Oleh : Agus Fatahz
Di daerah Tanah Abang Jakarta Pusat, tepatnya di gang. Hasbi ada lembaga dakwah bernama al-Qolam. Lembaganya kecil, kantornya menyatu dengan toko perlengkapan baca Quran : Iqro, mulai dari buku iqro hingga baju wisuda. Walaupun Lembaga ini kecil tapi sumbangsih terhadap dakwah Islam cukup besar. Lembaga ini cukup dikenal di Malaysia, Singapore, Brunei dan Australia.
Lembaga Dakwah Al-Qolam ini fokus berdakwah memberantas buta huruf Al-Quran melalui metode Iqro. Direktur lembaga ini adalah Bapak KH. Ali Sonhadji alumni pondok modern Gontor/ Disamping mengelola lembaganya beliau juga aktif di Dewan Dakwah Islam pusat yang bermarkas di jalan kramat raya Jakarta Pusat.
Pada tahun 2006 pasca peristiwa Tsunami saya diminta KH. Ali Sonhadji untuk mendamping beliau berdakwah dan melakukan activitas trauma healing pada anak korban Tsunami di 7 Kabupaten mulai dari Loksemawe, Banda Aceh, Pidie, Sigli, Aceh Jaya, Meulaboh hingga ke Takengon.
Tepat pada waktu yang ditentukan, saya dan team berangkat menuju Loksemawe Aceh utara tepatnya di komplek PT Gas Arun. Team Safari dakwah ini begitu kami menyebutnya, berjumlah 8 orang terdiri, mereka adalah Pak KH Ali Sonhadji selaku kepala rombongan, Ust Idris, ananda Naflah (dai cilik), Mutmainnah (haafidzoh cilik) dan abangnya, mas Alam putra Pak KH. Ali Sonhadji dan saya.
Setiap anggota team mempunyai tugas masing masing, pak KH Ali Sonhaji sebagai kepala rombongan bertugas memonitor dan mengevaluasi kerja team,Ust Idris bertugas memberikan pelatihan membaca Al-Quran metode Iqro kepada para guru, ananda Naflah bertugas memberikan taushiah untuk teman-temans ebayanya, ananda Muthmainnah bertugas membacakan alquran disetiap kegiatan, ayah Naflah dan abangnya Muthmainnah bertugas menjaga kualitas perfomance Naflah dan Muthmainnah, Mas Alam bertugas dibagian logistik dan akomodasi, Sedangkan saya bertugas melakukan aktifitas trauma healing untuk anak-anak melalui kegiatan bermain peran: dengan tema Hijrah Rasul.
Perjalanan safari dakwah ke Aceh selama 10 hari ini cukup melelahkan, menegangkan dan nyawa taruhannya tapi alhamdulillah sangat menyenangkan dan berkesan mendalam. Kenapa saya katakan melelahkan?, ya karena perjalanan melalui udara dan darat kami lakukan siang malam berpindah dari satu kabupaten ke kabupaten lainnya. Pagi sampai sore &beraksi& di satu kabupaten sore hingga pagi dini hari melanjutkan perjalanan menuju kabupten berikutnya.
Perjalanan diawali dari bandara Soekarno -Hatta menuju bandara Polonia Medan, transit di Medan lalu melanjutkan perjalanan via pesawat Pelita Air menuju Banda Aceh.
Ketegangan pun dimulai, baru beberapa saat pesawat mengudara tiba tiba ada informasi dari pilot bahwa pesawat harus kembali,ke bandara karena salah satu mesin pesawat tidak berfungsi (mati). Sontak saya dan rombongan panik dan berdoa dengan sangat khusyu’ agar pesawat mendarat dengan sempurna.
Alhamdulillah biidznillah pesawat dapat mendarat sempurna. Setelah menunggu beberapa saat kami diterbangkan kembali menuju Banda Aceh. Dari Banda Aceh kami dan team langsung menuju Loksemawe. Di Loksemawe inilah kami memulai aktifitas. Aktifitas satu hari dibagi menjadi 2 sesi. Sesi pertama pagi sampai menjelang zuhur adalah pelatihan membaca Al-Quran dengan metode Iqro untuk para guru. Sesi kedua adalah taushiah, tilawah dan bermain peran untuk anak-anak usia SD dan SMP dilakukan selepas sholat ashar hingga menjelang maghrib
Alhamdulillah team sukses mengeksekusi agenda hari pertama, para guru dan anak-anak antusias mengikuti kegiatan yang kami lakukan bersama. Usai tugas di hari pertama saya dan team melanjutkan perjalanan menuju Sigli, Pidie dan Aceh Jaya lalu menuju Takengon dan Meulaboh.
Saya sangat menikmati perjalanan safari dakwah ini walau saya harus setiap pagi mencari pelepah pohon pisang. Untuk apa pelepah pohon pisang?.Saya menggunakan pelepah pohon pisang untuk membuat alat peraga bermain peran. Pelepah pohon pisang tersebut akan saya buat menjadi pedang-pedangan dan kuda kudaan. Selesai bermain peran kisah hijrah rasul anak-anak akan berebut minta pedang pedangan dan kuda kudaan tersebut.
Tiba di Kabupaten Aceh Jaya, saat kami sedang santap malam usai sholat isya kami dikejutkan oleh gempa. Alhamdulillah gempa tidak berlangsung lama dan makan malam dapat kami lanjutkan Perjalanan menegangkan kembali terjadi saat kami melewati hutan di malam hari, kami menyaksikan tiba tiba pohon pohon roboh seketika setelah kami selidiki dengan seksama ternyata ada orang yang menebang pohon secara ilegal ditengah hutan.
Perjalanan kami lanjutkan, ditengah jalan, masih didalam hutan kami dihadang kerbau hutan. bang Rizal sopir yang setia membawa kami dengan Mobil ELF tuanya segera menghalau kerbau itu dengan membunyikan klakson berkali kali.
Setelah kerbau liar berhasil dihalau bang Rizal perjalanan pun kami lanjutkan. Ternyata ketegangan belum berakhir, tiba tiba mobil yang membawa kami berhenti mendadak. Bang Rizal memberitahukan kami bahwa jembatan sungai tang akan kami lalui putus.. Inna lilah.... .kami dan rombongan terpaksa turun dari mobil melihat jembatan yang putus dan mobil kami persis berada dibibir jembatan yang putus itu.
Keputusan cepat harus diambil, Pak KH. Ali Sonhadji bertindak cepat, kita cari jalur alternatif begitu instruksi beliau kepada bang Rizal. Saya suka gaya Pak kyai ini dalam mengambil keputusan: cepat dan tepat.
Sejak awal Pak kyai sudah berpesan kepada bang Rizal bahwa beliau tak mau perjalanan ini : biar lambat asal selamat, tapi beliau mau perjalanan ini cepat tapi selamat. Bang Rizal mengambil keputusan memutar balik kendaraan, mencari jalur alternatif. Alhamdulillah Tak jauh dari jembatan yang putus itu ada jalur alternatif, yakni ada sebuah jembatan darurat yang bisa dilalui mobil, tapi saya dan rombongan harus naik rakit untuk menyeberang. Alhamdulillah mobil dapat melewati jembatan darurat dan kamipun selamat menyeberang sungai dengan rakit.
Apakah ketegangan demi ketegangan dalam perjalanan kami sudah berakhir? Qodarullah belum. Ditengah perjalanan kami dihadang oleh pasukan bersenjata, ternyata pasukan bersenjata tersebut adalah anggota TNI yang sedang patroli. Mereka mengawasi kendaraan yang keluar masuk di jalur tersebut, jalur itu adalah jalur keluar masuknya anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang memang sedang berkonflik dengan pemerintah RI. Kami dan team interogasi, usai dinterogasi alhamdulillah kami bisa melanjutkan perjalanan menuju kabupaten Takengon.
Kehadiran kami di Takengon ternyata sudah ditunggu masyarakat. Informasi kehadiran team safari dakwah sudah diketahui warga sebelumnya. Takengon adalah daerah yang sejuk udaranya seperti di daerah Lembang Bandung. Seperti di kabupaten lainnya sayapun tampil berkisah membanwakan kissah hijrah Rasul dengan melibatkan anak-anak-anak sebagai pemain dan menggunakan pelepah pisang sebagai alat peraga yang kami buat menjadi kuda-kudaan dan pedag-pedangan.. Aksi team safari Dakwah di Takengon ini di apresiasi oleh tokoh masyarakat setempat. Malam hari kami dan team diundang secara khusus untuk makan malam special di rumah Buya (panggilan untuk nama tokoh disana).
Takengon adalah daerah subur dan indah, kopi terbaik didunia berasal dari Takengon yang djual dengan dolar sementara keindahan takengon terlihat salah satunya dari danau air laut. Saking bersihnya air tersebut sebiru air laut maka warga menyebutnya danau air laut.
Perjalanan safari dakwah kami berakhir di kabupaten Meulaboh. Kami tiba pada sore hari di Meulaboh. Dan pada malam hari team Safari Dakwah diundang sebuah stasiun radio untuk melakukan Talkshow di radio tersebut. Team Safari Dakwah diminta menjelaskan program yang dilaksanakan selama 10 hari.
Keesokan harinya saya dan team beraksi kembali. Aksi terakhir kami ini terasa special karena ini adalah kali terakhir saya mencari pelepah pisang yang akan saya jadikan pedang pedangan dan kuda kudaan sebagai properti bermain peran dengan tema hijrah Rasul.
Alhamdulillah penampilan seluruh team di hari terakhir ini sangat memuaskan audience dan Pak KH Ali Sonhadji selaku kepala rombongan. Kami dan team bersyukur dapat melakukan perjalanan safari dakwah ini dengan selamat dan sukses.
Perjalanan dakwah ini sangat berkesan bagi saya karena perjalanan ini mengajarkan saya banyak hal antara lain: percaya akan pertolongan Allah, kesabaran, berbagi, empati, peduli dan team work. Perjalanan ini juga mengajarkan saya untuk terus berjuang (berdakwah) dengan hati riang .menebar manfaat.(*)
LEAVE A REPLY