
DEPOK (Parahyangan-Post.com) –
Bertempat di Pondok Pesantrean Attaqwa,Kawasan Ciloding, Depok, Â Minggu (08/12) dilangsungkan diskusi public bertema
Pendidikan Akhir Tahun 2019, dengan pembicara pimpinan dan pendiri Pesantren
Attaqwa, Dr H Adian Husaini.Â
Dalam
penyampianya, Adian Husaini menyampaikan terkait, program Pristac yang menjadi program
unggulan di pesantren Attaqwa.Â
Menurut
Adian Husaini, program Pristac yang sudah berjalan 3 angkatan ini, saat ini
kondisi gedungnya sudah harus direhab.Â
Ataqwa
College merupakan Lembaga Pendidikan yang mengedepankan muatan aqidah, Syariah,
ahlak serta kompetensi menjawab solusi tantangan zaman.Â
Lebih lanjut Adian Husaini menyampaikan bahwa setahun lalu,
di bulan Desember 2016, bersama Dr. Alwi Alatas, Dr. Muhammad Ardiansyah, dan
lain-lain, Dr. Adian Husaini meluncurkan program pendidikan tingkat SMA bernama
PRISTAC (Pesantren for the Study of Islamic Thought and Civilization). PRISTAC
berada di bawah naungan Pesantren at-Taqwa Depok, dimana Dr. Adian menjadi
pembinanya. Setelah hampir satu tahun berjalan, bagaimana perkembangan PRISTAC
saat ini? Berikut ini wawancara wartapilihan.com dengan Dr. Adian Husaini, yang
juga Ketua Program Doktor Pendidikan Islam Universitas Ibn Khaldun Bogor.Â
Adian:
Prinsip dasarnya, usia SMA (15-18 tahun) adalah usia dewasa. Mereka bukan
anak-anak lagi. Sehingga konsep pendidikannya adalah konsep pendidikan untuk
orang dewasa. Di PRISTAC para santri kita latih untuk menjadi manusia yang
mandiri; mandiri dalam pemikiran, mandiri dalam sikap, dan mandiri dalam
kehidupan. Jadi, PRISTAC bukan sekedar pendidikan semacam pra-universitas. Para
santri sudah dididik seperti mahasiswa: belajar mandiri, membaca buku, membuat
resensi, menulis makalah, memberikan presentasi, mengajar, menghadiri diskusi
dan seminar-seminar ilmiah, berwirausaha, dan sebagainya.Â
Di
PRISTAC kurikulum kami rancang sangat dinamis, mengikuti konsep keilmuan dalam
Islam, yaitu mengajarkan ilmu-ilmu fardhu ain dan fardhu kifayah secara
proporsional. Kurikulum inti adalah adab dan ilmu-ilmu fardhu ain. Penguasaan
ilmu-ilmu fardhu kifayah dilakukan secara proporsional berdasarkan potensi
intelektual santri dan keperluan masyarakat. Proses pembelajaran bisa berubah,
jika target-target kompetensi tertentu belum tercapai.
(mahdi/pp)
LEAVE A REPLY