Memaknai Tugas Wartawan
Jurnalis merupakan profesi yang dinilai banyak orang sangat prestisius. Bahkan disebut-sebut sebagai pilar ke-4 demokrasi setelah Eksekutif, Legislaif dan Yudikatif. Begitu tajamnya pena wartawan, tokoh dunia sekaliber Napoleon Bonaparte (Jendral Perang Prancis) mengatakan. “Aku lebih takut menghadapi pena wartawan dari menghadapi seribu ujung bayonet).
Namun dalam perjalanannya profesi ini mengalami degradasi dan menjadi bias. Cenderung kurang bermartabat. Karena ulah segelintir oknumnya yang kurang terhormat. Mereka melakukan tugas-tugas di luar kewartawanan dengan memakai atribut kewartawanan, namun ujuannya untuk memeras. Atau hanya mencari keuntungan pribadi. Bahkan di berbagai instansi, jika ada tamu yang mengaku wartawan, tuan rumah/pejabatnya sudah curiga.
Sebenarnya seperti apa tugas wartawan itu? Buku berjudul Jurnalisme Profetik, mengemban tugas kenabian yang dikarang oleh tokoh pers nasional Parni Hadi dapat menjelaskan hal tersebut.
Menurut Parni Hadi, menjadi wartawan berarti mengemban tugas mulia dan sekaligus tanggung jawab besar bagi kemashlahatan publik dan kemanusiaan ( hal 4).
Wartawan adalah agen pencari dan penebar berita. Jika berita yang disampaikan baik, maka masyarakat akan tertular dengan kebaikan tersebut. Tetapi kalau yang disampaaikan itu berita buruk dan bohong, maka keburukan itu akan menjadi virus di tengah masyarakat..
Fakta bahwa kini banyak terjadi pelanggaran oleh para wartawan, para penyedia dan penyampai informasi lainnya, termasuk citizen journalist dan citizen content providers harus diakui adanya (hal 97-98).
Lantas apa pula yang dimaksud dengan jurnalisme profetik? Jurnalisme profetik adalah jurnalis yang mengemban tugas-tugas kenabian. Yaitu menyampaikan pesan dengan mengacu kepada sifat Nabi Muhammad. Ada empat karakteristik yang harus dipegang oleh jurnalisme profetik. Yaitu Shiddiq, amanah, fatonah dan tabligh (hal 113).
Shidiq artinya benar. Wartawan harus bekerja dengan akhlak kebenaran, mendasarkan diri pada asas kebenaran dan mengungkap serta memberitakan kebenaran.
Amanah artinya dapat dipercaya. Dalam menyampaikan pesan, wartawan harus dapat dipercaya. Sehingga pesan yang disampaikan itu diterima masyarakat. Para nabi dan rasul senantiasa bersifat amanah dalam menyampaikan pesan (wahyu) kepada umatnya.
Yang ketiga Tabligh artinya mendidik. Pesan yang disampaikan harus mampu mencerdaskan masyarakat. Nabi dan rasul adalah pendidik yang baik bagi umatnya.
Sedangkan yang keempat adalah fathanah, artinya arif. Wartawan harus memiliki kearifan dalam menyampaikan pesan kepada khalayak ramai. Sehingga pesan itu dapat diterima (hal 116).
Buku ini sangat bermanfaat bagi mereka yang menggeluti dunia wartawan, ataupun bagi pendidik agar lebih mengetahui cara kerja wartawan yang sesungguhnya.***
LEAVE A REPLY