Home Polkam Ditjen IKP Kominfo - Komisi I DPR Gelar Webinar Hidup Sehat Tanpa TBC

Ditjen IKP Kominfo - Komisi I DPR Gelar Webinar Hidup Sehat Tanpa TBC

1,055
0
SHARE
Ditjen IKP Kominfo - Komisi I DPR Gelar Webinar  Hidup Sehat Tanpa TBC

Keterangan Gambar : Anggota Komisi I DPR RI Andhika Hasan

Jakarta, parahyangan-post.com- TBC adalah permasalahan global yang membutuhkan perhatian serius. Tingginya kasus penularan TBC masih merupakan hal yang penting untuk pemerintah di Indonesia karena data menunjukan bahwa Indonesia adalah pengidap terbesar kedua setelah India dengan kematian hampir 11 orang kematian per jam.

Demikian benang merah webinar Forum Diskusi Publik  dengan tema "Hidup Sehat Tanpa Tuberkulosis (TBC)" yang diselenggarakan Ditjen IKP Kemenkominfo  bekerjasama dengan Komisi I DPR RI, Kamis, 29 Februari 2024.

Memberikan materi pada giat tersebut diantaranya  Anggota Komisi I DPR RI Andhika Hasan, Administrator Kesehatan Ahli Madya Tim Kerja TBC Kemenkes dr. Galuh Budhi Leksono Adhi., M.Kes dan Pegiat Literasi Kesehatan. Dr. Ir. Marten Apuy. M.Si selaku. Sedangkan  keynote Speaker Ketua Tim Informasi dan Komunikasi Kesehatan Kemenkominfo Marroli Jeni Indarto, S.Sos, M.Si

Menurut Marroli, pemerintah sudah melakukan banyak untuk TBC seperti TOS, Temukan Obati sampai Sembuh. TBC mempunyai target untuk penurunan dan pencegahan TBC. Untuk mencapai target tersebut kita harus saling bekerjasama antar berbagai pihak.

Yang paling penting adalah bagi orang yang sedang batuk secara terus menerus selama 2 minggu mohon segera datang ke faskes terdekat untuk dilakukan screening karena memang sudah tercover oleh BPJS. Selain itu stigma orang yang batuk jangan langsung di takuti, tapi dibantu agar bisa dilakukan pengobatan yang diperlukan.

“Kementerian Kominfo mempunyai amanat untuk menyebarkan informasi yang benar untuk masyarakat agar terjadi perubahan perilaku,” tuturnya.

Sementara pemateri utama anggota Komisi I DPR RI, Andhika Hasa mengatakan Tuberkulosis adalah penyakit menular yang penyebabnya adalah bakteri dimana bakteri ini menyerang otak, kelenjar getah bening, sistem saraf pusat, jantung dan tulang belakang. Namun, TBC paling sering menyerang paru-paru.

“Orang dapat lebih mudah terinfeksi penyakit TBC dengan kondisi sistem kekebalan tubuh yang lemah dimana orang tersebut kekurangan gizi, sudah berusia tua dan terinfeksi HIV,” tuturnya.

Ditambahkan Hasan, pengobatan TBC berfokus pada konsumsi obat sesuai anjuran dokter yang dapat berlangsung dari enam hingga sembilan bulan dimana selama pengobatan TBC penting bagi pengidapnya untuk patuh mengkonsumsi obat sesuai dengan resep dokter dan tidak menghentikan sebelum dokter mengizinkan. Sebab jika pengidap berhenti minum obat sebelum waktu yang disarankan, bakteri TBC berisiko kebal terhadap obat. Kondisi ini membuat pengidapnya membutuhkan pengobatan TBC yang lebih lama dengan terapi yang berbeda, dan mungkin berdampak negatif untuk tubuh.

Sedangkan administrator Kesehatan Ahli Madya Tim Kerja TBC Kemenkes dr. Galuh Budhi Leksono Adhi., M.Kes mengatakan, gejala dari TBC paru adalah batuk dimana terdapat gejala turunan seperti BB turun tanpa penyebab/BB tidak naik/nafsu makan turun, demam yang tidak diketahui penyebabnya, badan lemah atau lesu, berkeringat malam hari tanpa kegiatan, sesak nafas tanpa nyeri dada. Penularannya adalah dengan melalui udara, dimana sumber penularan adalah percikan dahak pasien yang dahaknya mengandung kuman TBC. Strategi penemuan kasus TBC yaitu secara aktif-masif dan pasif intensi dimana  penegakan TBC diutamakan dengan pemeriksaan bakteriologis yaitu menggunakan Alat TCM sesuai dengan SE. Dirjen P2P No. 936 Tahun 2021. Pengobatan TBC dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dengan berprinsip tepat waktu, tepat dosis, tepat cara. TBC bisa menyerang semua orang tanpa terkecuali baik dewasa maupun anak-anak, laki-laki maupun perempuan. TBC sebenarnya dapat disembuhkan apabila pasien patuh mengkonsumsi obat sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

Narasumber terakhir Pegiat Literasi Kesehatan Dr. Ir. Marten Apuy. M.Si mengatakan, pencegahan penularan TBC bagi keluarga, kader dan lingkungan pasien TB adalah dengan mengajukan orang yang mempunyai gejala TBC untuk segera memeriksakan diri ke sarana pelayanan TBC, awasi pengobatannya sampai selesai/sembuh, mengajarkan dan anjuran perilaku hidup sehat dan bersih tanpa TBC, imunisasi BCG bagi balita untuk mencegah TB berat (misalnya TBC selaput otak dan TBC paru berat).

 Cara lain yang bisa dilakukan adalah menggunakan masker saat sedang berada di tempat ramai dan berinteraksi dengan penderita TBC, serta mencuci tangan, tutup mulut saat bersin, batuk dan tertawa atau menggunakan tisu untuk menutup mulut, tisu yang sudah digunakan dimasukan kedalam plastik dan dibuang di tempat sampah, tidak membuang dahak atau meludah sembarangan, jangan tidur sekamar dengan orang lain, sampai dokter menyatakan TBC yang diderita tidak lagi menular.*** (aboe/pp/widhy)