Home Opini HARI-HARI TERAKHIR JOKOWI: (9) Siapa Untung... Dan juga Latief ...

HARI-HARI TERAKHIR JOKOWI: (9) Siapa Untung... Dan juga Latief ...

1,394
0
SHARE
HARI-HARI TERAKHIR JOKOWI: (9) Siapa Untung... Dan juga Latief ...

Oleh : Sri-Bintang Pamungkas

Kalau siapa Soeharto, Presiden RI yang ke dua, sepertinya semua orang tahu, meskipun masing-masing mempunyai cara pandang yang berbeda tentang siapa dia... Dalam sebuah pertemuan di antara banyak aktivis, Dr. Syahganda Nainggolan  menyebut nama saya untuk menerangkan siapa Soeharto. Menurut Syahganda, dari kacamata SBP yang dipersekusi Soeharto, Soeharto itu adalah orang yang mengawali semua kekacauan yang ada di Indonesia sekarang ini...

Memang saya menyampaikan di banyak tempat, bahwa itulah Soeharto yang memulai berbagai kerusakan yang terjadi di Republik ini... lalu bertambah-tambah kerusakannya sampai mencapai puncaknya sekarang. Soeharto yang mengawali Utang Luar Negeri, juga KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme)... Dia juga yang mulai membesarkan Cina-cina Konglomerat, menghancurkan hutan-hutan dan berbagai Sumberdaya Alam, bahkan dia pula yang mulai merusak DPR/MPR... merusak lembaga-lembaga Peradilan... dan masih banyak lagi (You can just name it!). 

Last but not least adalah memanipulasi suara di setiap Pemilu. Indonesia menjadi banyolan di banyak panggung tukang banyol di luar negeri: Pemilunya belum selesai, tapi hasil pemenangnya sudah ada... itulah Indonesia. Mereka mungkin lupa menyebutkan, bahwa untuk Pilpres, calonnya pun tunggal... Itu terjadi selama 30 tahun lebih... Jokowi merasa aman-aman saja, karena cuma melanjutkan cara-cara Soeharto... 

Itulah Soeharto... Tapi, bukan karena saya dipenjarakan Soeharto, lalu seakan-akan saya "balas dendam" kepada Soeharto. Syahganda keliru... 

Karena saya sudah melawan Soeharto sepuluh tahun lebih dulu sebelum saya dipersekusi Soeharto. Awal 1985, saya bersama Alm. Dr. Hartoyo Wignyo Wiyoto dan Dr. Anwar Nasution membahas RAPBN 1985/86 dengan menentang Utang Luar Negeri. Saya menganjurkan Utang dulu dari Dalam Negeri karena banyak Idle Funds dalam negeri yg bisa dimanfaatkan, yang jatuhnya lebih murah. Pikiran saya ini baru dilaksanakan pada awal 1998, dengan terbitnya Obligasi Negara, akibat dari Krisis Moneter. 

Sesudah itu, saya tidak berhenti melawan Soeharto... selama menjadi anggota DPR/MPR-RI, selama berada di Jerman, dan selama diadili karena Peristiwa Jerman... Bahkan sampai sekarang melawan para Rezim, semata-mata karena Soeharto dan para Rezim penggantinya itu keliru dan gagal dalam menyelenggarakan dan mewujudkan keadilan, kebenaran, kemakmuran dan kesejahteraan bagi Rakyat Indonesia. Pernyataan itu aku sampaikan, bukan karena dendam kepada Soeharto!

Tetapi masih banyak, atau banyak sekali, orang Indonesia yang memuja-muja Soeharto. Karena dia dianggap sebagai Pahlawan dalam menumpas PKI pasca Peristiwa G30S 1965. Sekalipun begitu, masih banyak hal tentang Kudeta dan G30S 1965 itu yang belum terungkap dan belum terjawab dari Peristiwa itu. Saya mencoba melihat, mendengarkan dan memperhatikan Video yang dibuat UI Watch di rumah Keluarga Jenderal Ahmad Yani beberapa hari lalu. Tetapi tetap saja pertanyaan-pertanyaan saya belum bisa terjawab: Siapa sesungguhnya Untung dan Latief. Sekalipun kedua nama itu disebut-sebut di dalam video itu.

Yang saya pernah baca dan tulis, Soeharto mengenal keduanya dengan baik. Soeharto pernah datang waktu pernikahan Untung... juga datang waktu khitanan anak Abdul Latief. Soeharto pun mengundang Latief waktu khitanan Sigit, anak sulung Pak Harto. Untung dan Latief adalah anak buah Soeharto sewaktu bertugas di Jawa Tengah. Yang menjadi pertanyaan saya, siapa yang mengusulkan dan mengangkat Letkol Untung menjadi Komandan Cakrabirawa, yang kemudian memimpin Kudeta 30 September 1965 di Jakarta?!

Konon yang membunuh para Jenderal AD pada Subuh 30 September 1965 tersebut adalah tentara-tentara Cakrabirawa... Juga disampaikan oleh Bung Untung Yani, bahwa yang membunuh Ayahandanya adalah 5 orang Cakrabirawa.  Disebutkan pula banyak yang mengepung rumah Keluarga Ahmad Yani. Mereka datang beramai-ramai dengan bus, termasuk Pemuda Rakyat, Gerwani, dan juga orang-orangnya Latief...

Soeharto mengenal Letkol Latief pada 1950-an sewaktu ada di Jawa Tengah, lalu keduanya berangkat ke Sulawesi Selatan untuk melawan Gerombolan Andi Asiz. Latieflah yang memberitahu Soeharto persembunyian Andi Asiz. Sesudah itu keduanya bertemu lagi di Jawa Tengah. Latief diberi tugas dalam kelompok masyarakat Madura, karena mampu berbicara Madura. 

Latief inilah yang disebut-sebut dalam Video UI Watch oleh mBak Amelia Yani. Latief mencari Soeharto di rumahnya (mungkin rumah di Jalan Agus Salim) pada pagi hari 30 September 1965. Karena tidak ketemu Pak Harto, Latief mencarinya ke RSPAD. Konon Tommy, anak Pak Harto, tersiram air panas, sehingga dibawa ke RSPAD. Akhirnya Latief bisa bertemu Soeharto, tapi tidak diketahui berita penting apa yang disampaikannya. Pak Harto sendiri seakan-akan mau mengatakan, tidak ada pembicaraan.

Pada waktu G30S 1965 terjadi aku sudah setahun lebih ada di ITB. Jadi aku sadar betul atas Pembunuhan keji terhadap para Jenderal TNI-AD tersebut. Aku juga sadar, bahwa kejadian tersebut tidak terlepas dari pengaruh asing, terutama AS, yang tentu sangat marah kepada Soekarno yang tidak butuh bantuan AS dengan pernyataan Go to Hell with your Aids-nya... lalu disusul dengan keluarnya RI dari PBB. 

Aku sudah sadar, bahwa Soekarno pasti akan dijatuhkan CIA. Sangat mungkin isyu Dewan Jenderal juga datang dari CIA. Aku baru maklum, bahwa antara CIA dan MI6 ada kerjasama untuk menjatuhkan Soekarno setelah ditemukannya Dokumen Gillchrist di Kedubes Inggris. Di dalamnya terbetik kata sandi Our Local Army Friends. Siapa dia atau mereka?! Soehartokah?! Atau siapa?!

Tentu di pihak lain ada RRC yang membantu persenjataan PKI dengan Barisan Tani Indonesianya bersama Gerakan Kudeta Untung. Senjata-senjata RRC pun ditemukan, sebagian masih belum dibongkar di Tanjung Priok.

Saya masuk Kontingen Pertama ITB yang dikirim untuk bergabung dengan KAMI di Salemba UI. Kami berdemo di Kedubes Cina menuntut pemutusan hubungan diplomatik. Kami berdemo nenuntut Pembubaran PKI. Aku sempat ragu ketika KAMI mulai menuntut Soekarno mundur. Aku pikir tidak ada orang sehebat Soekarno bersama Hatta bisa menyatukan Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Aku sudah menduga, ini pasti hasil kerja CIA dan MI6. Ada satu setengah tahun kami tidak kuliah... dan baru masuk lagi setelah Soekarno jatuh...

Ketika saya bertemu dengan Kol. Abdul Latief di Penjara Cipinang beberapa kali pada 1997/98, kami sempat bercerita tentang kejadian masa lalu. Tetapi ketika sampai pada pertanyaan apa yang disampaikannya kepada Pak Harto di RSPAD, Abdul Latief hanya senyum terkekeh-kekeh... Latief bungkam, paling dia cuma mengatakan: "Soeharto itu bohong..." Pada kesempatan lain, dia bilang: "Soeharto itu Penipu". 

Sebetulnya aku masih mau menanyakan satu hal lagi: "Kenapa Untung dibunuh dan kenapa Bung Latief tidak?!". Kali ini aku yang tidak sampai hati menyampaikannya...

Jakarta, 2 Oktober 2022
@SBP