepada mereka. Lalu yang ada dalam benak kita adalah keinginan untuk secara bersama sama membela kemerdekaan merekan dan memberikan hak-hak mereka sesuai dengan apa yang sudah dicantumkan dalam pembukaan UUD 1945 bahwa penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Memandang persoalan genosida di Palestina, menurut Aminudin Aziz, tidak hanya bisa dilihat secara fisik namun juga dengan menggunakan mata hati dan persaan. Untuk itu sastra hadir sebagai sebuah wadah yang bisa menghidupkan perasaan lewat untaian puisi yang dibacakan oleh para Sastrawan Indonesia.
“Sastrawan itu senjatanya lewat kata-kata, sastrawan juga punya senjata melalui karya-karya yang memang punya subtansi sangat mendalam dan bagus. Karya-karya mereka berpotensi untuk dibaca orang dan kemudian akan mempengaruhi pikiran manusia yang lain, masyarakat dan kelompok komunitas yang lebih luas,”katanya dalam acara ‘Parade Puisi untuk Gaza’, di Gedung Badan Bahasa, Jakarta, Sabtu, (26/07/2024).
Di sisi lain Politisi yang juga Ketua Yayasan Majalah Sastra Horison, Fadli Zon, bahwa penampilan Parade Pusisi untuk Gaza ini, ingin menunjukan solidaritas kepada Palestina dari kalangan seniman, sastrawan dan budayawan.
“Ini menunjukan bahwa hampir semua elemen masyarakat termasuk sastrawan mendukung Palestina Merdeka, mengecam kebiadaban yang dilakukan Israel dalam bentuk manifestasinya, yang harus terus disuarakan, dan kali ini dalam bentuk parade puisi,”ucap Fadli Zon.
Sementara, menurut seniman dan budayawan Jajang C. Noer bahwa acara seperti ini merupakan bentuk ekspresi seniman sastra khususnya untuk mengungkapkan isi hati dan pikirannya, lalu menuangkanya dalam bentuk puisi.
“Sastrawan hanya bisa mengucapkan isi hatinya, syukurlah banyak yang peduli. Kita semua peduli, untuk menyuarakan lewat puisi,”jelas Jajang C. Noer.
Para Sastrawan Indonesia yang tampil dalam Parade Pusisi untuk Gaza : Solidaritas Sastrawan Indonesia untuk Palestina, antara lain, Taufiq Ismail dengan karyanya (‘Palestina, Bagaimana Bisa Aku Melupakanmu”), Nissa Rengganis (‘Apa Kabar Palestina”), Helvy Tiana Rosa (“Razan”), dan Haryati Ab Rahman (‘Tragedi Bumi Gaza”).
Selain itu ada juga, Zab Bransah (“Luka Ghaza”), Toto ST Radik (“Surat dari Gaza”), Ahmadun Yosi Herfanda (“Hapus Air Matamu, Palestina”), Vito Prasetyo (‘Palestina Tanah Terluka”), Agus Widey (“Di Gaza”), dan Imron Bintang (“Lagu Perdamaian Palestina”).
Kurnia Hidayati (“Obituri Bocah-Bocah Palestina”), Imam Budiman (“Mengunjungi Yerusalem Sebelum Perang”), dan Joze Rizal Manua (“La Haula Wala Quwata Illa Billahil Aliyil Adzim.
Fadli Zon dalam kesempatan tersbeut tampil membacakan puisinya yang berjudul (“Palestina Memang Bukan Ukraina”), serta Sekjen Kemendikbud Ristek, Suharti membawakan puisi yang berjudul (“Di Tanah Gaza”).
Serta sederet tokoh sastrawan yang juga tampil ikut membaca puisi lainhya, Dewi Motik Pramono, Aspar Patusuri, Eka Budianta, Jajang C Noer, Jamal D Rahman, Lili Ine Sujani dengan nyanyian Sajadah Panjang, dan penampilan dari siswa Cikal Harapan, yang sekaligus memberikan donator dari Yayasan Cikal Harapan dan diramiakan dengan iringan musik dari Kosakata Band.
(shabrina/ratman/pp)
LEAVE A REPLY