
Oleh : Rissa Churria *)
Di era teknologi digital yang terus berkembang, kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) telah menjadi bagian dari kehidupan manusia, merambah berbagai aspek mulai dari sektor bisnis hingga dunia kreatif. Bukan lagi sekadar alat bantu, AI kini hadir sebagai mitra yang mampu mendorong inovasi dan produktivitas. Dalam workshop bertajuk Teknik Dasar Prompting: Berkomunikasi dengan Kecerdasan Buatan (AI) yang diselenggarakan oleh Jagat Sastra Milenia dengan Komisi Simpul Seni Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), para peserta diajak untuk mengenal lebih dekat peran AI melalui narasumber Riri Satria dan Raihan Ekaputra Satria.
Riri Satria membuka workshop dengan mengawali materi tentang Sejarah AI: Dari Mimpi Mustahil ke Realitas. Perjalanan AI bermula pada 1958 ketika program komputer pertama berhasil memainkan catur dengan mainframe IBM 704. Pada saat itu, ide bahwa komputer bisa mengalahkan manusia dalam permainan catur dianggap mustahil. Namun, segalanya berubah pada 1997 ketika IBM Deep Blue mengalahkan Gary Kasparov, juara dunia catur. Peristiwa ini menjadi tonggak penting dalam sejarah AI.
Kemajuan berikutnya didorong oleh Machine Learning dan Deep Learning. Teknologi ini memungkinkan AI untuk mengenali pola, belajar dari data, dan membuat keputusan yang lebih kompleks. Kehadirannya dalam kehidupan sehari-hari, seperti asisten virtual (Siri dan Google Assistant) serta teknologi pengenalan wajah, menunjukkan bahwa AI telah menjadi bagian penting dalam kehidupan modern.
Menguasai Prompting: Kunci Berkomunikasi dengan AI
Seni prompting adalah inti dari berkomunikasi dengan AI. Prompting merupakan teknik memberikan instruksi kepada AI agar menghasilkan respon sesuai kebutuhan. Workshop tersebut memperkenalkan beberapa jenis prompting, seperti Simple Prompting dan Chain of Thought Prompting.
Simple Prompting: Pengguna memberikan instruksi langsung, misalnya “Buatkan puisi tentang senja di pantai Kuta.” AI akan merespons dengan puisi sederhana sesuai permintaan.
Chain of Thought Prompting yaitu melibatkan instruksi berurutan yang membuat AI berpikir lebih logis, menghasilkan respons lebih mendalam dan kompleks.
Menguasai prompting memungkinkan pengguna mendapatkan jawaban yang lebih akurat, meningkatkan produktivitas, serta mendorong kreativitas, khususnya di bidang sastra. Dalam konteks kreatif, AI dapat menjadi sumber inspirasi baru bagi penulis dan seniman.
Kolaborasi Kreativitas dan Teknologi
Latihan praktik dalam workshop menunjukkan bahwa AI bisa menjadi mitra kreatif. Salah satu latihan menarik adalah meminta AI membuat puisi berdasarkan gambar suasana senja di Labuan Bajo. Hasilnya cukup mengejutkan, dengan puisi yang menggambarkan suasana tenang dan romantis.
Contoh puisi yang dihasilkan:
Senja di Pantai Labuan Bajo
Angin sepoi membelai lembut pipiku,
Berhembus membawa rindu yang tak berujung,
Kapal-kapal berlabuh tenang di dermaga,
Seperti hatiku menanti dermaga cintamu.
Namun, meski AI mampu menciptakan karya yang menarik, sentuhan manusia tetap penting untuk menambahkan makna emosional dan personal dalam setiap karya. AI hanyalah alat, sedangkan manusia tetaplah kreator sejati yang mampu memberikan jiwa pada setiap ciptaan.
Menjaga Orisinalitas di Era AI
Meski AI menawarkan banyak kemudahan, tantangan besar tetap ada: menjaga orisinalitas. Penyair, penulis, dan seniman perlu terus mengasah keterampilan mereka agar karya-karya yang dihasilkan tetap autentik dan memiliki ciri khas. AI adalah mitra, bukan pengganti kreativitas manusia.
AI dalam Kehidupan Sehari-Hari: Lebih dari Sekadar Teknologi
Rayhan Eka Putra Satria, narasumber kedua, seorang sarjana fisika berbagi pengalamannya dalam menggunakan AI untuk meningkatkan kualitas hidup.
Baginya, AI mampu menawarkan solusi praktis untuk masalah sehari-hari. Salah satu contohnya adalah menganalisis prospek saham guna membantu pengambilan keputusan investasi, menyusun strategi belajar yang lebih efektif, hingga merancang menu makan sehat berdasarkan kebutuhan nutrisi.
Menurut Raihan, AI bukan hanya soal teknologi, tetapi soal efisiensi, kustomisasi, dan inovasi. Dengan kemampuan AI yang terus berkembang, potensi untuk memberikan dampak positif dalam bidang kesehatan, pendidikan, dan teknologi semakin terbuka lebar.
Workshop Teknik Dasar Prompting: Berkomunikasi dengan AI membuka wawasan tentang potensi besar AI dalam dunia kreatif. Menguasai seni prompting tak hanya membantu meningkatkan produktivitas, tetapi juga membuka ruang eksplorasi baru bagi para kreator. Kolaborasi antara kreativitas manusia dan teknologi AI dapat menghasilkan karya yang melampaui batas imajinasi.
Namun, di tengah kemajuan ini, manusia tetaplah penentu utama dalam setiap karya yang ingin disampaikan. Teknologi hanyalah jembatan, sedangkan ide dan cerita tetap milik manusia.
--------------------------------------------------------------
*) Rissa Churria, adalah pendidik, penyair, esais, pelukis, aktivis kemanusiaan, pemerhati masalah sosial budaya, pengurus Komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM), pengelola Rumah Baca Ceria (RBC) di Bekasi, anggota Penyair Perempuan Indonesia (PPI), saat ini tinggal di Bekasi, Jawa Barat, sudah menerbitkan 10 buku kumpulan puisi tunggal, 1 buku antologi kontempelasi, 1 buku Pedoman Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa, 1 buku Esai, serta lebih dari 100 antologi bersama dengan para penyair lainnya, baik Indonesia maupun mancanegara. Rissa Churria adalah anggota tim digital dan siber di bawah pimpinan Riri Satria, di mana tugasnya menganalisis aspek kebudayaan dan kemanusiaan dari dunia digital dan siber.
LEAVE A REPLY