Home Polkam SBY dan Al Irsyad Minta Suu Kyi Akhiri Krisis Rohingnya

SBY dan Al Irsyad Minta Suu Kyi Akhiri Krisis Rohingnya

Tragedi Kemanusiaan

2,063
0
SHARE
SBY dan Al Irsyad Minta Suu Kyi Akhiri Krisis Rohingnya

Keterangan Gambar : Korban Tragedi pembantaian umat Islam Rohingnya. (foto ist)

Jakarta, parahyangan-post.com-Presiden Republik Indonesia ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), minta Aung San Suu Kyi, mengatasi krisis Rohingnya. “Rohingnya ini masalah yang sangat serius, makanya harus segera diselesaikan,"  ujar SBY usai menjadi pembicara kunci Seminar Demokrasi di Asia Tenggara: Capaian, Tantangan dan Prospek di Kuala Lumpur, Sabtu (2/9), yang diselenggarakan oleh Komisi Nasional HAM Malaysia (SUHAKAM)

Kalau salah pengelolaan, ujar dia, katakanlah dibiarkan pembunuhan yang secara sistematis sedang terjadi seperti sekarang ini dengan apapun alasanya bisa menjurus ke pelanggaran HAM berat, “etnis cleansing” atau “genoside”. “Dan itu berat sekali karena kita tunduk pada HAM, tidak tunduk pada piagam ASEAN, padahal semua anggota harus menghormati demokrasi, HAM dan ‘rule of law’ sehingga tidak bisa lepas dari itu semua,” katanya.

 

Cabut Hadiah Nobel

Sementar itu, Ketua Umum DPP Perhimpunan Al-Irsyad, dr. Basyir Syawie menegaskan kejadian yang menimpa Muslim Rohingnya merupakan tragedi kemanusiaan yang luar biasa dan sangat menyakitkan hati umat Islam.

“Ini tragedi kemanusiaan yang sangat luar biasa, apalagi kita sesama muslim bersaudara, perlu mempunyai langkah konkrit membantu muslim Rohingya,” ujar Basyir, Ahad (3/9).

Basyir mengatakan, pemerintah Indonesia dalam hal ini harus memiliki langkah yang tegas dalam melihat tragedi yang menimpa Rohingya.

“Kita harus berusaha semaksimal mungkin membantu agar pemerintah dapat menangani tragedi tersebut dengan bersungguh sungguh. Karena itu saya apresiasi langkah pemerintah Turki yang meminta pintu perbatasan untuk membuka Bangladesh. Kita yang lebih dekat tentunya bisa lebih menegosiasikan,” ungkap Basyir.

Mantan Walikota Pekalongan ini berharap pemerintah tegas dalam menangani urusan tragedi kemanusiaan tersebut.

“Ini bukan hanya urusan muslim, tapi ini urusan kemanusiaan. Jika seperti ini , artinya harus ada langkah untuk mencabut hadiah nobel yang diterima Aung San Suu KYi, PBB pun harus menekan,” tegasnya.

 

Adil dan bijak

Di sisi lain, SBY menegaskan, dirinya mengikuti perkembangan di Myanmar dan masalah etnis Rohingya memang sudah melebihi kepatutannya. “Saya mengerti masalah Rohingya adalah masalah komplek bagi Myanmar. Isu ini sangat sensitif bagi Myanmar tetapi meskipun komplek dan sensitif tidak boleh tidak ada solusi, bagaimanapun harus soluasi. Solusinya, harus adil, bijak, permanen sambil merujuk kepada HAM, nilai demokrasi dan hukum internasional,” katanya.

Dia mengharapkan, konflik Rohingnya jangan sampai menimbulkan gelombang radikalisme dan terorisme serta jangan sampai menjadi konflik antar agama yang dampaknya makin serius lagi. SBY berharap, Myanmar dengan Aun San Suu Kyi bisa melakukan sesuatu. Ini sudah menjadi perhatian dunia. Bukan hanya negara Islam, bukan hanya Indonesia dan Malaysia tetapi ASEAN dan dunia,” katanya.

Dia berpikir, ASEAN juga harus melakukan sesuatu dan tidak boleh mengatakan ini hanya urusan dalam negeri Nyanmar. “Kita mempunyai tradisi tidak mencampuri negara-negara anggota namun dalam hal ini tidak kena. Ingat kita punya ‘new ASEAN charter’. Jadi ‘community’ dan dalam piagam itu jelas sekali, semua negara harus hormati demokrasi, HAM dan ‘rule of law’. Jadi wajib bagi Myanmar dan semuanya untuk menyelesaikan masalah ini karena sudah menyentuh urusan HAM, ‘rule of law’ dan demokrasi,” katanya.

Dikatakan SBY, Myanmar adalah keluarga sendiri karena itu harus melakukan sesuatu daripada nanti diambil alih dunia. Dirinya mengaku, beberapa kali komunikasi dengan pemimpin Myanmar, dari satu pemimpin ke pemimpin yang lain.

“Saya pernah berkunjung ke Myanmar dengan agenda utama Rohingnya. Indonesia sudah melakukan bantuan kemanusiaan, pendidikan, kesehatan. Kami tidak masuk politiknya, waktu itu saya sampaikan agar laksanakan demokrasi dan tangani Rohingya,” katanya.

SBY mengatakan, Presiden Jokowi dan Menlu Retno Marsudi sudah memberikan pernyataan bagus tetapi harus lebih dari pernyataan. “Harus mengambil prakarsa bersama pemimpin lain agar segera mengambil prakarsa untuk mengangkiri pembunuhan yang sudah melebihi batas. Harapan saya kepada Ibu Aung San Suu Kyi, dunia sudah menobatkan beliau sebagai tokoh perdamaian, banyak harapan kepada beliau. Sekarang saatnya menunjukkan ‘wisdom’ beliau,” katanya.*** (aboe/irsy/gm)