Keterangan Gambar : Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Organisasi Wilayah Jerman menyelenggarakan webinar bertema Smart Sustainable Agriculture pada Sabtu, 21 September 2024
JERMAN - Parahyangan Post - Dalam rangka memperingati Hari Tani Nasional, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Organisasi Wilayah Jerman menyelenggarakan webinar bertema Smart Sustainable Agriculture pada Sabtu, 21 September 2024, guna mendukung terjadinya inovasi pertanian berkelanjutan. Acara ini bertujuan untuk memfasilitasi diskusi terkait inovasi dan teknologi dalam sektor pertanian yang berkelanjutan guna menjawab tantangan krisis pangan global serta mendukung pertumbuhan sektor pertanian Indonesia.
"Penting adanyanya kolaborasi antara akademisi, praktisi, dan birokrat untuk menciptakan sinergi dalam memajukan sektor pertanian Indonesia. Karena, dengan adanya perkembangan teknologi, inovasi di bidang pertanian harus diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan memenuhi kebutuhan pangan nasional," demikian dikatakan Ketua ICMI Orwil Jerman, Hendro Wicaksono dalam siaran tertulisnya kepada media pada Kamis (26 September 2024) di Jerman.
Hendro juga menekankan pentingnya refleksi Hari Tani Nasional sebagai momen untuk mengingat perjuangan petani yang menjadi tulang punggung perekonomian, sekaligus mempromosikan penerapan teknologi berkelanjutan dalam sektor pertanian. Webinar ini diharapkan dapat menjadi forum untuk berbagi ilmu, pengalaman, dan membangun sinergi antara pemerintah, akademisi, praktisi baik dari dalam maupun luar negri serta masyarakat guna mendukung pertanian yang cerdas dan berkelanjutan.
Sementara itu, dalam sambutannya, Ketua Umum ICMI Pusat, Prof Arif Satria menyoroti tantangan utama dalam mengadopsi teknologi moderen di sektor pertanian, terutama mengingat keragaman tingkat kemajuan petani di Indonesia yang bervariasi dari teknologi 0.0 hingga 4.0.
"Meskipun teknologi seperti drone dan smartphone dapat meningkatkan efisiensi, masalah struktural seperti kekurangan buruh tani di beberapa daerah serta risiko pengangguran jika teknologi diadopsi tanpa perencanaan juga perlu diatasi. Penting untuk mempertimbangkan regulasi dan solusi yang inklusif, serta kajian mendalam untuk mendukung percepatan adopsi teknologi secara tepat sasaran di berbagai tipe petani," ujar Arif Satria yang juga Rektor IPB tersebut.
Turut hadir juga sebagai salah satu pembicara utama, Ketua Kelompok Substansi Data Nonkomoditas dari Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) Kementerian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia, Dr. Saifudin, M.Si, yang membahas pentingnya peran teknologi dalam mendukung efisiensi dan efektivitas sektor pertanian di Indonesia.
"Dampak besar dari konflik geopolitik global, seperti perang di Ukraina dan Timur Tengah, yang berpengaruh pada krisis pangan dan energi. Di tengah tantangan global ini, Indonesia diharapkan mampu meningkatkan ketahanan pangannya melalui penerapan teknologi pertanian yang cerdas dan berkelanjutan, ujar Saefudin.
Dia juga memaparkan data terkait penurunan produksi pangan dunia yang memicu kekhawatiran krisis pangan global. Menurutnya, berbagai negara kini mulai membatasi ekspor pangan untuk mengamankan pasokan domestik. Untuk mengatasi tantangan ini, Kementan telah menyusun berbagai program strategis, termasuk cetak sawah baru, intensifikasi pertanian, modernisasi sektor, serta peningkatan kemandirian energi melalui hilirisasi, jelas Saefudin.
Dalam sesi diskusi, juga disoroti potensi besar pertanian Indonesia jika dikelola dengan baik, terutama dengan penerapan konsep smart farming. Dengan peningkatan penggunaan teknologi canggih, seperti integrated farming, precision agriculture, dan Sustainable Agriculture Indonesia dapat meningkatkan produksi pertaniannya dan berperan lebih strategis di panggung internasional.
"Modernisasi pertanian bisa menjadi kunci untuk mencapai target pertumbuhan PDB sektor pertanian sebesar pada tahun 2029," kata Saefudin.
Webinar ini juga membahas pentingnya pendekatan berkelanjutan dalam pertanian untuk menghadapi perubahan iklim, mengatasi kekurangan air, dan meningkatkan kesejahteraan petani. Webinar diakhiri dengan ajakan kepada seluruh peserta untuk berkolaborasi lebih erat demi kemajuan pertanian Indonesia. Hasil dari diskusi ini diharapkan dapat ditindaklanjuti dan diimplementasikan dalam kebijakan strategis pemerintahan baru, seiring dengan pentingnya membangun sinergi antara akademisi, pemerintah, dan industri untuk mendukung ketahanan pangan nasional di masa depan.
ICMI Organisasi Wilayah Jerman merupakan organisasi yang menghimpun para intelektual Muslim Indonesia yang tinggal di Jerman. Organisasi ini berkomitmen untuk berperan aktif dalam pembangunan bangsa melalui berbagai kegiatan ilmiah dan sosial.
ICMI akan selalu hadir untuk memberikan solusi dan kontribusi terbaik bagi bangsa Indonesia. ICMI yang berlandaskan ke-Islaman dan ke-Indonesiaan berbasis kecendekiaan akan selalu berperan aktif mendorong kebaikan untuk bangsa dan negara.
(rn/pp)
LEAVE A REPLY