Home Disaster BNPB dan USAID KUAT Tingkatkan Kapasitas Relawan Satuan Pendidikan Aman Bencana

BNPB dan USAID KUAT Tingkatkan Kapasitas Relawan Satuan Pendidikan Aman Bencana

264
0
SHARE
BNPB dan USAID KUAT Tingkatkan Kapasitas Relawan Satuan Pendidikan Aman Bencana

DEPOKParahyangan Post Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui Direktorat Kesiapsiagaan mendukung penguatan kapasitas relawan dalam penyebaran informasi dan peningkatan kesiapsiagaan masyarakat pada Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB).

BNPB berkolaborasi dengan program United States Agency for International Development Komunitas Perkotaan Untuk Aksi Tangguh (USAID KUAT) akan menyasar 96 sekolah/madrasah di Kecamatan Gambir (Jakarta Pusat) dan Kecamatan Kramat Jati (Jakarta Timur).

Kegiatan ini diawali dengan Pelatihan Relawan SPAB di Wisma Hijau, Depok, Jawa Barat pada Senin hingga Rabu, 5 sampai 7 Agustus 2024.

Mengacu pada Dokumen Kajian Risiko Bencana tahun 2022 – 2026, Provinsi DKI Jakarta memiliki 11 potensi ancaman lainnya, yakni; (1) Gempa bumi, (2) Tsunami, (3) Tanah Longsor, (4) Cuaca Ekstrim, (5) Kegagalan teknologi, (6) Kebakaran Pemukiman dan Gedung, (7) Banjir Rob, (8) Banjir, (9) Konflik Sosial (10) Epidemi wabah penyakit, (11) Gelombang Ekstrim dan Abrasi. Dari ke 11 potensi bencana tersebut banjir dan kebakaran gedung dan pemukiman merupakan 2 jenis bencana yang paling sering terjadi di Jakarta sepanjang tahun 2011 – hingga sekarang. ?
Adapun menurut laporan Statistik Indonesia, pada tahun ajaran 2022/2023 ada sekitar 8.067 unit sekolah di DKI Jakarta yang sebagian besar berada di daerah rawan bencana dan perlu mendapatkan perhatian penuh sebagaimana amanat dalam UU Penanggulangan Bencana No 24 Tahun 2007, bahwa setiap orang berhak mendapatkan pendidikan, pelatihan, dan keterampilan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, baik dalam situasi tidak terjadi bencana maupun situasi terdapat potensi bencana.
 
Narasumber dari Direktorat Kesiapsiagaan BNPB Tasril Mulyadi, S.Pd menyampaikan pentingnya peserta pelatihan dibekali dengan pengetahuan dan pemahaman terkait kebencanaan serta keterampilan agar memiliki kepercayaan diri dalam menyampaikan substansi pada saat menjalankan program pendampingan SPAB.?
Tasril menjelaskan terdapat materi pokok yang penting untuk menjadi bekal bagi para relawan, mulai dari kondisi kebencanaan di Indonesia, konsep dasar penanggulangan bencana, kesiapsiagaan di Satuan Pendidikan, pengenalan School Watching serta praktik penggunaan aplikasi Inarisk untuk mendukung penerapan SPAB.

Dirinya kembali mengingatkan para relawan untuk mengimplementasikan pendekatan SPAB melalui tiga Pilar dan pengelolaan berkelanjutan melalui pencapaian 10 Indikator sesuai Sekolah Madrasah Aman Bencana (SMAB) DKI Jakarta melalui Peraturan Gubernur Nomor 187 Tahun 2016. 
 
Pada kesempatan yang sama, Deputy Director sekaligus Private Sector Lead USAID KUAT Victor Rembeth menjelaskan bahwa tugas relawan SPAB sangat penting sebagai penggerak komunitas sekolah untuk dapat merealisasikan sekolah aman bencana yang memahami praktik dan pelaksanaan indikator sehingga potensi dampak dari risiko bencana bisa diminimalisir.?
Menurut Victor, sekolah bisa menjadi tempat yang paling rawan kalau terjadi gempa, apalagi bila terjadi pada saat kegiatan belajar mengajar (KBM). Sekolah yang tidak aman menjadi sumber kerentanan dan memperbesar risiko dampak dari ancaman gempa.?
Victor menambahkan komunitas sekolah juga bisa menjadi bagian dari unsur kapasitas untuk mengurangi risiko. Ketika segenap komponen sekolah mulai dari murid, guru dan komunitas satuan pendidikan memahami dan melakukan berbagai upaya pencegahan, baik melalui kesiapsiagaan maupun mitigasi yang memadai akan mengurangi risiko gempa. 

Victor menyatakan bahwa anak-anak yang paham risiko bencana akan menjadi champion bagi keluarga dan komunitas sekitarnya sebagai salah satu kekuatan untuk meminimalisir dampak dari risiko bencana.?
Silva Indra Putri, salah seorang peserta pelatihan relawan SPAB yang merupakan perwakilan mahasiswa Pendidikan Geografi Universitas Negeri Jakarta (UNJ) mengemukakan bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan potensi sekaligus mengimplementasikan keilmuan yang dimiliki guna berkontribusi dalam pengurangan risiko bencana.

Silva mengungkapkan bahwa kegitan pelatihan sangat mengesankan dan luar biasa. Harapannya semoga kegiatan ini tidak berhenti sampai di sini saja namun bisa terlaksana secara berkelanjutan.

 Adapun salah satu materi pelatihan yang digemari Silva adalah pengenalan school watching yang dapat membantu pihak sekolah dalam mengidentifikasi ancaman, kerentanan dan kapasitas di lingkungan satuan pendidikan.

Selain itu, school watching juga melibatkan peserta didik sebagai narasumber pembelajaran di luar kelas, sehingga proses penyampaian ilmu dapat diterima lebih muda bagi para murid.

Metode pada pelatihan ini menggunakan pendekatan andragogi (pembelajaran orang dewasa) yang melibatkan peran serta aktif setiap peserta dalam proses presentasi, curah pendapat, diskusi kelompok, permainan, praktik/simulasi dalam – luar ruang dan berbagi pengalaman guna membangun pemahaman bersama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada awal pelatihan.

Peserta pelatihan meliputi unsur Tim Reaksi Cepat (TRC), anggota Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) DKI Jakarta, segenap mahasiswa yang telah lolos seluruh rangkaian seleksi oleh tim pelaksana teknis. 

Pelatihan menghasilkan 48 orang fasilitator yang memahami penerapan SPAB, pengetahuan serta keterampilan dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana.

Diharapkan para fasilitator dapat melaksanakan pendampingan dan sosialisasi SPAB pada 96 satuan pendidikan di Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat dan Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur.

Turut hadir sebagai narasumber dan fasilitator pada pelatihan antara lain Kepala BPBD DKI Jakarta yang diwakili oleh Kepala Subbagian Umum dan Kepegawaian, Win Endrias, S.H; Ketua Forum PRB DKI Jakarta, Achmad Lukman; perwakilan Sekretariat Nasional Satuan Pendidikan Aman Bencana (Seknas SPAB), Akos Koswara; Yayasan Kausa Resiliensi Indonesia, Kurinah Hakim; perwakilan Mercy Corps Indonesia dan perwakilan PMI.
 
Sebagai informasi, program USAID KUAT secara khusus menyasar daerah perkotaan, meliputi Provinsi DKI, Kabupaten Bogor dan Kabupaten Tangerang guna mengurangi risiko bencana yang spesifik pada wilayah urban perkotaan. 

Ada kekhususan dalam penanganan PRB di konteks perkotaan atau yang biasa disebut Whole Settlement Approach atau Pendekatan Terpadu Pemukiman yang perlu diperkuat sehingga risiko bencana pada wilayah perkotaan dapat ditangani sesuai dengan tantangan yang dihadapi daerah.

Kegiatan ini sekaligus mendukung program Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi DKI, Dinas Pendidikan Kebudayaan Provinsi DKI, Kanwil Kementrian Agama Provinsi DKI bersama Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Provinsi DKI Jakarta, serta mendapat dukungan dari Sekretariat Nasional Satuan Pendidikan Aman Bencana (SEKNAS SPAB).

(rl/tm/pp)