Home Opini ANTARA COLDPLAY, KONSER, DAN IDE KEBEBASAN

ANTARA COLDPLAY, KONSER, DAN IDE KEBEBASAN

Oleh : Dian Salindri (Anggota Komunitas Muslimah Menulis Depok)

89
0
SHARE
ANTARA COLDPLAY, KONSER, DAN IDE KEBEBASAN

Keterangan Gambar : Dian Salindri

Untuk kedua kalinya ditahun ini, Indonesia akan menggelar konser bertaraf internasional yang menghadirkan band dari luar negeri. Setelah sukses menggelar konser band Asal korea Selatan yaitu Black Pink pada April lalu, kini Indonesia akan menghadirkan Band asal Inggris yang sangat terkenal yaitu Coldplay. Band yang dibentuk dari tahun 1997 ini memang memiliki penggemar yang tersebar di berbagai belahan dunia, maka tidak heran ketika melihat antusias yang begitu besar dari penggemar coldplay di Indonesia saat Jakarta termasuk dalam rangkain tur musik band ini.

Antusias ini bisa terlihat dari terjadinya ‘War Ticket’ alias perang memperebutkan tiket konser. Harga tiket band ini dibanrol dari delapan ratus ribu rupiah sampai dengan sebelas juta rupiah untuk Ultimate tiket. Pembelian tiket presale yang baru dibuka per-tanggal 17 Mei lalu ludes dalam waktu 6 menit saja untuk tiket Ultimate. Bukan kaleng-kaleng memang, setengah jam kemudian tiket presale ini pun ludes terjual.

Pro dan kontra menyoal konser ini pun menjadi ramai di media sosial. Yang pro jelas mengusung kebebasan berkehendak dan pastinya tidak lupa bawa-bawa hak asasi manusia. Masyarakat yang terpapar pemikiran liberal menganggap bahwa manusia adalah individu yang mengendalikan kehendaknya sendiri dan melakukan hal-hal sesuai dengan hawa nafsunya.

Namun sejatinya sebagai seorang muslim, segala keputusan maupun tindakan yang kita ambil haruslah sesuai dengan syariat islam, bukan semata berdasarkan pemikiran apalagi berdasarkan hawa nafsu kita sebagai manusia. Dan tak boleh kita lupakan bahwa segala keputusan yang kita ambil ini akan dimintai pertanggung jawabannya kelak oleh Allah SWT.

Dalam Islam hukum menonton konser boleh saja namun haruslah dengan syarat dan ketentuan yang berlaku alias harus sesuai syariat islam. Tetapi sayangnya, konser yang ada pada saat ini tentunya tidak memenuhi kriteria tersebut karena adanya campur baur antara lelaki dan wanita yang menyebabkan hukum menonton konser ini menjadi haram.

Adapun apa yang ditonton juga bukanlah sesuatu yang membawa kebaikan. Diketahui bahwa band fenomenal yang diberi gelar Band terbaik di Abad 21 ini mendukung 'kaum pelangi.' Dukungan ini dapat dilihat dari beberapa konsernya dimana vokalis band tersebut membawa bendera 'kaum pelangi' saat perform di atas panggung. Tentunya sebagai umat muslim kita tidak boleh mendukung kaum yang dilaknat  Allah ini.

Tidak hanya sampai disitu, salah satu lagu mereka yang berjudul Viva La Vida dimana lagu ini pernah menduduki posisi pertama di tangga lagu Billboard dan mendapat penghargaan sebagai lagu terbaik di tahun 2008, ternyata memiliki pesan tersembunyi yang sarat konspirasi. Liriknya mengandung ejekan terhadap kaum muslim yang saat itu kalah dari pasukan romawi saat perang salib. Memang sih, ini hanya sebuah lagu, namun  jika kita sadari, band ini tidak hanya menyajikan hiburan bagi para penggemarnya tapi juga membawa pesan-pesan yang bertujuan untuk merusak akidah umat islam.

Lalu kenapa hiburan saat ini yang tidak membawa manfaat apapun bagi umat dan jelas ada keharaman di dalamnya dibiarkan oleh pemangku kekuasaan ? Inilah bukti bahwa negara yang berasaskan kapitalisme hanya mengambil keputusan berdasarkan untung dan rugi saja, sekalipun keputusan itu bisa merusak moral masyarakat.

Berbeda jika sebuah negara yang berlandaskan dengan sistem islam, sudah pasti tidak akan mengambil keputusan hanya berdasarkan untung dan rugi semata. Segala barang maupun aktifitas yang berifat haram sudah pasti tertolak. Penguasa tidak akan membiarkan hal-hal yang dapat merusak moral masyarakat hadir dan berkembang di dalam negaranya. Pemerintah dalam sistem islam akan menjaga akidah umatnya agar selamat dunia dan akhirat, karena sejatinya itulah peran pemangku kekuasaan sebagai pe-riayah (pemelihara) umat. Untuk itu, sudah saatnya umat muslim bangkit dari keterpurukan dan menyadari betapa pentingnya diterapkan sistem islam dalam sebuah negara.[]