
Keterangan Gambar : Kegiatan Pembangunan di Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat (Foto : Mas Win/PP)
Pernah dihina calon santri, namun ditopang pundak emak-emak
Suatu hari Winarno (founder pesantren lansia) menerima telepon dari Lampung, dari seorang anak yang ingin memondokkan ayahnya. Winarno sudah menceritakan kondisi pondok apa adanya, yang saat itu memang masih berupa bangunan berdinding kayu.
Bersama ustad Ihsan (salah satu pengajar di pondok) ia pun menjemput calon santri tersebut di stasiun Poncol yang berjarak 50 KM dari lokasi pesantren lansia.
“Saat itu di saku saya hanya ada uang 200 ribu. 100 ribu buat beli bensin, 50 ribunya saya top up kartu tol. Sisanya buat jaga-jaga siapa tahu calon santri tersebut butuh sesuatu di jalan,” kenangnya.
Namun sesampai di Desa Gedong dan melihat kondisi pesantren lansia yang kelewat sederhana itu, calon santri tersebut malah mencemooh. “Pesantren kok kayak kandang sapi gini,” kata Winarno menirukan ucapan calon santri tersebut.
Hari itu juga ia minta diantar balik, menuju terminal terdekat. Dengan ringan hati, Winarno pun menuruti permintaan calon santri tersebut. Padahal hari sudah menjelang malam. Syukurlah masih ada bus antar kota malam itu. Winarno dan Ustad Ikhsan menunggu sampai yang bersangkutan naik bus.
Di tengah peristiwa yang tak mengenakkan hati itu, Winarno tetap berusaha tabah. Tetap khusnuzan bahwa di balik peristiwa ini pasti Allah bakal memberi kejutan yang indah. Dalam perjalanan pulang dari terminal malam itu, ia sempat mengungkapkan perasaan itu kepada sahabat seperjuangan yang setia menemaninya itu, Ustad Ikhsan.
Katanya, “Ustad, kita nggak tahu Allah mau memberi hadiah apa buat kita. Tapi saya kok yakin Allah sedang menyiapkan sesuatu yang indah.”
Ditopang Pundak Emak-Emak
Firasat Winarno benar.
Tiga hari setelah peristiwa itu, Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat kedatangan tamu pengasuh sebuah pesantren ternama di Karanganyar-Jawa Tengah. Winarno sendiri benar-benar tak menduga. Ustad Ikhsan sendiri yang alumni pesantren Karanganyar tersebut juga tak menyangka pengasuh pondoknya berkunjung ke Pesantren Lansia ini.
Selang beberapa hari setelah kunjungan itu, salah satu bunda dari rombongan menanyakan apa yang bisa dibantu untuk pesantren ini? Winarnopun cepat menjawab; kami berencana membangun masjid.
Gayung bersambut. Melalui pesan Whatsapp, Winarno mengirim gambar desain masjid yang ia rencanakan. Selama ini santri-santri pesantren lansia Raden Rahmat melaksanakan salat di masjid kampung Gedong, melewati gang sempit yang licin ketika hujan. Belum lagi anjing-anjing yang berkeliaran setiap saat.
Qodarullah Bunda yang baik hati itu langsung menyanggupi membantu pendanaan awal untuk pembangunan Masjid. Dari sanalah kemudian Pembangunan Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat dimulai yang peletakan batu pertamanya dilakukan pada November 2019.
Sungguh berkah yang luar biasa. Setelah itu berturut-turut datang sumbangan dari sejumlah dermawan. Antara lain bu Endah, seorang pengusaha dari Madiun yang menyumbangkan dana pensiunnya sebagai kepala sekolah SMA. Menyusul ibu Irma Pangkalanbun, Bu Yatmi pensiunan PNS Kota Bandar Lampung, Hj Etik Pengusaha BiroTravel asal Kota Malang. Juga seorang guru dari Balikpapan, Bu Kartini, yang datang jauh-jauh mengantarkan donasi.
Kelima ibu-ibu hebat tersebut yang mengawali pembangunan masjid Al-Karimiyah.
“Jadi, masjid ini fondasinya ditopang oleh pundak para emak-emak,” kata Winarno berkelakar.
Winarno, yang memang membersamai perjalanan pesantren ini dari detik ke detik, hari per hari hingga hitungan 4 tahun sejak awal 2018 menginsafi betul bahwa setiap kebaikan akan menemukan batu sandungan. Rintangan dan hambatan itulah yang bakal menguji setangguh apa cita-cita di balik kebaikan itu.
Pengalaman demi pengalaman “pahit” yang dialami sejak babad alas di tahun pertama kini menjadi fondasi yang kokoh bagi Pesantren khusus lansia ini untuk mencapai impiannya memuliakan para lansia.
Meskipun masih jauh dari kesan sempurna, Masjid Pesantren Lansia ini, kini sudah bisa menampung 60 santri mukim dan non mukim. Aktif manfaatkan setiap hari untuk mengaji santri-santri lansia dan shalat 5 waktu.
Bangunan ini setiap sebulan sekali juga digunakan untuk pertemuan 600 santri kelas jauh yang tersebar di 4 kecamatan, walau harus menambahkan terpal sederhana yang di ikatkan diantara tiang masjid dan pepohonan dsekitarnya
PR selanjutnya adalah menyelesaikan pembangunan lantai dua. Alhamdulillah, Hj Endah dari Madiun, menyanggupi untuk membelikan kubahnya. Pembangunan masjid ini masih memerlukan dana sekitar 300jt lagi untuk pengadaan kusen aluminium ukuran 4x12x3 meter, keramik seluas 12x12 meter, genteng 6.000 pc, balok dan reng kayu serta pernak pernik matrial lainnya berikut ongkos tukangnya.
Ayo kita dukung muliakan para lansia dengan mendukung pembangunan Masjid Pesantren Tahfidz Khusus Lansia ini. Salurkan infaq terbaik kita ke Bank Syariah Indonesia (451) No.Rek 7 9999 333 72, Atas Nama Pesantren Raden Rahmat.
Atau bisa dalam bentuk matrial ke alamat: Kampung Lansia, Desa Gedong, Kec. Banyubiru Kab. Semarang Jawa Tengah Telp: 0812-9968-619 , Whatsapp : 0856-9329-9145 FB / IG / Twitter / You Tube: Pesantren Lansia www.pesantrenlansia.com
Silahkan Kunjungi Website Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat ( Pesantren Lansia), Klik.. : https://www.pesantrenlansia.com/
(ad/win/pp)
LEAVE A REPLY