Presiden tidak boleh cawe-cawe soal Bansos (di Amerika).
D’Isway 13/2
Demokrasi ala Amerika yang dicontoh Indonesia dalam setiap pemilu ternyata tidak menyertakan yang ini. Yang soal bansos. Yang kini lagi rame menjelang hari pencoblosan. Yang juga diceritakan dalam film dokumenter Dirty Vote. Film yang menelanjangi kelompok 'Pencitra' yang bergelimang dusta.
Di Amerika, presidennya tidak boleh cawe-cawe soal pembagian bantuan sosial. Ia hanya diberikan memang untuk orang miskin. Malah (menjelang pemilu) ada yang ditarik karena Negara sebelumnya kelebihan membayarkan kepada orang yang tadinya dianggap miskin, namun ternyata sekarang sudah dapat pekerjaan. Jadi dia tidak miskin lagi.
Di Indonesia mah laen. Menjelang pencoblosan, presidennya rajin turun tangan. Jumlah penerima pun ditambah, dan nominal yang diterima pun batikuak. Pun yang tidak miskin kebagian pula. Lumayan!
Yang memiris Menteri Sosial di ‘pensiunkan’. Tidak boleh bagi-bagi bansos menjelang pemilu. Enak tenan menjadi Mensos di era ini. Tidak menteri di era sebelumnya, yang tiga orang dibui KPK.
*
Mengapa pembagian bansos menjadi sangat seksi menjelang pencoblosan tanggal 14 Februari ini? Karen (Anda pun pasti tahu). Ibarat perawan, ia sedang melenggok diantara kerumunan perjaka tingting. Setiap geriknya menjadi vokus perhatian. Bahkan diintip di bagian yang sangat sensitif dengan kamera pakai tele dan dizoom. Yang bisa menimbulkan sensasi tanpa batas.
Data menyebutkan, pada Februari ini, Presiden Jokowi mengeluarkan program bansos berupa BLT dengan nama BLT Mitigasi Risiko Pangan. Anggaran yang dibutuhkan untuk bansos ini mencapai Rp 11,2 triliun. Akan ada 18,8 juta orang yang akan menerima bansos sebanyak Rp 600 ribu.
Menkeu Sri Mulyani mencatat alokasi bansos tahun ini dianggarkan Rp 496 triliun. Jumlah itu bertambah sekitar Rp 20 triliun dibandingkan tahun 2023.(CNBC 4/2).
Pembagian bansos itu seperti opera. Bisa mengundang tawa, bisa juga mengundang tangis, yang membuat hidung berleleran mimis.
Lihat ini, ada bansos untuk mitigasi (antisipasi) si cantik el Nina. Yakni topan yang selalu menjadi biang kerok bencana. Tapi el Nina tahun ini tidak muncul. Tak ada kemarau panjang yang ditimbulkannya. Mungkin dia paham, bahwa Indonesia sedang Pemilu maka dia ikut jaga stabilitas agar pemilunya lancar. Tapi bansos atas namanya sudah mengalir deras seperti bah. Dibagi-bagikan justru oleh orang nomor satu. Bahkan di karung berasnya pun bergambar Blio. Cair tuh barang!
Di tempat saya (anaknya bersekolah di sekolah yang dipimpin isteri saya) seorang anggota TNI sudah tiga bulan bertugas di luar kesatuannya. Tugasnya renyah. Membagi-bagikan susu dan sembako di daerah-daerah. Sekarang dia baru saja pulang. Tentu dapat uang lelah segepok. Tinggal kipas-kipas.
Orang bisa saja menduga, bagi-bagi susu adalah program salah satu pasangan yang berlaga 14 Februari ini. Dan tugas itu sebenarnya bukanlah tugasnya. Orang pun mempertanyakan netralitas institusinya.
Banyak lagi contoh lain mengapa pembagian bansos sangat seksi, sangat menarik jika diintip, yang bisa menimbulkan sensasi tanpa batas.
Ibarat opera di panggung berjalan. Semuanya memang sesuai scenario tapi bannya soak.***
*Ismail Lutan, penulis, Ketua Umum PJMI
LEAVE A REPLY