
Oleh : Novi Anggreani
Bidang intelektual
& riset KORNAS KOHATI
Dalam dunia
pendidikan, penting bagi seorang pendidik untuk memiliki pengetahuan atau
minimal memahami ilmu psikologi. Sebab, untuk menjadi seorang pendidik selain
memiliki kecakapan ilmu, juga harus memiliki kecerdasan dalam membaca dinamika
mental anak. Sepanjang perjalanan proses pembelajaran selalu ada hal unik
sekaligus menarik. entah itu tentang dinamika perkembangan peserta didik,
tindakannya atau kualitas berpikirnya. Kesemua hal ini menjadi sangat penting
untuk diduduki bersama dalam proses penyelesaianya. Peserta didik dengan semua
kompleksitas yang mereka miliki, menjadi dunia yang mesti diselami.
Di dalamnya
terdapat begitu banyak pelajaran berharga yang menanti untuk dieksplor dan
direspon. Sebab, mereka adalah yang sebenar-benarnya filosof sejati itu.
keingintahuan mereka yang banyak, pertanyaan yang mereka ajukan dan kenakalan
mereka yang luar biasa, ialah bagian terkecil dari rangkaian perlajaran tentang
mereka. terlepas dari semua yang mereka miliki, pendidik senantiasa diperhadapkan
dengan problematika yang melingkupi ruang itu-itu saja. Tentang mereka, dengan
segala kompleksitasnya.
Kemendikbud, sebagai
sebuah lembaga yang menggawangi proses pendidikan dan pelaksana pendidikan di
Indonesia menghendaki terbentuknya sebuah proses pendidikan yang berkarakter.
Pembentukan watak dan kepribadian yang berkahlak adalah tujuan yang hendak
dicapai dan diciptkan oleh pendidikan kita. Namun seolah bertolak belakang
dengan cita-citanya, justru dunia pendidikan kita menampakan wajah yang suram
lagi galau.
Banyak potret kurang mendidik justru lahir dari dunia pendidikan
itu sendiri. Moral, yang mestinya melahirkan akhlak yang baik bagi peserta
didik, justru menjadi hal yang mulai menampakan kejenuhanya. Hilangnya moral
dan akhlak peserta didik merupakan salah satu bentuk kegagalan pendidikan kita.
Betapa, video yang beredar baru-baru ini yang mempertontonkan sekelompok
pelajar SMA yang membuli seorang gurunya, adalah bentuk kecatatan pendidikan
kita. tentunya fenomena ini, perlu dipelajari secara bersama oleh segenap
pelaku pendidikan, baik itu pemerintah sebagai pemangku kebijakan maupun guru
sebagai pendidik. Apa yang salah dari pendidikan kita hari ini? seolah moral
dan akhlak menjadi sebuah hal yang teramat sulit untuk kita pupuk dan
kembangkan bersama.
Semua peradaban yang pernah dengan jayanya, tidak pernah
kita temukan dalam sejarah manapun bahwa ia lahir dari sebuah bangsa dengan
tingkat pendidikan rendah dan tidak beradab. Semua generasinya dalah generasi
yang meiliki akhlak dan moral yang baik, menjadikan ilmu sebagai jalan kesucian
dalam menengakan peradaban yang bermartabat.
Dunia pendidikan
menjadi salah satu unsur utama dalam membangun peradaban bangsa. Sebuah bangsa
akan diperhitungkan manakala tingkat pendidikanya tinggi. Bahkan pendidikan menjadi salah satu faktor
utama sebuah bangsa dikatakan maju dan tidaknya. Indonesia dari sisi
pendidikan, masih sangat jauh terbelakang dari Filipina, apalagi dari
Negara-negara eropa. Sejauh yang penulis lihat bahwa Indonesia lebih memilih
untuk fokus pada upaya membangun perekonomian nasional dari pada pendidikan.
Ekonomi memang penting, tapi pendidikan jauh lebih penting. Sebab, dunia
pendidikan menjadi ruh dari segala proses peradaban di dunia ini.
Dunia pendidikan
dengan segala persoalanya yang kompleks, perlu mendapat perhatian dari berbagai
pihak. Namun, sayangnya perhatian dari pemerintah khususnya, untuk dunia
pendidikan hanya datang dari sisi perbaikan kurikulum dan kurikulum saja.
Sejauh yang penulis perhatikan, kurikulum manapun yang coba ditawarkan dalam
proses pendidikan, belum sepenuhnya mampu menjadi solusi atas problematika yang
ada.
Sebut saja tentang akhlak dan moral itu sendiri. Jika saja kita dapat
melihat lebih jauh, bahwa ahklak dan moral ini menjadi persoalan yang mesti
menjadi fokus perbaikan dari sisi pendidikan. Oleh sebanya, kenapa kemudian
masih banyak kita melihat adanya peserta didik yang terlibat dalam
persoaln-persolan Amoral yang tidak semestinya. Ini menandakan, bahwa
pendidikan dan terlebih lagi kurikulum sebagai sebuah kitab rujukan proses
pembelajaran, masih belum mampu menciptakan peserta didik yang bermoral. Sebab
sejauh yang saya pahami tentang kurikulum yang ada, hanya sebagian kecil
menyentuh aspek akhlak dan moralnya. Jika pendidik, sekolah dan lembaga
pendidikan lainya tidak mampu menciptakan akhlak dan moral peserta didik. Maka
impian untuk membentuk suatu bangsa yang beradab pun akan menjadi mimpi yang
tidak akan pernah terwujud.
Kurikulum, lebih
menitik beratkan pada persoalan aspek kognitifnya saja. Meskipun aspek
psikomotorik dan afektifnya juga ikut di dalamnya. Namun, aspek kognitif atau
pengetahuan disini menjadi indikator utama untuk menilai ketercapaianya sebuah
proses pembelajaran. jika alasan dari fokusnya sebuah kurikulum pada aspek pengetahuan
ini adalah untuk menjemput peluang kerja kedepanya. Maka bagi saya secara
pribadi, ini merupakan langkah yang salah, sebab dunia kerja atau yang dikenal
dengan dunia industry adalah dunia yang menjadikan pengetahuan adalah prasyarat
terakhir dari sekian syarat yang ada. Justeru yang kita lihat dalam
kenyataanya, sikap dan keterampilanlah yang justeru menjadi poin utamanya.
Argumentasi di atas diajukan jika kita melihat pendidikan dari sisi nilai
profitnya.
Akan berbeda lagi jika kita memandang dunia pendidikan sebagai
sebuah jalan untuk membentuk kepribadian manusia yang seutuhnya, yang dalam
istilahnya Paulo Freire penulis buku Pendidikan Kaum Tertindas bahwa
pendidikan yang baik adalah pendidikan yang memanusiakan manusia. Adalah
peserta didik sebagai objek pendidikan
harus dilihat secara holistilk, bukan secara parsial. Untuk membentuk karakter
dan moral peserta didik bukan hal mudah, sebab yang tengah dididik adalah
manusia, yang secara alamiah dan naluri kemanusiaanya selalu ada faktor pendukung
baik dari dalam dan luar dirinya.
Hal itulah yang mempengaruhi proses
pertumbuhan dan perkembangan manusia yang oleh Ali syariati kemudian
disebut dengan istilah dimensi ilahiah dan dimensi tanahnya.
Kedua dimensi ini kemudian masing-masing saling memperebutkan posisi untuk
mengarahkan manuisa yang dalam hal ini adalah peserta didikik pada dorongan
kebaikan dan keburukan. Mengingat, kematangan berpikir peserta didik khsusnya
yang masih menduduki bangku SMP dan tidak menutup kemungkinan juga yang setingkat
SMA/SMK pun masih sangat rendah dan rentan terjangkit virus ikut-ikutan. Oleh
karena itu, penting bagi segenap aparatur sekolah dan pendidik untuk senantiasa
melakukan penanaman nilai-nilai akhlakul karimah pada peserta didik.
Pendidikan
kita saat ini masih minim akhlak, minim karakter dan kesadaran. Kedua tokoh
utama dalam pendidikan, yakni pendidik dan peserta didik merupakan sosok yang
mesti sama-sama dikualitaskan. Terlebih lagi pendidik, sebagai agen dalam
melakukan transformasi pengetahuan, harus mampu meiliki kualitas yang lebih.
Sebab, posisi pendidik adalah figure yang senatiasa dicontoh. Penting bagi
pendidikk untuk tidak sekedar memberikan transferan pengetahuan, melainkan juga
mesti cakap dalam membaca dinamika psikis dan karakter peserta didik. Dalam
membentuk karakter peserta didik, dalam ilmu psikologi ternyata butuh 21 kali
perlakuan untuk dapat membangun karakter tersebut dan dibutuhkan 100 kali
perlakuan untuk dapat merubah perilaku atau karakter itu. betapa karater
menjadi sangat penting untuk dikawal dalam setiap interaksi yang ada.
Lalu sudah sejauh
mana pendidik, sekolah dan lembaga pendidikan lainnya mengupayakan sebuah
proses pembentukan dan perbaikan akhlak bagi peserta didiknya? Ini menjadai
tugas dan PR kita.bersama.
Dihari guru Nasional
yang ke-20 ini merupakan momentum yang paling tepat untuk merefleksi kembali
kinerja dan kualitas masing-masing. Seperti orang tua, pendidik memiliki
tanggung jawab moril yang besar dalam mengantarkan peserta didik kedepan pintu
gerbang keberhasilan. Maka penting bagi seorang pendidik untuk senantiasa
mengkualitaskan dirinya. Munculnya berbagai tindakan yang tidak mencerminkan
karakter pendidik, misalnya seorang kepala sekolah yang baru-baru ini
diberitakan mengajak peserta didiknya untuk nonton video porno merupakan akibat
dari hilangnya kesadaran, minimnya pengetahuan, rusaknya moral dan akhlak, dan
hilangnya karakter dari seorang pendidik.
Oleh karenanya, dalam rangka memperingati hari Guru Nasional
ini, mari sama-sama kita evaluasi dan tingkatkan kembali kualitas kita, agar
menjadi pendidik yang benar-benar bisa menjadi figure bagi peserta didik.
Selamat hari Guru,
untuk seluruh Guru di Indonesia, mari cintai dan sayangi anak didik kita dengan
semangat kemanusiaan. Karena mereka adalah dunia yang luas.
Dunia seperti apalagi yang hendak kita cari,
sementara mereka adalah dunia yang luas lagi lapang itu sendiri, tempat terbaik
untuk belajar, filosof sejati, buku yang layak untuk dibaca dan penting untuk
dipelajari
LEAVE A REPLY