JAKARTA - Parahyangan Post - Jakarta menuju kota global seiring dengan perubahan nama Daerah Khusus Ibukota menjadi Daerah Khusus Jakarta dengan hiruk pikuk pilkada tahun 2024 yang semakin terasa.
Perubahan koalisi antara koalisi pilpres dan pilkada semakin terjadi, dimana Koalisi Indonesia Maju (KIM) kini menjadi KIM Plus, seiring bergabungnya PKS, PKB, Nasdem dan Perindo ke pasangan Presiden dan Wakil Presiden terpilih untuk periode 2024 - 2029; Prabowo Gibran.
Hal ini tentunya berimbas kepada Anies Baswedan yang semula akan kembali maju sebagai cagub di pilkada Jakarta tahun 2024 yang semula didukung oleh PKS, Nasdem dan PKB hingga berhembus isu 'penjegalan' terhadap Anies untuk mendaftar pilgub.
Menanggapi isu penjegalan ini, Ketua Jabanin menanggapi dengan pertanyaan, "Bukankah isu penjegalan itu juga pernah bahkan sering bergulir di ajang pilpres 2024 lalu tapi faktanya tak terbukti dan Anies sukses mendaftar sebagai capres, berkampanye hingga bebas bicara semaunya saat debat capres walau akhirnya kalah telak?"
Forum komunikasi Jabanin - Jakarta Bukan Arena Main Angin - merupakan wadah penampung suara masyarakat Jakarta yang kini nyaris semakin jauh dari sentuhan kemajuan Provinsi dan Kota Jakarta, bahkan masih terancam gusur disana sini, baik penggusuran pembangunan yang kini masih ada yang belum tuntas hingga penggusuran NIK dengan alasan tidak sesuai dengan domisili, padahal sudah menjadi korban gusuran di alamat lama dan tak diperkenankan numpang alamat oleh pemilik kontrakan bagi yang terpaksa mengontrak.
"Ibarat balon yang akhirnya membesar setelah ditiupkan angin ke dalamnya, angin memang bisa gelembungkan balon, dan tak perlu dipungkiri juga bahwa terkadang aneka isu yang dilontarkan oleh pihak-pihak tertentu itu merupakan bagian dari cara meraih simpati masyarakat ketika bakal calon ingin berkompetisi yang mungkin ingin menimbulkan kesan 'terzalimi' walau tak selalu baik ," lanjut Azma Nazria, Ketua Jabanin.
"Tapi saya yakin masyarakat Jakarta sudah sangat sadar dan cerdas mensikapi pilkada Jakarta yang tentunya lebih selektif memilih terkait keadaan nyata mereka saat ini karena masyarakat pun nampak sudah mulai jenuh melihat gaya 'main angin' saat pilkada, antara lain melalui isu-isu yang tak perlu" pungkas Azma.
(rl/pp)
LEAVE A REPLY