Jakarta, parahyangan-post.com- Cepatnya arus informasi dari pemanfaatan media sosial membuat kita mudah untuk menemukan segala hal informasi yang ingin kita ketahui. Apabila media sosial tersebut dapat digunakan secara maksimal dan produktif oleh seluruh pengguna media sosial, tentunya ekonomi kreatif dan UMKM akan dapat berkembang dengan pesat dengan teknologi yang ada.
Anggota Komisi I DPR RI, Krisantus Kurniawan, S.IP., M.Si mengatakan bahwa saat ini masyarakat Indonesia telah memasuki era digital, yaitu suatu realitas hidup di abad 21 dimana manusia pada semua sektor kehidupannya terpaut dengan teknologi digital.
“Indonesia masuk ke dalam derasnya arus informasi yang dipacu oleh kemajuan TIK, kemajuan tersebut harus dimanfaatkan untuk menguatkan dan mendukung UMKM,” kata Krisantus selaku narasumber pada Seminar Merajut Nusantara yang diselenggarakan oleh BAKTI Kemkominfo bekerja sama dengan Komisi I DPR RI dengan tema ‘Digitalisasi UMKM dalam Mendukung Produk Kreatif Lokal’, secara virtual. Jakarta (23/02/2023).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Krisantus menjelaskan bahwa saat ini UMKM di Indonesia berjumlah sekitar 64,2 juta dan berkontribusi sebanyak 60,51% terhadap PDB atau senilai dengan 9,580 triliun. UMKM juga berkontribusi terhadap penyerapan lapangan kerja 97% dari total tenaga kerja yang ada dan dapat menghimpun sampai 60,4% dari total investasi.
“Namun saat ini rasio kewirausahaan di Indonesia masih rendah, yakni 3,47% dari total populasi, sedangkan rasio kewirausahaan untuk sebuah negara maju minimal 5% dari total populasi,” ujar Anggota Komisi I DPR RI Dapil Kalbar II.
Menurutnya, transformasi UMKM melalui pemanfaatan dan optimalisasi digital perlu dilakukan agar mampu menjadi super smart society dengan pelayanan yang lebih luas, cepat, efektif, dan efisien. Kemudahan yang di dapat tentu dapat digunakan untuk menciptakan strategi bersaing di era digital.
“Dengan semakin banyaknya usaha kecil dan menengah yang terlibat dalam ekonomi digital melalui road brand e-commerce, media sosial, dan mobile platform, maka UMKM dapat tumbuh lebih cepat dari segi pendapatan maupun penyediaan lapangan kerja, serta menjadi lebih inovatif dan lebih kompetitif untuk menghadapi masyarakat digital” tutupnya.
Sementara itu narasumber berikutnya, Rosarita Niken Widiastuti selaku Dewan Pengawas PFN mengatakan, ekonomi kreatif Indonesia adalah konsep ekonomi yang mengutamakan kreativitas, penggunaan ide, pengetahuan dan teknologi untuk mengembangkan ekonomi khususnya pada bidang ekonomi dan industri kreatif.
Ia menyebutkan, ada enam ciri utama ekonomi kreatif, yaitu adanya kreasi intelektual, mudah diganti, distribusi secara langsung dan tidak langsung, membutuhkan kerjasama, berbasis pada ide, dan tidak memiliki batasan.
Adapun tantangan yang harus kita hadapi di era digital yaitu kita harus bisa cepat beradaptasi terhadap perubahan yang tidak terduga. Lingkungan membutuhkan kita untuk cepat mengambil tindakan dalam situasi yang tidak pasti.
“Kondisi yang sering terjadi di luar kebiasaan kita, yaitu harus sanantiasa berpikir ‘outside the box’ di luar wilayah keahlian kita,” kata Niken.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Dkatadata.com dan databox tentang Nilai Gross Merchandise Value (GMV) Asia Tenggara tahun 2021-2025 menyatakan bahwa ekonomi digital Indonesia berada pada urutan tertinggi di Asia Tenggara.
“Dalam rangka mewujudkan potensi Indonesia menjadi The Digital Energy of Asia maka diperlukan nya masyarakat Indonesia untuk mengikuti Gerakan Nasional 1000 StartUp Digital,” ujar niken.
Niken menambahkan, program tersebut adalah pengembangan kapasitas SDM di bidang TIK dalam rentang usia 18-40 tahun yang mempunyai niat dan semangat membangun usaha digital atau technopreuner.
Sementara itu narasumber terakhir, Faradhita Delicia Savira selaku CMO Titipku mengatakan bahwa Titipku adalah aplikasi untuk belanja pasar dari rumah. Titipku sudah melayani lebih dari 50.000 customer dengan jumlah 100 pasar di area jabodetabek.
“Kemajuan teknologi digital saat ini mempermudah kita untuk kegiatan berbelanja, kita tidak perlu repot ke pasar untuk berbelanja, cukup dengan menggunakan handphone dari rumah masyarakat sudah bisa membeli kebutuhannya melalui e-commerce,” kata Faradhita.*** (aboe/pp/wid)
LEAVE A REPLY