
Oleh : Suyito, Ph.D
Peneliti Senior Nusantara Centre
Rempah-rempah, dengan sejarah panjangnya yang melibatkan perdagangan dan penjelajahan global, bukan hanya merupakan komoditas berharga tetapi juga simbol diplomasi bagi bangsa Indonesia.
Selama berabad-abad, rempah-rempah telah memainkan peran penting dalam hubungan internasional, membuka jalan bagi pertukaran budaya, politik, dan ekonomi. Kini, dengan memanfaatkan kekayaan rempah sebagai alat diplomasi, Indonesia dapat memperkuat posisinya di panggung global dan meningkatkan hubungan internasional.
Untuk data ekspor rempah Indonesia menurut Hendrio Widi (2021) ditargetkan tumbuh 25 persen menjadi 2 miliar dollar AS dan terjadi penambahan 4.000 restoran Indonesia di luar negeri pada 2024. Menurut Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) Didi Sumedi mengatakan Indonesia telah menandatangani nota kesepahaman pembelian rempah dalam Trade Expo Indonesia Digital Edition (TEI DE) 2021.
India juga berkomitmen meningkatkan investasi di Indonesia baik di sektor pengembangan rempah maupun obat-obatan, ”Rempah Indonesia yang diminati India adalah pala dengan pangan pasar 32,96 persen, cengkeh 30,44 persen, lada 11,56 persen, lada hitam 5,6 persen, dan kunyit 4,7 persen. Selain mempromosikan di TEI DE 2021 dan Dubai World Expo 2020, Kemendag juga akan memamerkan rempah dan bumbu Indonesia dalam The 2nd Pacific Exposition 2021 dan Food Africa 2021.
Kemendag juga memasukkan rempah Indonesia ke Meksiko melalui skema imbal dagang antarpebisnis (B to B). Itu sekilas mengenai results ekspor rempah-rempah kita di dunia international. Kita sebagai negara utama penyedia rempah harus mampu dan bisa membuktikan diplomasi secara ekonomi dan politik dalam hal ini.
Kegiatan ini juga harus didukung oleh riset-riset yang pernah dilakukan oleh beberapa peneliti tentang rempah sebagai alat diplomasi yang menemukan bahwa: 1. Kenneth Pomeranz (2018) "The Spice Trade and the Rise of the Modern World: A Historical Perspective", Riset ini mengkaji peran rempah-rempah dalam membentuk ekonomi global dan hubungan diplomatik pada masa lalu. Pomeranz menjelaskan bagaimana rempah-rempah menjadi komoditas yang sangat dicari, mendorong penjelajahan dan eksplorasi, serta mempengaruhi dinamika kekuatan kolonial. Studi ini memberikan pemahaman tentang bagaimana rempah-rempah menjadi alat diplomasi melalui perdagangan dan pengaruh politik. Penerbit: The Cambridge History of the World. (2)R. Agus S. Nasution (2021) "Spices as a Diplomatic Tool: Indonesia's Rempah Diplomacy in the 21st Century", Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana Indonesia menggunakan rempahrempah sebagai alat diplomasi di era modern. Nasution membahas kebijakan pemerintah Indonesia dalam mempromosikan rempah-rempah sebagai bagian dari strategi diplomasi ekonomi dan budaya. Penelitian ini juga menyoroti inisiatif seperti promosi rempah-rempah dalam forum internasional dan kerjasama bilateral dengan negara lain. Penerbit: Journal of Indonesian Studies.
(3)James R. McGuire (2019) "Spices, Trade, and Diplomacy: The Legacy of the Spice Routes", McGuire menganalisis bagaimana jalur perdagangan rempah-rempah berfungsi sebagai saluran diplomasi antarbangsa pada masa lalu. Studi ini meneliti hubungan antara negaranegara penghasil rempah dan kekuatan kolonial yang menguasai jalur perdagangan, serta bagaimana rempah-rempah menjadi alat negosiasi dan aliansi. Penerbit: World History Review. (4)Farhan M. Ibrahim (2022) "The Role of Spices in Indonesian Foreign Policy: An Analysis of Contemporary Strategies". Ibrahim melakukan analisis mendalam tentang bagaimana rempah -rempah digunakan sebagai bagian dari strategi diplomasi luar negeri Indonesia saat ini. Kajian ini mencakup studi kasus tentang promosi rempah-rempah di acara-acara internasional dan peran mereka dalam meningkatkan hubungan bilateral dengan negara-negara mitra. Penerbit:Indonesian Foreign Policy Journal.
(5)Maya S. Nurdin (2020) "Culinary Diplomacy and Global Influence: The Case of Indonesian Spices". Penelitian ini berfokus pada diplomasi kuliner dan bagaimana rempah-rempah Indonesia digunakan untuk mempromosikan budaya dan gastronomi nasional di tingkat internasional. Nurdin membahas bagaimana penggunaan rempah-rempah dalam promosi kuliner dapat meningkatkan citra Indonesia di dunia dan memperkuat hubungan internasional melalui pertukaran budaya. Journal of Culinary Arts and Diplomacy. (6)Linda A. Putri (2023) "Sustainable Spice Diplomacy: Environmental and Economic Implications". Putri mengeksplorasi bagaimana diplomasi rempah dapat diterapkan dalam konteks keberlanjutan lingkungan dan ekonomi. Penelitian ini membahas upaya Indonesia dalam mempromosikan praktik pertanian berkelanjutan untuk rempah-rempah dan bagaimana hal ini dapat memperkuat hubungan diplomatik sambil menghadapi tantangan global terkait lingkungan. Penerbit: Global Environmental Policy Journal.
(7)David J. Robinson (2017) "From Spice Routes to Modern Trade: The Evolution of Spice Diplomacy". Robinson memeriksa evolusi diplomasi rempah dari jalur perdagangan kuno hingga strategi modern. Kajian ini mencakup bagaimana peran rempah-rempah telah berubah dalam konteks globalisasi dan bagaimana negara-negara penghasil rempah, seperti Indonesia, beradaptasi dengan perubahan tersebut untuk memanfaatkan rempah sebagai alat diplomasi. Penerbit: Historical Economics Review.
Dari berbagai riset atau results dari penelitian diatas membuktikan bahwa negara penghasil rempah yang utama seperti Indonesia ini harus memainkan peran yang cukup besar dalam dunia internasional, karena Indonesia sebagai penghasil utama dalam dunia rempah-rempah saat ini harus bisa membangun pengaruh politik dan diplomasi didunia internasional.
Oleh karena itulah dengan berdirinya Badan Rempah Indonesia (BANREHI) tentu saja akan memberikan stimulan dan kepastian kepada negara ini untuk lebih fokus mendapatkan nilai laba yang luar biasa dari pada sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui. Semoga.(*)
LEAVE A REPLY