
Sekarang orang semakin gemar membuat daftar. Apa saja dibikin nomor. Terkadang nomor urutnya urut kacang, terkadang acak. Pokoknya semua ada daftarnya.
Kalau misalnya ada pemilihan kepala daerah, maka orang-orang pun bikin nomor urut calon potensial dari A-Z. Si pembuat nomor urut mengklaim daftarnya hasil penelitian, riset atau pun survei yang independen.
Percaya gak percaya, masyarakat pun tidak bisa protes. Meskipun si pembuat daftar adalah salah satu tim sukses sang calon, atau lembaga-lembaga tukang survei yang dibayar, atau koran-koran lokal dalam rangka ‘pedekate’ menjaring iklan injak kaki.
Pokoknya tidak bisa protes apalagi melarang, karena membuat daftar adalah hak semua orang, dijamin undang-undang dan…. Pokoknya dijaminlah!
*
Namun banyak juga orang yang percaya pada daftar-daftar yang dikeluarkan itu. Terutama oleh lembaga yang kredibel. Sebut misalnya majalah ekonomi Amerika Forbes, yang mengeluarkan daftar orang kaya sejagad tiap tahun.
Masyarakat mempercayainya, dan orang-orang kaya dunia berebut ingin masuk daftar Forbes itu. Bahkan ada yang protes kalau namanya tak nongol, atau urutan kekayaannya tak sesuai harapan. Misalnya yang pernah dilakukan oleh pangeran kaya dari Arab Saudi Alwaleed bi Talal.
Ketika namanya tidak masuk nomor yang ia inginkan, ia protes dan buat daftar orang kaya sendiri. Namun sekarang daftar itu tak tahu rimbanya, dan sekarang Alwaleed berada dalam pengawasan KPK-nya kerajaan kaya minyak itu.
Begitu juga ketika astrofisikawan Amerika Michael H. Hart membuat daftar 100 tokoh berpengaruh dunia dan menempatkan Nabi Muhammad di nomor 1. Bukunya dipuja-puja oleh umat Islam dunia dan sering dijadikan referensi ustad dalam ceramah.
Nasib Hart berbeda dengan pengarang Arswendo Atmowiloto yang harus dikarengkeng dalam bui karena daftar buatannya  dianggap nyeleneh dan menghina nabi.
*
Sekarang masyarakat Indonesia disuguhkan oleh “Daftar 200 Menteri Lukmanâ€. Daftar ini berisi ustad-ustad potensial yang layak ceramah agama.
Heran juga! Daftar ini bikin gaduh sejumlah orang dan lembaga keagamaan Islam. Alasannya macam-macam. Lembaganya Menteri Lukman (Kementerian Agama)  gak kredibel lah, gak pantaslah para ustad dicacah, dinomorin kayak nomorin kambing qurban di pasar hewan. Pokoknya gak pantaslah begitu!
Lah… lucu juga, lihat daftar  aja kok sewot! Orang itu cuma daftar kok. Kalau gak setuju, ya gak usah, nanggap ustad tersebut untuk ceramah di masjidnya.
Atau kalau gak setuju juga, bikin aja daftar tandingan. Misalnya “Daftar 200 Ustad Paling Lucu… Daftar 200 Ustad paling Tinggi… atau Daftar 200 Ustad Paling Kurusâ€.
Gitu aja kok repot!
Namun saya punya usul kepada Menteri Lukman. Agar daftar 200-nya lebih moncer dan akrab dengan umat, bikin aja acara Televisi “Family Ustad 200†Selangkah  lebih  unggul dari acaranya Tony Sulung “Famili 100â€, yang kini tayang lagi oleh presenter yang berbeda.
Nah, dari pada ribut-ribut baca daftar, kan lebih baik happy.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa.***
LEAVE A REPLY