Home Edukasi Misbah Fikrianto: Pembelajaran Jarak jauh Semakin Dibutuhkan

Misbah Fikrianto: Pembelajaran Jarak jauh Semakin Dibutuhkan

Dari webinar Yayasan Sekolah Rakyat Indonesia

150
0
SHARE
 Misbah Fikrianto: Pembelajaran Jarak jauh Semakin Dibutuhkan

Keterangan Gambar : Suasana Webinar, DR Misbah sedang memaparkan materinya (sh)

Jakarta, parahyangan-post.com-Pembelajaraan  jarak jauh semakin dibutuhkan dunia pendidikan, karena sistem ini dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat di seluruh wilayah tanah air berkat  kemajuan teknologi informasi yang semakin canggih.  Hal tersebut disampaikan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas As Syafiiyah Indonesia  (FKIP  UIA)  Dr. Misbah Fikrianto MM, M.Pd., M.Si., pada Seminar Nasional  bertema “Pengembangan Model Pembelajaran Jarak Jauh & Program Relawan Mengajar”.
Seminar berlangsung secara daring, Jumat 24 Januari 2025. Diselenggarakan oleh Yayasan Sekolah Rakyat Indonesia (YSRI), diikuti  seratusan praktisi pendidikan, guru, dosen, mahasiswa dari seluruh Indonesia.
“Pendidikan jarak jauh dapat mengatasi kendala transportasi yang mahal. Sehingga dapat diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat yang tidak mampu,” tutur Misbah. 
Merujuk kepada UU Sisdiknas  no 20 tahun 2003, pendidikan jarak jauh adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi komunikasi, informasi, dan media lain.
Untuk  tujuan tersebut dibutuhkan strategi dan model pengembangan yang cocok dan dinamis. Model ini tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, tetapi juga oleh pegiat pendidikan.
Misbah memaparkan ada empat skema pendidikan jarak jauh, dengan  mengacu kepada undang-undang tersebut. Keempatnya adalah  pelaksanaan dengan sekolah induk. Bahan ajar berbasis digital. Guru Pamong dan Relawan mengajar. 
Skema kedua adalah pengembangn berbasis teknolgi. Belajar mandiri, komunitas dan lembaga/yayasan mandiri. Yang ketiga pengembangan pelibatan masyarakat, TKB mandiri, bahan ajar digital. Guru pamong/relawan mengajar. 
“Dan skema yang keempat adalah pelaksanaan pengembangan berbasis kondisi dan sosial,” papar Misbah yang juga Ketua YSRI.
Data Pendidikan di Indonesia yang dikeluarkan BSKAP  per Februari 2024 menunjukkan, jumlah siswa mencapai 62, 58 juta. Sedangkan guru hanya 3, 4 juta (Juli 2024).
Sementara angka partisipasi kasar (APK) cukup menggembirakan. Per Februari 2024, APK SD/Sederajat mencapai 101, 07 prosen. SMP/Sederajat 105,08 prosen dan APK SMA/sederajat, yakni 99,20 prosen.
Selain Misbah, ikut memberi paparan dalam seminar tersebut dua orang praktisi Pendidikan, yakni Suryamin,S.Pd, kordinator SMP SMA terbuka Depok  dan Bambang Sasongko S.Pd (sekolah rakyat Ancol).*** (aboe/pp)