Keterangan Gambar : Ketua Jabanin di acara santunan yatim dan dhuafa.
JAKARTA - Parahyangan Post - Gonjang ganjing isu akan kembali mendaftar dan bertarungnya Ahok, Anies dan Sandiaga di Pilkada Jakarta 2024 ini tak pelak semakin mengkristalkan warga yang enggan memiliki pemimpin seperti mereka lagi.
Melalui forum komunikasi JABANIN (Jakarta Bukan Arena Main Angin), semakin bertambah keluhan warga atas efek kepemimpinan ketiga orang tersebut, baik saat musim kampanye yang penuh kegaduhan hingga program kampanye yang tak berhasil dipenuhi, tak sesuai janji kampanye.
"Kami memang membuka ruang bagi warga Jakarta yang ingin menyampaikan aspirasi hingga keluhan atas hasil kepemimpinan di Jakarta, bahkan sebenarnya bukan hanya terkait para mantan gubernur dan wakil gubernur, tapi juga PJ Gubernur Heru Budi yang sekarang," ujar Ketua Jabanin di acara santunan yatim dan dhuafa.
Jabanin yang menetapkan singkatan komunitasnya sebagai 'Jakarta Bukan Arena Main Angin' ini juga tak main-main dalam mengumpulkan fakta data dan lapangan hasil kepemimpinan Jakarta, terutama di era Ahok, Anies, Sandiaga dan termasuk PJ Gubernur Heru.
"Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, ungkapan 'Main Angin' memiliki makna 'selalu berubah ucapan atau pendirian' dan hal inilah yang sangat tidak kami harapkan dari siapapun yang ingin menjadi gubernur di Jakarta," lanjut Azma Nazria.
"Sudah cukuplah ironi kehidupan warga Jakarta yang tak dapat dipungkiri banyak yang lebih sulit dan terpuruk dibanding kehidupan warga di desa-desa," sindir perempuan yang juga penggagas himpunan UMKM Indonesia ini.
"Sebaiknya mereka yang pernah menjadi penguasa di Jakarta dan ingin maju lagi di Pilkada 2024 nanti berpikir ulang dan belajar menjadi pengangguran menahun terlebih dahulu supaya benar-benar dapat menikmati perasaan dan memiliki pemikiran sama dengan warga Jakarta yang menjadi korban PHK, bangkrutnya usaha mikro, korban pinjol, judol dan lain-lain agar mereka tak perlu 'Main Angin' saat memutuskan untuk maju pilkada dan berkampanye," lugasnya.
(rd/pp)
LEAVE A REPLY