
Keterangan Gambar : sebagian karya guru terbitan MediaGuru yang diluncurkan pada Peringatan Hari Kebangkitan Nasional di Jakarta. acara dibuka langsung oleh Mendikbud Muhadjir Effendi. (foto Ary)
Jakarta, parahyangan-post.com Gairah guru untuk menulis buku ternyata cukup besar. Sejak MediaGuru mengadakan pelatihan setahun terakhir, naskah yang sudah masuk sebanyak 450 judul, namun yang dicetak dan dipublikasikan pada peringatan Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei sebanyak 230. Hal tersebut diungkapkan Chief Executive Officer (CEO) MediaGuru M. Ihsan pada talk show “Pekan Pendidikan dan Kebudayaan 2017, yang berlangsung di Jakarta, Minggu 20/5.
Talk show yang merupakan salah satu rangkaian kegiatan peringatan Hari Kebangkitan Nasional itu, dibuka langsung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendi, diikuti oleh guru seluruh Indonesia, pejabat Kementerian Pendidikan Nasional dan masyarakat umum. Ikut mendampingi M. Ihsan penulis dan motivator terkenal Eko Prasetyo dan dimoderatori Istiqomah Almaki.
“Sisanya masih dalam proses pracetak karena waktunya sangat mepet. Insya Allah setelah kegiatan ini semuanya selesai,” papar Ihsan.
Dikatakan Ikhsan, tiap hari redaksi MediaGuru menerima naskah dari seluruh Indonesia. Temanya pun beragam, ada yang berupa buku panduan, buku paket, cerita bergambar dan juga juga novel.
“Guru pun ternyata mempunyai bakat menulis novel,” terang Ihsan.
Salah satu novel karya guru yang dipamerkan dalam cara tersebut berjudul “Mutiara yang Terpendam” karya Ary Mugiasih S.Pd. Ary adalah kepala sekolah TK Adhyaksa XXV Bekasi.
Berkejaran dengan Waktu
Lebih jauh M. Ihsan menjelaskan, MediaGuru bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dalam hal ini Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) terus mengadakan pelatihan menulis buku.
“Saya sudah berkeliling seluruh Indonesia membimbing guru. Pengalaman saya selama melakukan pelatihan, minat guru untuk menulis buku sangat besar. Hanya saja belum semuanya layak diterbitkan. Untuk itu perlu latihan terus-menerus agar lancar,” tarangnya.
Sementara itu Eko Prasetyo yang juga Pemimpin Redaksi MediaGuru, mengatakan naskah-naskah yang masuk ke redaksi perlu dipoles atau diedit. Proses editing cukup melelahkan, sementara pihaknya berkejaran dengan waktu
“Maka saya sarankan agar guru mengedit dahulu naskahnya sebelum diserahkan kepada penerbit MediaGuru,” pintanya.
Ditambahkan Eko yang juga mantan wartawan ini, Media Guru juga telah membuka kelas editing agar guru bisa mengedit naskah sendiri dan naskah orang lain.
“Kita sudah mulai di Surabaya, dan juga akan berlanjut di kota-kota lain. Saya sarankan guru ikut kelas editing ini agar nashkahnya cepat diterbitkan, selai itu juga bisa mengedit naskah orang lain. Profesi sebagai editor pun juga sangat menjanjikan,” paparnya.*** (Ary Mugiasih)
LEAVE A REPLY