Home Seni Budaya Arus Mudik KETUPAT Lebaran 2024

Arus Mudik KETUPAT Lebaran 2024

Kartun Karya Munadi

818
0
SHARE
Arus Mudik KETUPAT Lebaran 2024

Sudah sepatutnya, kita bersyukur pada ALLAH SWT ( Tuhan Yang Maha Pencipta ), bahwa sampai saat ini kita masih diberi kesempatan    umur panjang dan dapat menjalankan ibadah Puasa Ramadhan 1445 H.
Perjalanan arus mudik untuk merayakan Lebaran Idul Fitri, pulang ke kampung halaman untuk dapat bersilaturahmi kepada orang-tua, sanak saudara, tetangga, dan teman di kampung halaman menjadi tujuan utama mengobati rasa rindu untuk dapat bertemu dan saling mohon maaf-memaafkan.

Hal penting yang perlu diingat dalam perjalan arus mudik, senantiasa berhati-hati dan waspada dalam perjalanan.
Korlantas Polri telah mencatat pada tahun 2023, ada sebanyak 1.457 kasus kecelakaan lalu lintas yang terjadi selama arus mudik lebaran. Sebanyak 189 orang dilaporkan meninggal dunia.
Bagai mana arus mudik lebaran 2024 ini? Kita berharap daftar angka kecelakaan dapat menurun drastis. Masyarakat yang pulang kampung selamat dalam perjalanan dan dapat saling berkunjung ke rumah orang tua, sanak saudara untuk bersilaturahim dalam Lebaran Idul Fitri 1445 H.

Sudah menjadi tradisi, untuk merayakan Lebaran Idul Fitri biasanya masyarakat menyiapkan sajian hidangan Ketupat Lebaran. 
Anyaman kulit ketupat dibuat dari daun kelapa muda, kemudian ketupat diisi dengan beras lalu dimasak.
                    ***
Sejarah Lebaran Ketupat berawal dari Kanjeng Sunan Kalijaga yang pertama kali memperkenalkan kepada masyarakat Jawa. Tradisi Lebaran Ketupat dirayakan pada satu Minggu setelah Idul Fitri, yakni pada 8 Syawal setelah melaksanakan puasa sunnah selama enam hari.
Ketupat Lebaran bukanlah sekedar menjadi makanan khas Hari Raya Lebaran. Ketupat memiliki makna khusus.
Ketupat atau Kupat dalam bahasa Jawa merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Ngaku Papat. Ngaku Lepat bermakna mengakui kesalahan dan Ngaku Papat memiliki arti empat tindakan dalam perayaan lebaran.
Pertama, Lebaran. Ini bermakna usai, menandakan berakhirnya waktu puasa. Berasal dari kata lebar yang artinya pintu ampunan telah terbuka lebar.
Kedua, Luberan. Istilah ini berarti meluber atau melimpah yang menjadi simbol ajaran bersedekah untuk kaum miskin. Pengeluaran zakat fitrah menjelang Hari Raya Idul Fitri, selain menjadi ritual wajib bagi Muslim, juga sebagai wujud kepedulian kepada sesama manusia.
Ketiga, Leburan. Kata ini memiliki makna habis dan melebur. Maksudnya, pada momentum Lebaran, dosa dan kesalahan akan melebur dan habis karena setiap Muslim di tuntut untuk saling memaafkan satu sama lain.
Keempat, Laburan. Istilah ini berasal dari kata labur atau kapur. Kapur adalah zat yang biasa digunakan  untuk penjernih air dan pemutih dinding. Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batin satu sama lain.
Ketupat dapat dimaknai sebagai kesucian hati, setelah ketupat dibuka kulitnya maka terlihat nasi putih yang mencerminkan kebersihan dan kesucian hati usai memohon ampun dari segala kesalahan.
Ketupat biasanya dihidangkan dengan lauk yang bersantan sehingga  dalam pantun Jawa disebutkan " kupat santun, kulo Lepat nyuwun ngapunten" atau bermakna saya salah mohon maaf.
Tradisi Lebaran Ketupat atau Bakda Kupat merupakan simbolisasi ungkapan dari bahasa Jawa. Kupat adalah akronim dari Ngaku Lepat ( mengakui kesalahan ). Simbolisasi ini digunakan Sunan Kalijaga dalam mensyiarkan ajaran Islam di Jawa yang pada waktu itu masih banyak orang meyakini kesakralan dari ketupat 
( sumber NU Online).

         ***
Setelah mudik pulang berlebaran dari kampung halaman, semoga setiap pribadi Muslim dapat menemukan momentum dalam diri untuk selalu sadar diri dan ingat bahwa ada negeri ( kampung ) akhirat, tempat setiap orang akan pulang selamanya.

ALLAH SWT ( Tuhan Yang Maha Pengampun ), berfirman :
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu ( kebahagiaan ) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari ( kenikmatan ) duniawi dan berbuat baiklah ( kepada orang lain ) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di ( muka ) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
( QS. Al Qashash ayat: 77 ) 

Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di ( muka ) bumi. Dan kesudahan   ( yang baik ) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.
( QS. Al Qashash ayat: 83 ).

Video Terkait: