Keterangan Gambar : Tim ORARI Simulasi Jaringan Radio Pada Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) 2018 di Graha BNPB
JAKARTA, Parahyangan-post.com –  Diri kita, keluarga dan komunitas merupakan
elemen terdepan dalam menghadapi bencana. Kesiapsiagaan yang melekat pada
elemen tersebut menjadi pondasi ketangguhan negara terhadap bencana. Ini
menjadi fokus utama dan sasaran aksi gerakan Hari Kesiapsiagaan Bencana 2018,
dengan tema ‘Siaga Bencana dimulai dari diri kita, keluarga dan komunitas.’Â
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
menilai bahwa kesiapsiagaan diri (individu) dan keluarga menjadi begitu
penting. Individu sebagai bagian dari keluarga diharapkan memiliki rencana
kesiapsiagaan bencana. Sehubungan dengan rencana tersebut, Kepala BNPB Willem Rampangilei
menyampaikan bahwa kesepakatan pada saat ‘prabencana’ perlu dibuat bersama oleh
seluruh anggota keluarga agar mereka lebih siap menghadapi situasi ketika
darurat bencana.Â
“Masing-masing keluarga perlu menyepakati rencana menghadapi situasi
darurat dengan beberapa skenario, karena aksi yang perlu dilakukan bisa menjadi
berbeda untuk kondisi yang berbeda. Skenario dibuat bersama oleh seluruh
anggota keluarga sesuai jenis bahaya yang mengancam. Dalam setiap skenario, disepakati siapa
melakukan apa, dan bagaimana caranya,†ucap Willem yang menekan
sirine tanda berlangsungnya geladi evakuasi bencana di Graha BNPB sekaligus
menandai Hari Kesiapsiagaan Bencana 2018 pada Kamis (26/4).Â
Kesiapsiagaan sudah sepatutnya menjadi kesadaran
setiap individu sebagai bagian dari keluarga karena wilayah Indonesia rawan
bencana. Hal ini bercermin dari fakta geologis dan hidrometeorologis bahwa
Indonesia memiliki potensi bencana seperti gempa bumi, tsunami, erupsi gunung
api, banjir, longsor, kekeringan, dan angin puting beliung. Data BNPB mencatat
bahwa 2.372 bencana terjadi sepanjang 2017 dengan mengakibatkan korban
meninggal 377 jiwa.
Dalam konteks kesiapsiagaan itu, BNPB
mengharapkan HKB yang dilakukan semua pihak setiap tahun sebagai latihan
evakuasi bencana bersama. Latihan evakuasi bencana tersebut
merupakan upaya untuk memperkuat kapasitas kesiapsiagaan masyarakat sehingga
mereka mengenal ancaman risiko di sekitarnya, mampu mengelola informasi peringatan
dini, memahami rambu peringatan, serta mengurangi kepanikan dan ketergesaan
saat evakuasi yang biasayanya justru menimbulkan korban dan kerugian.Â
Di sisi lain, kesiapsiagaan individu mampu
menyelamatkan dari bencana. Sementara itu, Deputi Bidang Pencegahan dan
Kesiapsiagaan BNPB Wisnu Widjaja menguatkan hal tersebut melalui pembelajaran
dari Jepang. Hasil kajian dan survei yang dilakukan di Jepang terhadap kejadian
gempa Great Hansin Awaji (1995) menunjukkan bahwa persentase korban selamat dalam durasi
‘golden time’ disebabkan oleh (1)
Kesiapsiagaan diri sendiri sebesar 35%, (2) Dukungan anggota keluarga 31,9%,
(3) Teman/Tetangga 28,1%, (4) Orang lewat 2,60%, (5) Tim Penolong 1,70%, (6)
Lain-lain 0.90%.Â
“Kesiapsiagaan individu dan keluarga menjadi begitu penting, mengingat
faktor yang paling menentukan untuk keselamatan diri dari potensi bencana
adalah penguasaan pengetahuan yang dimiliki oleh diri sendiri,â€
ujar Wisnu saat pelaksanaan HKB 2018 pada Kamis (26/4) di Graha BNPB, Jakarta
Timur. Â
Berdasarkan
kondisi wilayah Indonesia rawan bencana serta merefleksikan hasil kajian tersebut, sebuah gerakan aksi bersama diperlukan
oleh setiap pihak untuk penyelenggaraan
latihan kesiapsiagaan.
Latihan ini bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kewaspadaan dan kesiapsiagaan seluruh komponen bangsa dalam
menghadapi potensi bencana di Indonesia. Dalam situasi darurat, pengambilan keputusan secara
cepat dapat
meningkatkan peluang selamat dan meminimalkan dampak kerugian. Â
Menutup pernyataan, Wisnu menekankan bahwa rencana kesiapsiagaan yang disusun
harus dikomunikasikan dengan anggota keluarga di rumah, kerabat yang ada dalam
daftar kontak darurat, serta mempertimbangkan sistem yang diterapkan lingkungan
sekitar dan pihak berwenang.Â
“Bila rencana sudah disepakati, keluarga perlu melakukan simulasi secara
berkala agar tidak panik dalam situasi darurat. Dengan informasi yang cukup dan
rencana yang telah disepakati sebelum terjadi bencana, diharapkan dapat
memperlancar berbagai proses pengambilan keputusan oleh setiap anggota keluarga
dalam situasi darurat.â€Â
Melalui HKB
2018, setiap individu dapat membangun kesadaran dan kewaspadaan masyarakat
terhadap bencana dengan cara membangun partisipasi semua pihak. Sementara itu
tujuan kegiatan ini untuk membangun kapasitas dan kapabilitas semua pihak
terkait kesiapsiagaan bencana.Â
Total estimasi peserta yang berkomitmen dalam
partisipasi HKB melalui latihan evakuasi bencana serentak di seluruh nusantara
hingga malam ini (25/6) pukul 21.00 berjumlah 30.069.804 peserta dari
pemerintah, organisasi, sekolah dan keluarga.Â
Sumber :
Sutopo Purwo Nugroho
Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPBÂ
#SiapUntukSelamatÂ
#BudayaSadarBencanaÂ
#GiatHKB2018
LEAVE A REPLY