Home Opini SUMPAH PEMUDA DAN PIAGAM MADINAH

SUMPAH PEMUDA DAN PIAGAM MADINAH

2,432
0
SHARE
SUMPAH PEMUDA DAN PIAGAM MADINAH

Oleh: H. J. Faisal 
Pemerhati Pendidikan/Mahasiswa Doktoral Sekolah Pascasarjana UIKA Bogor 

SUMPAH PEMUDA 28 OKTOBER 1928

Tahun 1928, tepatnya pada tanggal 28 Oktober, bangsa Indonesia mempunyai sebuah tonggak momentum perjuangan dalam membebaskan dirinya dari segala macam bentuk penjajahan yang telah dilakukan oleh Belanda pada waktu itu. Ya benar, dengan tercetusnya sumpah pemuda oleh para pemuda dari berbagai elemen bangsa pada tahun tersebut, adalah merupakan sebuah titik balik perjuangan bangsa ini, dari perjuangan yang bersifat tradisional dan kesukuan, menjadi sebuah perjuangan bersama yang bersifat nasional dan juga menjadi sebuah perjuangan yang bersifat diplomasi, yang  lebih elegan.

Lihat juga bagaimana para pemuda Indonesia yang berjuang di jaman pergerakan kemerdekaan Indonesia mulai dari awal tahun 20-an. Para pemuda Indonesia yang telah berhasil menuntut ilmu di sekolah-sekolah membuat sebuah pergerakan perjuangan melalui organisasi-organisasi, yang sifatnya tidak lagi dalam skup kedaerahan, tetapi sudah meluas secara nasional.

Tercetusnya Sumpah Pemuda di tahun 1928 adalah contoh dari kekuatan pemuda daerah yang bersatu secara nasional untuk memperjuangkan kemerdekaan dengan cara-cara yang lebih elegan dari sekedar pertempuran yang banyak memakan korban jiwa.. Cara - cara yang cerdas inilah hasil dari ilmu yang mereka miliki.

Sementara keinginan untuk membentuk sebuah Negara yang utuh dalam sebuah kesatuan dalam berbagai bidang dan elemen adalah merupakan sebuah cita-cita bersama rakyat Indonesia pada masa perjuangan di saat itu. Hal tersebut juga yang menjadi keinginan umat Islam Indonesia, dimana Islam sudah menjadi agama mayoritas rakyat Indonesia pada saat itu. Perjuangan umat Islam dalam mengusir penjajah Belanda dari bumi Indonesia bukanlah sebuah hal yamg mudah untuk dinafikkan. Terlihat dari banyaknya fakta sejarah yang  membuktikan pergerakan perjuangan umat Islam dalam meraih kemerdekaan, yang dimulai dari pesantren, perkumpulan pengajian, sampai kepada organisasi Islam yang lebih modern. 

Sejarah lahirnya negara Indonesia pastinya juga tidak lepas dari masuknya agama Islam ke Nusantara. Hal ini dimulai sejak ditemukannya kuburan Fatimah Binti Maimun di Jawa Timur, berdirinya kerajaan Pasai serta masuknya Wali Songo di pulau Jawa sekitar abad ke-11 hingga abad ke-13.

Berdirinya kerajaan Pasai dan berkembangnya Wali Songo di pulau Jawa tidak lepas dari misi dakwah kerajaan Islam Turki yang saat itu dipimpin oleh Sultan Muhammad 1 yang ingin memperluas wilayah Islam ke seluruh dunia.

Kekuatan Islam dalam mempersatukan wilayah nusantara terlihat ketika perjuangan melawan penjajahan hingga kemerdekaan Indonesia. Pertempuran di pulau Jawa dipimpin oleh kesultanan Islam seperti Kesultanan Demak dan Mataram yang mengobarkan semangat perjuangan melawan penjajahan di bumi Nusantara. Sementara di wilayah Sumatera, khususnya Sumatera Barat, kaum Paderi merupakan kelompok yang tidak bisa dipisahkan dari perjuangan di dalam pecahnya Perang Paderi pada tahun 1831, dibawah kepemimpinan Tuanku Imam Bonjol.

Mungkin belum banyak yang tahu pula, bahwa cikal bakal terlahirnya kongres sumpah pemuda Indonesia pada tahun 1928, juga  merupakan hasil perjuangan salahsatu  organisasi Islam pada waktu itu, yaitu Serikat Islam. Sejarah mencatat bahwa keinginan dan semangat untuk membentuk sebuah negara yang utuh juga  dicetuskan pertama kali oleh Serikat Islam dalam Ntico (Natioonal Indische Congress) pada 17-24 Juni 1916 di Surabaya. Kongres ini membahas tentang pandangan Islam mengenai demokrasi dan sosialisme. Kongres ini terus berlanjut hingga tahun 1921 yang nantinya akan melahirkan Sumpah Pemuda pada tahun 1928. Teks sumpah pemuda sendiri dirancang oleh seorang pemuda yang bernama Muhammad Yamin, yang pada waktu itu usianya baru 25 tahun.

Dari tiga kesepakatan yang dihasilkan oleh para pemuda Indonesia pada tahun 1928, yaitu bertanah air yang satu, berbangsa yang satu, dan berbahasa yang satu, yang semua ujungnya adalah Indonesia, tidak ada satupun poin beragama yang satu, agama Islam. Ini membuktikan bahwa, umat Islam bukanlah umat yang egois, yang akan memaksakan kehendaknya hanya karena berjumlah mayoritas. Umat Islam lebih mementingkan kemaslahatan bersama, daripada keegoisan pribadi atau kelompok. Jadi, sangatlah salah jika masih ada yang mengatakan bahwa Islam adalah agama yang egoisentris dan tidak cocok untuk kehidupan yang demoktratis, seperti yang pernah diakatakan oleh sosiolog Samuel Huntington, dan Fukuyama. 

PIAGAM MADINAH 622 M

Hal ini juga pernah dicontohkan dengan sangat baik dan fenomenal oleh Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam di dalam Piagam Madinah atau Madina Charter. Piagam Madinah atau Madinah Charter adalah sebuah dokumen yang disusun oleh Nabi Muhammad Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam, sebagai perjanjian formal di tahun 622 Masehi antara dirinya dengan semua suku dan kaum penting di daerah Yathrib, yang kemudian dikenal sebagai Madinah. Piagam Madinah juga disebut sebagai Konstitusi Madinah.

Tujuan Piagam Madinah adalah untuk menghentikan pertentangan dan konflik sengit antara Bani ‘Aus dan Bani Khazraj yang terjadi di Madinah. Piagam ini pun disusun secara jelas, terang, dan detail, dengan menetapkan hak-hak dan kewajiban bagi kaum muslim, kaum yahudi, dan komunitas-komunitas lain di Madinah, sehingga mereka menjadi suatu komunitas, disebut juga sebagai ummah atau umat.

Lewat perjanjian ini, Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam juga telah mencontohkan prinsip konstitusionalisme dalam perjanjiannya dengan segenap warga Madinah saat itu. Piagam Madinah ini dibuat dan mengikat seluruh penduduk yang ada di Madinah, yang terdiri dari berbagai kaum atau kabilah tertentu.

Piagam ini pun diklaim sebagai konstitusi tertulis pertama yang ada di dunia. Naskah Piagam Madinah terdiri dari 47 pasal, sebanyak 23 pasal membicarakan tentang hubungan antara umat Islam yaitu antara kaum Anshat dan kaum Muhajirin. Sementara 24 pasal lainnya membicarakan tentang hubungan antara umat Islam dengan umat-umat lainnya, termasuk umat Yahudi. 

SUMPAH PEMUDA DAN PIAGAM MADINAH

Baik Piagam Madinah maupun Sumpah Pemuda, mempunyai satu tujuan yang sama, yaitu sama-sama ingin mempersatukan beberapa kelompok, golongan, bahkan agama yang berbeda di dalam sebuah bangsa, ke dalam sebuah persatuan.

Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam beserta umatnya sangat menyadari betul bahwa persatuan adalah modal utama dalam membangun sebuah peradaban yang kuat dan tenang. Rasulullah tidak memaksakan agama Islam kepada kaum Yahudi, maupun kaum-kaum kafirin lainnya, selama mereka mau hidup berdampingan dengan kaum muslimin dalam kedamaian. Inilah yang juga dilakukan oleh umat Islam di Indonesia.

Hal tersebut sesuai pula dengan isi perjanjian Piagam Madinah, di dalam pasal (38), dan pasal (44), yang berbunyi: pasal (38): Kaum yahudi bersatu dengan kaum muslimin dalam menghadapi serangan luar, dan pasal (44): Mereka (pendukung piagam) harus bahu-membahu dalam menghadapi penyerang kota Yatsrib (Madinah)

PENUTUP

Untuk itu, marilah kita jadikan Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam dan juga para pemuda Islam di jaman Rasulullah, dan di jaman pergerakan kemerdekaan Indonesia sebagai uswah dan ikhtibar pemuda Indonesia saat ini di dalam  mengisi kehidupan di Negara yang sudah bebas secara defacto ini.

Ingatlah wahai para pemuda Indonesia, Negara ini belumlah merdeka sepenuhnya. Penjajahan ekonomi, penjajahan ideology, dan penjajahan pemikiran masih terus dilakukan oleh bangsa-bangsa asing terhadap Negara ini. Merdekakanlah bangsa ini denga ilmu-ilmu yang kalian miliki.

Bangkitlah pemuda Indonesia, khususnya para pemuda Islam. Bebaskan bangsa ini sekali lagi dari penjajahan Negara-negara asing tersebut. Merdekakan bangsa ini untuk yang keduakalinya. Perbaharui terus sumpah pemuda kalian dengan menuntut ilmu yang bermanfaat dan amalkanlah ilmu itu  demi kemajuan Islam, bangsa, dan Negara dan demi kemerdekaan Indonesia, untuk yang keduakalinya. 

Wallahu’alam bissowab 

Jakarta, 29 Oktober 2020 
Tulisan ini dibuat dalam rangka dan memperingati kelahiran Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam tercinta, 12 Rabiulawal1442 H.