Home Opini Komunalisme di Tengah Masyarakat Kapitalisme (2)

Komunalisme di Tengah Masyarakat Kapitalisme (2)

Oleh: Iwan Samariansyah

536
0
SHARE
Komunalisme di Tengah Masyarakat Kapitalisme (2)

Terkadang kehidupan di dunia, tidaklah sejalan dengan persangkaan umum pubik. Begitu juga yang terjadi di Amerika Serikat. Laporan ini memberikan bukti nyatanya.
 

 

Relawan yang Siap Membantu
Apa yang bisa dipetik dari suburnya koperasi dan tatanan kehidupan IC tadi? Setidaknya, kita bisa mengaca pada cermin Amerika dari sisi lain. Di masyarakat yang sudah kadung dikenal sebagai masyarakat individualis dan liberal, tampak kehidupan gotong-royong menyelinap di antaranya.

Yang menarik, mereka juga adalah masyarakat yang gemar menjadi volunteris, atau relawan. Anda bisa bekerja sukarela antara lain dengan memperbaiki rumah-rumah penduduk di daerah kumuh Philadelphia. Kota yang lumayan besar ini merupakan kota di Negara Bagian Pennsylvania yang memiliki banyak masalah. Kerja gotong-royong di sini bukanlah seremonial belaka, tetapi betul-betul memperbaiki rumah rusak milik mereka yang tidak mampu. Kegiatan rutin semacam ini dikoordinasikan oleh masyarakat Quaker.

Sebuah museum sejarah kota di Palmer Lake, Colorado, dikelola oleh masyarakat secara bersama. Mereka berembug Bersama bagaimana memelihara dan mengembangkan museum itu. Masih di kota yang sama, kita bisa  ikut merasakan nyamannya sebuah art centre bernama Tri Lakes Center yang dikelola bersama oleh masyarakat setempat.

Sederhana memang, namun dari sini penduduk setempat bisa memasyarakatkan seni dan mendorong timbulnya apresiasi terhadap karya seni. Difasilitasi oleh Jina Pierce, warga local yang sangat aktif, anda bisa mengikuti lokakarya seni cat air dan seni gerabah dengan Cuma-cuma.

Pertemuan Dewan Kota dari masyarakat komunal di situ juga berlangsung sangat demokratis, penuh semangat kekeluargaan, sangat informal, dan menunjukkan semangat tolong-menolong. Padahal topik-topik yang dibicarkan dalam pertemuan Dewan Kota termasuk sulit, seperti menyangkut rasa ketidakadilan yang dirasakan oleh beberapa keluarga atau problem-problem narkoba.

Di Chambersburg, Pennsylvania, beberapa dinas kota dibentuk dengan cara rembugan. Anggota Dinas Pemadam Kebakaran, misalnya, adalah para relawan tanpa bayaran. Urusan sampah jalanan dan pemeliharaan jalanan kota juga diatur bersama-sama. "Saya di sini jadi cleaning lady," kata Sharon Swartzentruber, wanita yang pernah bekerja sebagai wakil direktur sebuah LSM di Papua dan Jakarta selama delapan tahun, dengan bangga.

Relawan tanpa bayaran juga bertugas sebagai "Pak Ogah" yang mengatur lalu lintas pada jam-jam sibuk pagi, siang, sore. Namun, jangan membayangkan mirip Pak Ogah di sini yang orientasinya duit. Seperti yang terlihat di kota kecil Akron, yang menjadi Pak Ogah di sini bukan remaja tanggung bermuka galak, melainkan bapak-bapak dan ibu-ibu yang sudah pensiun.

Selain mengatur lalu lintas, mereka juga menolong anak-anak atau siapa saja untuk menyeberang jalan. Maklumlah, kota kecil itu hanya memiliki satu lampu bang-jo (traffic light). Pola rekrutmen relawan diterapkan di beberapa daerah. Mereka yang diterima sebagai relawan akan membantu proses belajar-mengajar di sekolah-sekolah, terutama bagi para pelajar yang mengalami kesulitan dalam belajar.

Jangan pula dikira bahwa relawan ini adalah pendidik profesional atau mereka yang pandai mengajar. "Yang paling diperlukan adalah sekadar menemani dan mendorong anak dalam kesulitan mereka belajar, bukan materinya," kata Nancy Graber yang sudah berusia 51 tahun. Graber adalah guru seni di sebuah SD di Colorado.

Jadi, dengan melihat praktik hidup yang penuh gotong-royong di berbagai tempat tadi, kita sepatutnya malu bila masih berani bilang bahwa kegotongroyongan adalah monopoli masyarakat kita. Tanpa harus menimbang mana yang lebih bergotong-royong, alangkah baiknya jika kita belajar dari kepiawaian masyarakat Amerika memobilisasi kekuatan masyarakat.

Di dalamnya terkandung penghargaan tinggi pada jenis profesi apa pun yang menjadi pilihan anggota masyarakat untuk membaktikan diri mereka bagi kehidupan bersama. Bisakah kita melakukan introspeksi dan kemudian melakukan hal yang sama di negara kita? Butuh kerja keras tentu saja. Bila Amerika Serikat menjadi lebih sosialis maka kita justru sebaliknya sedang bergerak sebaliknya. Masyarakat kita menjadi sangat individualis dan liberal. (AP/AFP/BBC/CNN).*** TAMAT